Indri membuka pintu pagar, kakinya yang berbalut flatshoes putih melangkah keluar kemudian berbelok ke arah kanan. Lampu di pinggir jalan yang menyorot dari atas menciptakan siluet yang membuat bulu kuduk merinding.
Rambut panjangnya yang terurai sesekali berkibar diterpa angin. Noda-noda merah lipstik yang mirip dengan darah menambah kesan mistis tertutama karena sekarang Indri tengah menampilkan ekspresi marah. Bibir mengatup dengan mata yang menatap tajam tanpa arah."Apa tujuan lo ganggu Ghea?!" Indri mengerang marah. Tangan sebelah kiri sudah mengepal kuat, sementara tangan yang menggenggam buku itu seperi siap menghancurkan.
Suara kikikkan tak berwujud tiba-tiba saja terdengar bersama angin besar yang membuat rambut Indri berantakan.
Satu hal yang tak pernah Indri ceritakan pada siapa pun, selain Indri bisa merasakan kehadiran-kehadiran makhluk astral, sebenarnya ia juga bisa berkomunikasi dengan mereka."Gue bilang tujuan lo apa?!" Indri berteriak. Amarahnya kian memuncak ketika makhluk yang tak dapat Indri lihat wujudnya itu hanya terkikik tanpa menjawab pertanyaannya.
Beruntung waktu yang sudah menunjukkan pukul 11 malam ini membuat keadaan sangat sepi.Indri merasakan sesuatu yang panas hinggap di tangan sebelah kiri. Pertanda makhluk itu menyentuhnya. Dan suatu kesalahan bermain-main pada Indri.
Indri memutar tangannya dan 'hap' ia mengcengkeram pergelangan sosok itu.Indri mengatakan mereka tak bisa dilihat, benar Indri memang tidak bisa melihatnya. Mereka tidak bisa disentuh, benar namun Indri termasuk ke dalam pengecualian.
"Cepet bilang!" Indri bergumam dengan gigi yang terkatup rapat.
"Ghea baik."
Indri menghempaskan tangan itu. "Terus kenapa lo ganggu dia?!"
"Aku ingin teman." suara itu kembali terdengar, diikuti kikikan kering yang mengisi pendengaran. Mungkin kalian pernah mendengar ucapan-ucapan orang dulu tentang apabila kalian mendengar suara tangisan makhluk astral, itu berarti makhluk itu tengah tertawa, dan sebaliknya apabila mendengar kikikan riang, itu artinya dia sedang bersedih.
"Ghea dan lo beda dimensi, jangan ganggu dia!" Indri berteriak kembali. Memperingatkan sosok di sekitarnya.
"Aku kesepian. Aku hanya ingin teman."
Kali ini hati Indri terenyuh, entah mengapa ia seperti merasakan apa yang sosok itu rasakan. Namun ia segera menggeleng cepat, Indri tak boleh merasa kasihan.
"Terus lo mau ngehasut dia buat bunuh diri dan gentayangan kayak lo?!" Indri tidak akan pernah terima jika itu sampai terjadi.
"Nggak, aku nggak akan seperti itu."
"Haha... Terus mau apa? Ghea bukan cenayang, lo mau begoin gue hah?" Indri berekspresi sinis.
"Nggak, aku bisa seperti ini."
Perlahan di depan Indri muncul seperti asap yang mulai berkumpul membentuk sebuah sosok.
Ini pertama kalinya Indri melihat sosok makhluk astral.
Tidak seperti yang ada di film-film. Semua tubuhnya lengkap, wajahnya cantik. Mungkin mereka sebaya, dan Indri merasa tidak asing dengan wajah itu."Ghea bisa liat aku." ungkap sosok itu. Seraya tersenyum manis, bukan senyum yang membuat bulu kuduk merinding.
"Terus lo pikir setelah Ghea bisa liat lo dia nggak bakal lari? Justru kehadiran lo bikin hidup Ghea nggak tenang." Kali ini Indri tepat melemparkan rasa marahnya. Ia tepat melempar sorot mata tajamnya.
"Aku kasian, Ghea sering kesepian di rumahnya."
Nada suaranya terdengar lirih, wajahnya pun menunduk.Indri menghela napas, ia memejamkan matanya beberapa saat untuk menetralkan amarahnya. Kalau melihat ekspresi yang seperti ini, tak dapat dipungkiri Indri juga merasa kasihan.
"Ok, siapa nama lo?" Nada bicara Indri sekarang lebih normal. Setelah beberapa saat terdiam dan bergelut dengan pikirannya.
"Larati."
"Oke Larati, jangan pernah ganggu Ghea lagi." ucap Indri yang membuat sosok Larati semakin menunduk.
"Lo bisa ngobrol sama gue."
oOo
Sore ini cuaca bisa dibilang berawan, tidak ada cahaya matahari namun juga tak terasa terlalu dingin.
Dengan tangan yang dilipat di dada, Indri berjalan malas di antara rak-rak toko aksesoris ini.
Wajahnya terlihat ditekuk kesal.Setelah berjalan tanpa arah dalam waktu yang bisa dikatakan lumayan lama, bahkan sampai ada pengunjung yang bertanya 'Cari apa, mbak?' karena terlalu lelah melihatnya mondar-mandir mungkin, akhirnya Indri berhenti ketika ia merasakan kehadiran mereka.
Larati dan Kia. Semalam ketika Indri mengatakan Larati boleh ngobrol dengannya tiba-tiba sosok kesepian lain datang dan menawarkan diri untuk menjadi temannya.
Setelah berbincang beberapa saat ternyata sosok baru yang merupakan anak kecil itu juga masih bersangkutan dengan Ghea, meskipun tak sejelas Larati yang ternyata teman sekolah Ghea. Hantu itu berbicara panjang lebar yang membuat Indri menghela napas malas. Tentang awal pertemuannya dengan Ghea, hingga bagaimana dia meninggal tepat setelah perpisahan SMA."Kalian bikin Ghea takut kan? Ck!" Indri bergumam tak terlalu keras dengan tangan yang terlihat sibuk memilih gelang-gelang cantik. Memanipulasi takut-takut ada orang yang melihatnya berbicara sendiri.
"Kami nggak bermaksud membuat dia takut."
Indri berdecak kemudian merogoh ponselnya yang berada di saku celananya. Ia terlihat mengetik sesuatu sebelum akhirnya memasukkan benda itu ke dalam sakunya kembali.
"Nggak nakutin gimana, lo datang ke mimpi Ghea dan ciptain mimpi buruk buat dia."
Indri sedikit kerepotan ketika tadi pagi bangun mendapati Ghea seperti orang linglung. Ia memegang-megang tubuhnya, memastikan bahwa Indri baik-baik saja, dan 'nyata'. Indri hanya bisa mengernyit bingung, karena tak hanya dia, sahabat-sahabatnya yang lain juga diperlakukan seperti itu oleh Ghea. Lebih gilanya bagian Risky, Ghea sampai menyuruh pria itu membuka baju untuk memastikan bahwa dia tak terluka.
"Aku nggak bermaksud, aku hanya ingin Ghea ingat."
Indri memutar bola mata, ia benci nada sedih Larati itu. Setelah mendengar kisahnya, memang hidup Larati bisa dibilang tak ada senangnya sama sekali.
"Gue nggak ngerti cara main ala hantu, mau niatnya ngingetin, bahkan ngehibur, tetep yang terealisasinya malah nakutin."
Indri tak berniat untuk memojokkan hantu itu lebih jauh lagi. Kalau Indri bisa melihat, pasti sekarang Larati tengah menunduk, merasa bersalah. Meskipun baru kenal belum lama, rasanya Indri hapal tabiat hantu aneh itu."Kalian main pergi bawa itu Dream Catcher, sekarang gimana bayarnya kalo barangnya nggak ada?"
Indri mengembalikan topik pembicaraan lain pada saat ini. Ya, saat di mana Indri dengan bodohnya menuruti permintaan si hantu kecil mencari dream catcher untuk diberikan pada Ghea. Indri bingung, sespesial itukah Ghea di mata hantu-hantu aneh ini? Sampai-sampai diberikan hadiah.Indri tersenyum kecil setelah tangannya menemukan sebuah gelang yang pas. Tadinya hanya berniat membeli dream catcher itu saja, namun karena sudah dibawa, mana mungkin Indri keluar dari toko ini dengan tangan kosong kan?
"Kalian yang maling ya bukan gue," ucapnya sebelum berlalu ke arah kasir untuk membayar gelang itu.
18042018
KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby [Tamat]
Horror'Tutup matamu...' Akhir-akhir ini Ghea mendapat mimpi buruk. Didatangi makhluk-makhluk seram yang membuatnya terbangun dengan jantung berdetak kencang. Ketidak beruntungan itu berlanjut ketika ia menemukan buku yang tidak sengaja jatuh. Nama-nama t...