29. Hari Bersamanya

9 2 0
                                    

Di ruang yang berbeda, seorang perempuan sedang tersenyum manis ketika melihat layar ponselnya dihinggapi oleh beberapa pesan yang berasal dari seseorang yang sedang dikaguminya. Uniknya isi pesan-pesan tersebut bukan kata-kata romantis yang membuat hati meleleh, melainkan sebuah ajakan untuk memakan Sate Gogos Pokea di salah satu restoran di Jakarta.

Bahkan sang pengirim pesan sampai mengirimkan foto makanan tersebut, dengan tulisan yang diedit olehnya "Makan aku, makan aku."

Terdengar aneh sebenarnya, akan tetapi itu sangat berkesan bagi Aura ketika melihat pesan yang dikirimkan oleh Gameo. Semenjak pesan pertamanya saat itu, bertukar pesan melalui layar ponsel menjadi salah satu kebiasaan baru bagi kedua manusia tersebut.

Dan kali ini merupakan waktu yang pernah dijanjikan oleh Gameo saat di Kendari untuk menemani Aura jalan-jalan jika dirinya berkunjung ke Jakarta. Dengan semangat Gameo menyiapkan daftar kegiatan dan tempat yang akan dikunjunginya bersama Aura. Terasa begitu antusias.

Kebetulan Aura hanya berada di Jakarta selama empat hari, dan besok adalah hari ketiganya. Oleh sebab itu, Gameo menyusun rencana sebaik mungkin untuk menghabiskan waktu bersama Aura.

Entah ini semacam balas budi atau memang hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh keduanya. Maklum, kedekatan mereka melalui kebiasaan chatting lama-lama terasa semakin nyaman bagi keduanya. Bisa dibilang mulai tumbuh benih asmara diantara keduanya.

Gameo : Besok saya jemput ya di hotel jam 10 pagi.

Aura : Emang gak ngerepotin? Kenapa gak ketemuan aja?

Gameo : Santai aja lagi.

Aura : Oke deh.

Gameo : See you tomorrow.

Lantas keduanya pun mematikan layar ponsel masing-masing dan memejamkan mata di ruang yang berbeda. Senyum merekah di bibir kedua manusia yang tengah dilanda api asmara, hingga akhirnya benar-benar tidur dan hilang kesadaran.

***

Berawal dari mengajak Aura ke Dufan lalu sorenya melihat matahari terbenam di pantai Ancol, dan diakhiri dengan makan malam di restoran yang menyediakan menu Sate Gogos Pokea seperti yang dijanjikan Gameo pada Aura. Hari itu terasa begitu berharga bagi keduanya, banyak tawa yang mereka bagi saat bersama. Bahkan raut wajah takut Aura saat di wahana rumah hantu pun berhasil terekam dalam ingatan Gameo. Dimana secara tiba-tiba lengannya digenggam erat oleh Aura yang ketakutan dan berteriak.

Sebenarnya itu bukanlah modus bagi Gameo, hanya saja ketika keduanya memasuki wahana tersebut tidak sempat membaca jenis wahana yang tertulis di bagian atas bangunan. Bisa dibilang karena keteledoran keduanya, ya walaupun seorang Gameo tidak pernah takut sama sekali dengan hantu. Tapi tetap saja dirinya merasa tidak enak dengan Aura yang merinding ketakutan.

Setelah berhasil keluar dari wahana rumah hantu, Gameo pun meminta maaf pada Aura karena tidak bermaksud menakutinya. Sedangkan Aura justru tertawa karena malu pada dirinya sendiri yang telah bersikap seheboh tadi saat di dalam wahana rumah hantu.

Sebagai penutup pertemuan mereka kali ini, direncanakan untuk makan malam di salah satu restoran di daerah sekitar Pancoran. Restoran yang sebelumnya telah dicaritahu lokasi dan menunya oleh Gameo terbilang cukup ramai saat dikunjungi, hingga akhirnya saat mereka datang kedapatan meja yang terletak di lantai atas dengan suasana outdoor.

Keduanya berbincang hangat mengenai banyak hal, seperti bagaimana kebiasaan Aura kalau di Kendari, begitupula sebaliknya. Selain itu, Gameo juga sempat menceritakan bahwa dirinya tinggal di Jakarta sendiri dan memiliki sahabat perempuan yang telah ia anggap seperti adik kandungnya. Lalu ia juga menceritakan mengenai kesehariannya di Jakarta. Aura sangat antusias mendengarnya, sampai ketika giliran Aura yang bercerita mengenai dirinya.

Dia memiliki seorang ibu yang tinggal di Jogja bersama seorang asisten rumah tangga yang sejak ia kecil memang sudah bekerja di keluarganya. Seorang kakak yang tinggal bersama keluarga kecilnya di daerah Jakarta, namun sayangnya sedang diboyong suaminya dinas di Pulau Belitung jadi tidak sempat disinggahi kediamannya. Dirinya juga menceritakan bahwa kesukaannya pada dunia arsitektur itu menurun dari almarhum ayahnya yang dulu merupakan salah satu arsitek ternama di Jogja. Ia selalu menyukai bangunan-bangunan bergaya klasik namun tetap kokoh berdiri walau dimakan zaman.

Hingga akhirnya ia tertarik untuk mendirikan sebuah galeri seni dengan gaya klasik yang sederhana namun menarik minat para turis atau wisatawan lokal untuk berkunjung. Berkat kecerdasannya, ia berhasil masuk salah satu perguruan tinggi di Jogja dengan beasiswa full hingga wisuda. Saat dirinya mendapatkan tawaran untuk bekerja di luar wilayah Jogja bahkan diluar pulau Jawa, ia sempat bimbang dan tak tega meninggalkan ibunya di rumah. Akan tetapi, sang ibu justru menyuruhnya untuk menggapai impian dan mengizinkannya untuk bekerja di Kendari.

Awalnya ia sempat ragu untuk menerima panggilan kerja tersebut, namun senyum dan restu ibunyalah yang justru menguatkan dirinya untuk berani merantau menggapai mimpi. Justru senyum bangga ibunyalah yang berhasil membuatnya berani melangkah jauh dari zona nyamannya dan berusaha melampaui batas.

Saat sedang asik berbincang sambil menikmati makanan yang dihidangkan, tak terasa ada lima panggilan tak terjawab di ponsel Gameo. Satu panggilan berasal dari Helfa dan empat lainnya berasal dari Keira. Lantas Gameo langsung menghubungi kembali untuk memastikan bahwa tidak ada hal buruk yang terjadi. Namun sayang, saat itu malam yang seharusnya ditutup dengan kebahagiaan justru berakhir dengan sebuah kesedihan.

Helfa memberi kabar bahwa Ghaima kembali dalam keadaan kritis, bahkan dokter sudah menyatakan bahwa usianya tidak akan lama lagi. Keira menjelaskan dengan detail apa yang diucapkan Helfa melalui sambungan telepon. Dengan wajah yang tak lagi bersahabat, Aura sadar bahwa hal buruk sedang terjadi pada kerabat Gameo.

"Are you okay?" tanya Aura pelan.

"Maaf saya harus pergi sekarang, kerabat saya dalam keadaan kritis di rumah sakit. Maaf kamu harus saya tinggal," ucap Gameo berusaha tegar.

"Boleh saya ikut menemanimu ke rumah sakit?" tawar Aura.

"Tapi kamu kan besok harus balik ke Kendari? Nanti kamu capek."

"Saya bisa re-schedule jadwal penerbangan. Ayo kita berangkat," tanpa basa-basi Aura justru mengambil tasnya dan beranjak dari kursi yang ia duduki.

Keduanya pun dengan buru-buru pergi meninggalkan restoran tersebut, walau makanan yang tersedia belum habis barang setengahnya. Selera makan mereka pun hilang seketika tatkala mendengar kabar buruk mengenai Ghaima.

Sedangkan Keira langsung menuju rumah sakit menggunakan taksi online.

***

Maghi & PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang