"Ka, hari ini gue ada meeting gak?" tanya seorang pria kepada asisten pribadinya seraya menggulung lengan kemejanya hingga siku.
"Hari ini kosong sih, Bos. Tapi nanti malam kita balik ke Jakarta," ucap Oka pada bosnya yang tak lain adalah Gameo Hernanda.
"Oke, gue mau jalan-jalan kalo gitu. Lo mau ikut gak?"
"Enggak deh, gue mau rapiin berkas-berkas bahan meeting, tapi bisa kali ya nanti pas balik bawain makanan," tawa Oka.
"Gampang. Yaudah gue cabut ya!" sembari meraih kunci mobil yang ada di atas nakas, lalu pergi meninggalkan kamar hotel.
Gameo mungkin bosan dengan menu hotel yang beberapa hari ini ia santap, dirinya butuh udara segar sembari mengeksplor kota Kendari. Bisa dibilang ajimumpung, jauh-jauh kesana masa cuma berdiam diri di hotel.
Walau sebenarnya ia tidak tahu akan berkunjung kemana, akan tetapi setirnya mengarah pada salah satu pusat perbelanjaan disana. Bentuknya mirip seperti pasar, namun hanya menyediakan berbagai macam souvenir khas Kendari dan pilihan kuliner yang menarik. Mungkin ini sejenis festival kota.
Tanpa pikir panjang, ia mengarahkan mobilnya untuk masuk ke lahan parkir festival tersebut.
***
"Saya pesan sate gogos pokea-nya satu porsi dan es jeruk ya," ucap Gameo pada salah satu penjual disana.
"Mbak saya pesan sate gogos pokea satu porsi makan disini ya," ucap seorang perempuan berkacamata dengan rambut terikat dan berponi.
"Maaf mbak, satenya sudah habis. Ini yang terakhir dipesan sama Mas-nya," kata si penjual seraya melirik ke arah Gameo.
"Yaah, padahal saya sedang ingin sekali makan itu. Dari ujung ke ujung, baru disini stand yang jual sate gogos pokea," ucap perempuan tersebut seperti mengeluh.
"Mohon maaf ya, mbak. Sejak pagi memang ramai yang pesan sate gogos pokea," ungkap sang penjual seraya meminta pemakluman.
"Iya gakpapa. Kalau gitu saya pesan es jeruk saja deh ya. Terimakasih," lalu perempuan tersebut mencari tempat duduk yang masih kosong untuk dirinya.
Sembari duduk, perempuan itu hanya memainkan ponselnya dan bersikap tak acuh dengan sekitar. Dirinya masih sedikit kecewa ketika makanan yang sudah ia incar tidak didapatkannya.
Sampai ketika ia melihat pria di hadapannya, menyantap sate gogos pokea. Aroma bahkan wujudnya berhasil membuat dirinya meneguk ludah ketika melihat makanan tersebut.
Hingga tatapannya tanpa disadari mulai sedikit mengganggu kenyamanan Gameo yang sedang menyantap makanannya. Ditaruhlah sendok dan garpu di atas piring, sembari mengalihkan pandangan Gameo dari sepiring sate menuju ke seorang perempuan di hadapannya.
Dengan gerakan refleks, Gameo menjentikkan jarinya tepat di depan wajah perempuan tersebut untuk mengembalikannya dari lamunan.
"Eehh..."
"Maaf, apa ada yang salah dengan makanan saya?" tanya Gameo dengan hati-hati.
"Eee... Enggak kok. Maaf ya kalo makannya terganggu," ujar perempuan tersebut dengan gugup.
"Kamu mau? Biar saya pesenin ya." Gameo menawarkan pada perempuan tersebut.
"Ehm ketauan banget ya muka pengennya?" ups keceplosan.
"Tunggu ya, biar saya pesankan," Gameo beranjak untuk memesankan makanannya lagi.
"Sebenarnya itu adalah porsi terakhir, tadi saya juga mau pesan itu tapi sudah habis. Makanya pas lihat ternyata kamu yang memakannya, saya jadi ngeliatin aja deh. Maaf ya," ujar sang perempuan dengan jujur.
"Hahaha, tunggu sebentar," bukannya kembali duduk. Gameo justru menghampiri stand yang menjual sate tersebut untuk memesan seporsi nasi beserta sendok dan garpunya. Lalu kembali ke mejanya dan menemui perempuan tadi.
Dengan tatapan bingung, perempuan berponi itu hanya diam di tempatnya.
"Ini saya pesankan kamu nasi dan ini satenya untuk kamu saja. Saya baru makan tiga tusuk kok, masih sisa tujuh tusuk," sembari menggeser posisi piring sate mendekati piring nasi sang perempuan.
"Eh aduh bukan gitu maksudku. Ini makanan kamu loh. Aku pesan yang lain saja nanti," ujar sang perempuan tampak grogi.
"Sudah saya pesankan nasi loh, sayang kalo tidak dimakan," ucap Gameo santai.
"Terimakasih banyak, Mas. Tapi ini satenya kita makan bareng aja gimana?"
"Sudah cukup, saya sudah pesan menu lainnya kok untuk dicicipi," kata Gameo setengah berbohong. Karena sate tersebut merupakan menu pertama yang ia pesan di festival itu.
"Sudah jangan dilihatin saja makanannya, nanti keburu dingin. Silahkan dimakan," Gameo mencoba mencairkan suasana.
Dengan senyum tipis, perempuan tersebut menganggukan kepalanya lalu mengucap terimakasih pada Gameo. Tidak lama kemudian, menu lain sampai ke meja Gameo. Semacam bubur khas Kendari bernama Sinonggi.
Keduanya pun saling berkenalan dan berbincang sambil menikmati makanan yang tersaji.
Sosok perempuan tersebut adalah seorang arsitek dari salah satu perusahaan di Kendari. Ia sempat bilang bahwa Kendari adalah tempatnya merantau bukan tanah kelahirannya. Pantas saja tidak nampak logat khas Sulawesi di dirinya.
Perempuan itu bernama Aura Saputri, namun biasa dipanggil Rara.
Tak terasa adzan ashar berkumandang, hingga Gameo harus segera kembali ke hotel untuk merapikan semua barang bawaannya dan kembali ke Jakarta.
"Sorry, saya harus pergi. Nice to meet you, Ra. Makasih loh udah ditemenin jalan-jalan disini."
"Oke, see you. Oh ya by the way, thankyou satenya," sembari tertawa kecil.
"Santai aja lagi nona sate. Hahaha, oh ya kalo lain kali ke Jakarta, kabarin ya. Siapa tau gantian, saya bisa nemenin kamu jalan-jalan," sambil menyerahkan selembar kartu nama.
"Oke, hati-hati ya. Safe flight," ucap Rara sambil melambaikan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maghi & Pelangi
RomanceTentang semu yang selalu menjelma bagaikan debu. Penuh rasa namun tak pernah teraba oleh asa. Bahkan terhisap habis oleh udara. Ketika berdiriku tak lagi kokoh, tolong ingatkan aku pada secercah harap agar ku dapat bangkit dari segala cemooh. Sendi...