32. Sebuah Pengakuan

12 2 2
                                    

Di kejauhan, di sebuah kamar perawatan rumah sakit.

"Bu, sebenarnya aku sangat menyayangi Keira. Tapi rasa sayangku masih lebih besar ke Ibu. Maaf, kalau aku terkesan membangkang. Tapi aku udah gakbisa menahan ini sendirian, aku mau Ibu tahu perasaanku. Oh iya, Keira itu orang yang tempo hari bersedia mendonorkan darahnya untuk Ibu. Padahal aku sudah jahat dan meninggalkannya begitu saja demi Renata. Tapi sampai detik ini, aku masih menyayanginya, Bu," ungkap Maghi di kamar perawatan ibunya.

"Kenapa kamu gak bilang sama Ibu, nak kalau kamu sudah memiliki Keira saat Ibu mengenalkan kamu dengan Renata?"

"Aku... Aku gakmau bikin ibu kecewa, Bu."

"Sama sekali tidak nak, ibu gak akan kecewa. Kamu itu anak ibu paling baik, paling nurut, ibu pun mau yang terbaik untuk kamu," ucap Ibu Maghi sembari mengelus rambut putra semata wayangnya yang kini duduk di samping ranjang.

"Maafin Maghi, Bu baru bisa bilang sekarang," ucap Maghi penuh penyesalan. Dirinya sadar bahwa telah salah mengambil langkah.

"Sekarang kamu temui dia, jelasin semua pada Keira nak. Ibu ingin sekali bertemu dengannya," tutur ibu Maghi dengan penuh harap.

"Baik, Bu. Nanti akan aku temui Keira. Terimakasih banyak, Bu," Maghi memeluk sang ibu yang masih berbaring di ranjang rumah sakit.

Diam-diam ternyata Hans berada di depan pintu kamar perawatan ibu Maghi yang sedikit terbuka. Hans memang berniat untuk menemui Maghi dan memberi kabar bahwa Keira sudah menjadi tunangannya sekarang. Dia ingin memiliki Keira dengan cara yang baik dan gentle versinya. Oleh sebab itu ia ingin meminta izin dari Maghi, selaku mantan kekasih Keira yang benar-benar pernah Keira cintai. Sekaligus menjenguk ibu Maghi.

Namun, setelah mendengar percakapan sebelumnya. Hans menahan langkahnya di depan pintu, dirinya membeku mendengar semua pengakuan Maghi pada ibunya. Bukan karena takut mengganggu, akan tetapi ini semua tentang Keira Shevania. Perempuan yang selama ini ia idamkan, yang telah menjadi tunangannya.

Seketika Hans merasa dirinya tak berhak berada di samping Keira, karena dirinya hanya seorang laki-laki yang baru saja mengetuk pintu hati Keira. Namun di sisi lain, Hans merasa perlu untuk mempertahankan Keira sebagai tunangannya.

Di waktu yang bersamaan, ponsel Hans berdering menandakan ada pesan masuk. Ia langsung menjauh dari pintu kamar perawatan ibu Maghi agar tidak terlihat keberadaannya. Kemudian membuka pesan tersebut.

Keira Shevania
Hans, kamu lagi dimana? Nanti malam bisa kita ketemu?

Degup jantung Hans melambat, dirinya merasa dilema harus merelakan Keira atau tetap lanjut menjaganya. Ia merasa bahwa Maghi lebih layak berada di sisi Keira, bukan dirinya.

Dengan berat hati, ia membalas pesan tunangannya itu.

Hans Dinanta
Oke, nanti aku jemput kamu di kantor ya, Kei.

Keira Shevania
Boleh, nanti aku kabarin ya kalau udah mau pulang. Have a nice day, Hanskuw sayang.

Hans Dinanta
Have a nice day too, Kei.

Sebenarnya Hans ingin sekali menulis kata "sayang" untuk Keira. Namun hatinya masih dilema, apakah dirinya benar-benar tepat dan layak untuk seorang Keira Shevania.

Keira Shevania
Kukira akan dipanggil sayang juga sama kamu.

Saat hendak kembali memasukkan ponsel ke kantung celananya, ternyata masih ada sebuah pesan balasan Keira. Pesan itu, sedikit menggores perasaan Hans. Karena sebenarnya, Hans pun ingin menuliskan kata "sayang" pada Keira. Namun pengakuan Maghi masih berputar di dalam kepalanya.

Maghi & PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang