14. Rutinitas

18 2 0
                                    

Katanya setiap hal yang dilakukan
berulang akan membosankan.
Katanya menjadi dewasa itu menyebalkan.
Nyatanya menikmati dengan rasa syukur itu jauh lebih berharga dari apa yang selalu dikeluhkan tanpa melihat sisi baiknya.

Hari ini kusiap kembali menjalani keseharianku sebagai seorang pegawai kantoran yang dipenuhi dengan sederet deadline yang tak ada hentinya. Yang satu kelar, muncullah kerjaan selanjutnya. Begitu terus hingga aku sering lupa hari karena terlalu asik, ah mungkin bukan asik namun terlalu menikmati setiap waktu mengerjakan desain-desain yang menunggu untuk segera diaplikasikan.

Namun untuk hari ini aku merasa ada hal yang membuatku jauh lebih semangat untuk datang ke kantor. Salah satu penyebabnya adalah ketersediaan Gameo kemarin mengajakku refreshing dan membiarkan aku menumpahkan segala keluh kesah yang telah lama aku pendam.

Ternyata benar, terkadang kesedihan bukan untuk selalu diratapi namun untuk dihadapi. Buktinya setelah aku menceritakan segala hal yang selama ini menjadi sumber kegelisahanku dan juga pusat utama kegalauanku pada Gameo, badan dan pikiranku terasa jauh lebih ringan daripada sebelumnya. Seolah setengah jiwaku yang sebelumnya sempat dirampas paksa, kian mengisi ragaku kembali. Perlahan tapi pasti.

Aku tidak berdiri dengan setengah hati lagi sekarang, aku sudah mampu menerima keadaan bahwa aku memang telah dihempaskan dengan sengaja oleh sosok yang sangat berharga bagiku. Aku semakin sadar bahwa aku memang tidak memiliki arti bagi seorang Maghi secara keseluruhan. Mungkin diriku hanya seberkas bayangan tanpa pernah sedikitpun menjadi sinar bagi dirinya.

Dan aku mencoba mengikhlaskan hal yang telah terjadi itu. Aku tak membenci dirinya, akan tetapi aku tak mampu untuk berada di sekitarnya sekali lagi. Aku takut jika berada di dalam jangkauan radarnya akan membuatku tertarik untuk yang kedua kalinya. Dan aku sudah merasa cukup satu kali terjatuh, tanpa ingin merasakan yang kedua. Karena kutahu, arti diriku akan lebih berharga jika bukan bersamanya.

Perihal mengikhlaskan memang butuh waktu, namun rindu ini akan segera aku kubur secepat yang aku bisa. Setahun mungkin bukan waktu yang sebentar untuk melakukan berbagai hal, namun lain halnya dengan mengikhlaskan.

Terimakasih, Maghi. Kau telah mengajariku bagaimana menyayangi tanpa alasan, bersabar tanpa mengeluh, berbaik sangka walau akhirnya tenggelam dalam keabu-abuan yang kau ciptakan. Semoga bahagia selalu untuk dirimu dan sekitarmu.

Lantas aku menghapus pesan masuk yang sejak kemarin hinggap di barisan daftar chatting LINE-ku. Sedangkan, di barisan paling atas terdapat nama yang tak asing bagiku, Gameo.

Selamat pagi, Nona Keira. Tolong ya itu mata dikondisikan, awas masih belekan.

Begitu isi pesannya, seketika mampu membuatku tersenyum saat membacanya. Sudah lama, aku dan Gameo tidak berkomunikasi seperti ini. Rasanya senang ada teman bersua seperti ini. Dengan gesit aku membalas pesan tersebut.

Yeeh, gue udah cantik dong.

Setelah menekan tombol send, aku kembali mengirimkan foto selfie pada Gameo. Ceritanya mau pamer, kalau diriku baik-baik saja dan terlihat jauh lebih fresh hari ini.

Maghi & PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang