27. Sebal Tapi Sayang

11 2 0
                                    

"Hey, CEO muda," sapa seorang perempuan melalui salah satu aplikasi chatting kepada Gameo.

"Uhuk siapatuw? Jadi dapet gebetan baru di Kendari nih ceritanya?" ledekku pada Gameo saat melihat pop up sebuah pesan di ponsel Gameo yang diletakkan di atas meja.

"Sebentar gue liat ini siapa yang chat."

Aku tak menanggapi lebih lanjut ucapannya, karena menu udonku jauh lebih menggugah selera dibandingkan siapa orang yang mengiriminya pesan. Bukan tak perduli dengan siapa Gameo sedang dekat. Akan tetapi lebih tepatnya, aku sedang lapar saat ini.

Sepulang dari Kendari, Gameo terlihat agak berbeda dari biasanya. Salah satu hal yang paling sering kulihat yakni ia sering tersenyum sendiri kala melihat ponselnya, entah itu orang lagi nonton stand up comedy atau melihat jokes receh di media sosial. Aku pun tak ambil pusing dengan sikapnya itu, selama dia tidak mengusikku ya aman-aman saja dia mau berbuat apapun.

Akan tetapi selama seminggu belakangan ini, keanehan lainnya pun mulai nampak pada kesehariannya. Bayangkan saja, masa dia pernah menyeduh kopi dicampur dengan bubuk teh. Mulai enggak sinkron itu otaknya, untung bukan gue yang minum. Aku mengetahuinya saat dia bermain ke rumahku, lalu pergi ke dapur untuk membuat kopi dicampur dengan creamer.

Namun sekembalinya dia ke ruang TV, dengan refleks dirinya menyemburkan minuman itu dari mulutnya. Dan sialnya semburan itu mengenai bajuku. Bagaimana aku tidak kesal padanya, dari hari ke hari makin aneh saja kelakuannya. Ya ketawa sendiri lah, bikin kopi aja segala salah padahal dia sudah berkali-kali membuat kopi di dapur rumahku sendiri. Oh ya satu hal aneh lagi yang sangat menyebalkan.

Ketika aku dan dirinya sedang pergi menjemput Mama di bandara. Tepat setelah sampai di parkiran bandara dan memarkirkan mobil dengan semestinya. Gameo meninggalkanku dan mengunci mobilnya sembari berjalan dan mengangkat telepon. Sementara aku masih di kursi penumpang di dalam mobil. Kukira dia hanya pergi menjauh sebentar, ternyata aku justru dikunciin olehnya.

Sialnya saat itu, panggilan teleponku tak diangkat olehnya dikarenakan ia masih tersambung dengan entah siapa penelponnya saat itu. Aku hanya bisa mengirim boom message kepadanya sembari menggerutu di dalam mobil. Selama sekitar sepuluh menit aku berada di dalam mobil dalam keadaan AC mati. Dan setelah sepuluh menit itu pula dia baru sadar bahwa aku tertinggal di dalam mobil.

Dengan santainya, dia hanya memencet tombol pada kunci mobilnya dari kejauhan tanpa ada niatan menjemputku. Ekspresinya yang menyebalkan membuatku enggan turun dari dalam mobil dan berharap dia meminta maaf lalu menghampiriku. Nyatanya bukan itu yang aku dapatkan, justru gerakan ancaman seolah dirinya akan memencet tombol kunci mobilnya lagi.

Apa boleh buat, akhirnya aku pun keluar dari dalam mobil dan berjalan menghampiri si cacing kremi satu itu.

Aduh mimpi apa gue, dikunciin di mobil sama si cacing kremi rese itu. Mana bukannya minta maaf malah cuek-cuek aja seolah tidak ada kesalahan yang dirinya perbuat.

Namun saat kami menunggu Mama keluar, dia justru memberikanku sebuah es krim cone rasa cokelat. Katanya sih "sebagai pengembali mood". Tapi tak ada kata maaf sedikitpun darinya. Menyebalkan. Rasanya kalau bukan di bandara sudah aku gigit tangannya saking sebalnya aku pada Gameo. Akan tetapi aku tidak langsung menerima begitu saja es krim tersebut, aku masih berharap dia mau minta maaf terlebih dahulu padaku.

Maghi & PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang