6 - Senang?

216 42 8
                                    

Mimpi lagi!

Ghea mengerang frustasi. Seperti biasa penampilan Ghea sudah berlumur keringat dengan napas ngos-ngosan. Matanya yang baru terbuka pun terlihat memerah. Kali ini mimpinya benar-benar mengerikan. Sosok seram itu menyerangnya dan yang lebih parah membuat Indri mati tergantung.

Ghea mengusap wajahnya kasar, ini benar-benar keterlaluan. Tuhan.... Salah Ghea apa? Kenapa terus diteror dengan mimpi-mimpi seperti itu?

"Lama-lama gue bisa beneran stress." Ghea bergumam setelah melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 5 pagi.

Ia menghela napas, sebelum menyingkirkan selimut tanpa minat dan mulai turun dari ranjangnya. Tangannya menyambar sebuah jepitan dari atas nakas kemudian memakaikannya pada rambut yang terlihat berantakan.

Sedikit ragu pada langkahnya ketika kilasan mengerikan dirinya yang dicekik serta Indri yang diseret melintas di benaknya. Ada rasa takut. Ketika Ghea melirik gordennya, terbesit jika ia membukannya apa sosok Indri palsu itu akan ada? Atau ketika membuka pintu kamar, apakah sosok itu akan menerjangnya?

Khayalan-khayalan mengerikan Ghea buyar ketika ponselnya berbunyi. Langkahnya yang hendak mengambil minum itu kembali berbalik dan meraih benda putih itu. Dahinya mengernyit ketika melihat nama Anggun tertera pada layar. Untuk apa dia meneleponnya pagi begini?

"Kenapa, Nggun?" Ghea sudah terbiasa tanpa embel-embel hallo.

"Nggun?" ulangnya ketika yang di seberang sana tak bersuara. Hanya terdengar napas yang tak teratur yang membuat Ghea menelan ludah tak enak.

"Nggun?" Ghea berjanji kalau kali ini Anggun tidak menjawab ia akan mematikan sambungan teleponnya. Demi apa pun Ghea sekarang mudah parno. Pikirannya mudah menjurus ke hal tak masuk akal, benar-benar jauh dari citra Ghea sebelumnya yang begitu rasional.

'Ghe....'

Tanpa sadar Ghea menghembuskan napas lega. Teringat film Risky yang menceritakan si tokoh sering diteror makhluk astral melalui telep--Ya Ampun... Lihatlah pemikiran Ghea yang sudah berkelana jauh itu. Sadarlah Ghe, ini sudah pagi.

"Kenapa, Nggun?" tanya Ghea kembali setelah menunggu beberpa detik ternyata Anggun tak melanjutkan ucapannya.

'Ghe....'

Sekarang Ghea dapat mendengar suara Anggun yang bergetar yang sebelumnya mungkin tak ia sadari.

"Nggun?" Ghea mulai panik ketika orang di seberang sana mulai terisak, di sela memanggil namanya.

"Kenapa Nggun?" Ghea meninggikan suaranya karena Anggun tak kunjung merespons.

'Indri Ghe, Indri!' Suara Anggun terdengar histeris. Semakin membuat Ghea bingung sekaligus cemas.

"Kenapa?" Anggun tak menjawab.

"Gue kesana sekarang." Putusnya dan mematikkan sambungan telepon. Ghea menyambar jaket yang digunakan untuk membalut baju tidurnya.
Dengan langkah tergesa dan perasaan yang semakin terasa tidak enak, Ghea mencoba menghubungi tukang ojek langganannya.

oOo

Setelah menyerahkan helm dan ongkos, Ghea segera memasuki kawasan kostan Anggun yang pagarnya sudah terbuka lebar. Hal yang pertama ditemuinya adalah Anggun yang berjongkok di teras sembari menggigiti kuku tangannya. Kedua matanya sudah sembab dengan air mata yang tak berhenti mengalir. Mulutnya pun menggumamkan kata-kata tak jelas.

"Nggun?" Ghea menyentuh bahu Anggun, membuat gadis itu menyadari kehadirannya dan segera berhambur ke dalam pelukannya.

Ghea nyaris terjengkang, dengan perasaan yang semakin bingung. Terutama ketika sudut matanya melihat ada banyak orang di dalam kost Anggun. Sebenarnya apa yang terjadi?
Apa terjadi perampokan?

Lullaby [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang