Tak ada yang istimewa dengan weekend kali ini, tentunya karena yang aku lakukan hanya seperti biasa. Bangun siang sebagai wujud balas dendam atas segala kesibukan selama enam hari berturut-turut. Dan setelahnya hanya sarapan sekaligus makan siang, karena saat ini sudah pukul 10.30 WIB. Kemudian dilanjutkan dengan bercengkrama bersama keluargaku.
Selebihnya aku hanya menikmati hari libur ini dengan lebih banyak bertemu kasur tercintaku. Berlebihan memang, namun saat ini selain di atas sajadah memang hanya kasur yang menjadi tempat ternyaman bagiku. Bukan lagi dada bidang yang penuh kehangatan ataupun dekapan lembut penuh kasih.
Akan tetapi, aku bersyukur dengan apa yang kumiliki saat ini. Keluarga yang harmonis, terutama sikap Mama yang senantiasa perhatian kepadaku tanpa pernah membatasi soal usiaku yang kian dewasa. Lembutnya, kasih sayangnya, perhatiannya, masih sama sejak dulu, tak pernah luntur sedikit pun. Dan aku sangat mencintainya, ternyata surga duniawiku jauh lebih besar dari sekedar telapak kakinya namun sekujur tubuhnya. Dekapannya selalu menjadi yang paling setia hingga kapanpun.
Walaupun aku sangat dekat dengan Mama, tetap saja aku tidak pernah sesumbar ataupun terbuka mengenai perasaanku yang sesungguhnya. Apalagi jika sudah urusan cinta. Cukup, aku saja yang rasakan sensasinya.
Sekitar empat tahun lalu, aku pernah terjatuh hingga rapuh dalam urusan asmara. Dan itu adalah pertama dan terakhir kalinya Mama mengetahui betapa rapuhnya aku mengarungi kisah percintaanku sendiri.
Oleh sebab itu, aku bertekad untuk tidak membuat beliau mengkhawatirkan aku seperti saat itu lagi. Aku bertekad tidak akan menunjukkan rasa sakit seperti itu lagi. Dan aku bertekad untuk selalu terlihat baik-baik saja di hadapannya.
Karena aku yakin, apa yang seorang ibu rasakan ketika anaknya sakit dan sedih. Pasti akan jauh lebih sakit dan kecewa yang beliau rasakan saat mengetahuinya.
Aku tidak mau membuatnya sedih dengan apa yang aku rasakan, ini merupakan tanggungjawabku terhadap diriku sendiri. Bukan untuk menjadi sebuah beban baginya. Karena untuk mencintai dan menyayangi seseorang, dengan tidak membiarkannya sedih adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maghi & Pelangi
Storie d'amoreTentang semu yang selalu menjelma bagaikan debu. Penuh rasa namun tak pernah teraba oleh asa. Bahkan terhisap habis oleh udara. Ketika berdiriku tak lagi kokoh, tolong ingatkan aku pada secercah harap agar ku dapat bangkit dari segala cemooh. Sendi...