Hari-hari kulewati seperti biasa, mencoba memendam segala pikiran dan rindu yang tertanam. Menahan segala rasa keingintahuanku atas dirinya, rasa yang kian lama semakin membuatku rapuh. Sedikit-sedikit air mata terjatuh, sedikit-sedikit hariku terasa jenuh, sedikit-sedikit pikiranku terasa begitu penuh. Semua karena aku mulai menyadari bahwa dirinya semakin menjauh. Pergi tanpa jejak sedikitpun, bagai tertimbunnya fosil selama ribuan tahun.
Seorang Keira Shevania memang terlalu rapuh dalam urusan perasaan. Tapi bukan berarti kerapuhanku harus nampak dalam keseharianku. Itu prinsipku, cukup aku yang rasakan, tidak perlu orang lain mengetahuinya sedikitpun. Sok kuat memang, tapi beginilah caraku bertahan menghadapi apa yang aku rasakan.
Dirinya terlalu abu-abu untuk kucari tahu. Terlalu jauh untuk kembali kugapai. Terlalu samar untuk sekedar kulihat. Tertumpuk bersama ribuan rindu dan segala risauku yang nyaris hadir di setiap detik.
Mungkin kalian akan berpendapat, kenapa gak cerita saja dengan Gameo? Perlu kalian tahu bahwa Gameo itu sosok sahabat yang tanpa kuceritakan sekalipun, dia akan tahu dengan sendirinya ketika aku berada dalam sebuah masalah. Dia selalu lebih tahu ketika aku membutuhkan pundak untuk bersandar dalam tangis. Dan Gameo selalu berhasil menciptakan ketenangan dalam waktu singkat untuk sekedar membuatku tertawa tanpa dia harus tau apa alasan aku bersedih. Meo tidak pernah sekalipun memaksaku bercerita mengenai apa yang aku alami. Baginya, jika aku membutuhkan pendengar maka dirinya siap 24 jam untuk mendengarkan. Namun jika aku hanya perlu cara melupakan masalahku, dia adalah orang pertama yang menawarkan ajakan super seru tanpa aku perlu membuat kode untuk dicerna oleh otak cerdasnya. Gameo, terima kasih atas segala hal yang kamu berikan dengan tulus padaku selama ini.
***
Aduh sial, dokumen buat meeting pake segala ketinggalan di meja kamar lagi, mana gue udah sampe kantor. Lo ngapain aja sih Kei dari semalem sampe dokumen itu ketinggalan segala. Padahal sudah kelar sejak minggu lalu. Bisa abis lo kalo Pak Tedy tahu ini.
Pagi yang menyebalkan berkat kelupaan yang luar biasa menyarang di otakku ini. Bukannya menikmati secangkir cappuccino hangat di pagi hari yang sudah tersedia di meja, justru membiarkan asapnya melambung di udara hingga minuman itu mulai dingin bersama hembusan udara yang keluar dari AC ruangan, sambil tetap merutuki diri sendiri sekaligus memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan dokumen itu sebelum jam makan siang. Boro-boro fokus mengerjakan desain katalog yang lusa harus sudah selesai. Memikirkan dokumen yang ketinggalan saja sudah membuatku bingung setengah mati.
Alih-alih mau dikirim pakai ojek online, seketika aku langsung mengurungkan niat tersebut saat teringat bahwa di dalam map dokumen tersebut terdapat sejumlah cek dari klien Pak Tedy. Tiba-tiba saja ponselku bergetar menampilkan sebuah nama yang tak asing, Gameo.
Tumben ini anak jam segini telpon, ada apa coba. Gak tahu orang lagi panik apa ya, rese banget sih.
"Hmm? Kenape?" dengan suara yang terdengar luar biasa tak bersemangat, pasti Gameo bakalan mencaciku di pagi yang sial ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maghi & Pelangi
RomantizmTentang semu yang selalu menjelma bagaikan debu. Penuh rasa namun tak pernah teraba oleh asa. Bahkan terhisap habis oleh udara. Ketika berdiriku tak lagi kokoh, tolong ingatkan aku pada secercah harap agar ku dapat bangkit dari segala cemooh. Sendi...