15 - Sosok di Air

182 23 4
                                    

Ghea pulang ke rumah dengan perasaan bercampur aduk. Beruntung di rumah Ghea tak menemukan sosok macam-macam. Hanya bayangan di kamar mandi seperti yang saat pagi dia liat dan itu pun hanya sekilas.

Ghea mulai membiasakan diri dengan bergadangnya. Ia sudah menyiapkan banyak kopi sampai obat-obatan dari apotek yang bisa membantu matanya terjaga. Meskipun begitu Ghea tak lupa bahwasanya dia hanya makhluk biologis biasa. Bukan mementingkan diri sendiri tapi akan ada saatnya tubuhnya benar-benar butuh istirahat.

Menjelang subuh Ghea mempersiapkan hal yang akan dibawanya ke Pangandaran. Ia tahu ini akan menjadi pemicu ia butuh istirahat, tapi Ghea bertekat ia harus bisa bersama teman-temannya, entah secara langsung atau memperhatikan mereka secara diam-diam.

'Saya jemput jam 6, udah siap ya.'

Ghea meletakan kembali ponselnya setelah membaca. Itu pesan dari Bary. Bukan hal baru, setiap kegiatan Ghea pasti akan ikut dengan motor Bary, dengan alasan Ghea adalah anggota kepercayaannya.
Biasnya Risky dengan Anggun, Andra dengan Leya. Untuk hal yang dilakukan berdua, Ghea sadar seberapa pun orang menjunjung persahabatan, perasaan yang dinamakan cinta selalu ada di atasnya. Dan bagi Ghea Bary itu pahlawan dalam situasi seperti ini, penyelamat untuk tidak membuatnya terlihat menyedihkan.

Ah bodoh! Kenapa Ghea masih sempat berpikir ke sana setelah teror itu?
Cinta, sayang atau apa pun itu nggak penting buat dipikirin sekarang Ghe!

Ghea melirik jam dinding setelah mengusap wajah kasar, masih ada satu jam lagi. Mungkin itu bisa Ghea gunakan untuk membuat sarapan.

oOo

Tiupan angin menerpa wajah Ghea, membuat rambutnya beterbangan tanpa arah diiringi deburan ombak. Sebelumnya pantai adalah hal yang paling disukai Ghea. Dengan senang hati Ghea akan berlari untuk bermain dengan ombak. Namun kali ini berbeda, jangankan bermain, tersenyum pun Ghea tak bisa. Ia hanya berdiri mematung dengan tatapan kosong pada hamparan air biru itu.

"Kok bengong sih, Ghe?"

Ghea menoleh, mendapati Bary yang tersenyum hangat menatapnya. Bary yang sudah memakai celana selutut dan kaos oblong itu menjatuhkan bokongnya ke atas pasir kemudian menepuk-nepuk sisi sebelah kanannya menyuruh Ghea untuk ikut duduk.

"Semua udah pada dateng Kak?"

Ghea dan Bary menjadi yang pertama sampai. Ada salah satu motor anggota yang mogok di perjalanan, beberapa menunggu dia sampai motornya selesai diperbaiki. Oleh sebab itu mereka tiba di sini tidak bersamaan.

"Udah kok, mereka lagi istirahat di penginapan."

Ghea mengangguk kecil kemudian kembali mengarahkan pandangan ke arah laut.

"Tumben nggak nyebur ke sana? Lagi sakit ya? Akhir-akhir ini saya perhatiin kamu agak beda."
Bary menghembuskan napas, perubahan Ghea benar-benar mencolok. Bary tahu tentang kejadian yang menimpa teman-teman Ghea itu. Melihat Ghea yang terlalut dalam kesedihan itu membuat Bary sedikit khawatir. Contoh kecil sekarang Ghea punya dark circle di bawah matanya, pertanda Ghea kurang memperhatikan kebutuhan istirahatnya. Bagaimana kalau gadis itu benar-benar jatuh sakit?

"Saya nggak apa-apa kok Kak," jawab Ghea pelan dengan senyum yang terlihat dipaksa.

"Kamu bisa kok cerita sama saya." Bary tak menyerah untuk mengetuk tembok yang Ghea bangun. Namun sayangnya Ghea hanya bergeming. Yang menjadi jawaban 'tidak' untuk perkataan Bary barusan.

"Nggak bisa ya." Ada sedikit nada kecewa di sana. Tapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin kan memaksa untuk bercerita?

Bary menghela napas dan menjatuhkan pandangannya ke arah pasir. Entah bermain pasir atau lompat-lompat di air. Setelah mengenal kurang lebih 1 tahun, Ghea memang sangat menyukai itu.

Lullaby [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang