2

3.1K 96 1
                                    

"marah adalah tanda
bahwa kita mempedulikannya"
.

.

"kita telat ya?" bibirnya mendekat di telinga Bella tapi tatapannya tetap tertuju pada dua kelompok anak perempuan di kelasnya. Githa memandang mereka aneh. Dia berkata dalam hati perang seru nih!

"gue coba tanya dulu" Bella berucap penuh keraguan. Dia agak takut jika terlibat masalah antar cewek cewek yang seperti ini.

Dia melihat satu persatu temannya di kelas. Hanya ada Elga dan Rama. Elga yang notabene-nya sebagai ketua kelas hanya menonton sambil tersenyum sumringah melihat Mila yang mulai membuka kancing baju teratasnya karena kegerahan, sedangkan Rama duduk dengan tenang tanpa ekspresi atau kegiatan apapun. Jika Bella disuruh memilih pasti akan memilih Rama tapi sungguh sifatnya yang cuek dan dingin membuatnya mengurungkan niat untuk bertanya.

"gimana jadi nanya nggak?" tanya Githa yang sudah mulai memanas karena geram dengan tingkah laku teman temannya yang masih seperti bocah.

"lo aja deh" suruh Bella yang sudah ketakutan untuk bertanya kepada salah satu cowok tersebut. Yang satu mesum yang satu dingin.

"udah biarin aja" kata Theia yang tidak peduli dengan masalah teman sekelasnya. Dia hanya menganggapnya pertengkaran kecil antar teman. Tapi situasinya berbeda dengan yang dipikirkan Theia. Anggrek, Githa, dan Bella melihat para siswi itu dengan tatapan ngeri. Mata mereka saling beradu meskipun tak ada adu fisik tapi siapapun yang berusaha menengahi pasti sudah takut duluan dengan tatapan dan sindiran mereka yang pedas sekaligus menusuk.

"tanya Rama gih" kata Bella memerintah Anggrek tapi segera ditolak olehnya. Mana mungkin dia berani dengan pangeran es di ujung sana. Berdiri dengannya dengan jarak satu meter saja sudah terasa dinginnya apalagi harus mendekat dan bertanya. Satu kali Anggrek pernah bertanya padanya sudah membuat semua nyalinya seketika menghilang.

"gue denger denger katanya Rama itu baik loh" ucap Githa dengan suara yang keras. Secara bersamaan ketiga sahabatnya langsung mendelik ke arahnya yang masih memikirkan Rama.
"suara lo bisa dikecilin nggak!" Anggrek membungkam mulut Githa dengan snack yang tadi dibelinya. Mulut Githa langsung berubah menjadi besar setelah Anggrek memasukkan setengah isi dari snack rasa sapi panggang itu.

"orangnya ngamuk bisa bisa lo dikeluarin dari sekolah" perkataan Theia membuat Githa sedikit takut. Baru dua hari dia tahu bahwa Rama adalah anak dari donatur terbesar di sekolah ini atau anak anak lain sering salah tangkap dan menyebutnya anak pemilik sekolah ini. Rama benar benar disegani disini. Banyak sekali yang menempel padanya. Tapi semua seakan sirna dengan sikapnya yang sangat dingin.

Githa meneguk ludahnya secara kasar setelah melihat Rama mulai menatap ke arah mereka. Githa takut jika Rama akan marah dan melaporkannya pada BK. Sebenarnya bukan takut akan guru BK melainkan khawatir jika terjadi sesuatu yang buruk pada teman temannya ataupun dirinya sendiri. Dia sangat tahu jika keluarga Rama adalah keluarga yang sangat terpandang di kota. Mungkin saja anak buahnya tersebar ke seluruh kota yang membuat Githa lagi lagi meneguk ludahnya secara kasar.

"bentar lagi kita calonan osis kan. Lo pada mau ikut nggak" tanya Anggrek yang berniat membuang pikiran teman temannya tentang pertengkaran ataupun Rama.

"artis BK kok ikut osis. Mana ada sih?" Bella melihat ke arah teman temannya yang mengangguk setuju.

Fita keluar dari gerombolannya yang dipimpin oleh Yuni. Dia berjalan pelan ke arah Rama yang akan keluar kelas setelah tadi membuka HP. Setelah terlihat sedang mengobrol mereka keluar kelas bersama dengan Fita berada di depan dan Rama mengikutinya dari belakang. Theia yang memperhatikan sejak awal mulai mengajak teman temannya untuk menguping.

Mereka mengikuti Rama dan Fita yang berjalan menuju taman belakang sekolah. Di sana sangat sepi karena sekarang masih di tengah jam pelajaran. Fita duduk di salah satu bangku tapi tidak dengan Rama yang memilih berdiri jauh di depan Fita. Mereka mengintip dari balik tembok kayu yang sudah lapuk. Jaraknya tidak terlalu dekat tapi cukup untuk mendengar percakapan kedua siswa dan siswi tersebut.

"gue mau ngomong sesuatu boleh?" tanya Fita meminta izin Rama untuk mengatakan sesuatu. Rama hanya mengangguk samar tapi sudah membuat wajah Fita memerah seperti tomat.

"jadi gini... Gue udah suka sama lo sejak tahu kalau kita sekelas" Fita mengatakannya dengan pelan tapi setiap katanya terdengar di manis maniskan.

"terus?" jawab Rama dingin dengan wajah yang masih tanpa ekspresi hingga sekarang. Padahal Fita adalah salah satu selebgram yang memiliki banyak followers serta wajah yang manis. Di tambah tingginya yang pas dan lekuk badannya yang tidak terlalu gemuk ataupun kurus membuatnya menjadi idaman para lelaki.

"ya terus... Gue mau kalau kita pacaran" ujar Fita menyunggingkan senyumnya yang membuat cekungan cukup dalam di kedua pipinya. Rama menatapnya beberapa detik lalu segera membuang tatapannya dan terlihat tengah berpikir.

"maaf gue nggak tertarik pacaran sama lo" satu kalimat terpedas yang pernah di dengar Fita dari mulut seorang lelaki kepadanya. Dia tidak pernah ditolak sebelumnya. Selama sebulan sekelas dengan Rama dia sudah tertarik setengah mati padanya. Dia tidak habis pikir jika Rama menolaknya dengan kata kata seperti itu.

"apa sih yang kurang dari gue sampe lo gak mau sama gue?!" bentak Fita yang sudah berdiri dan berhadapan dengan Rama. Fita masih berharap bahwa Rama akan mengubah jawabannya.

Rama mengedarkan pandangannya dan memilih melihat sebuah pohon besar yang berjarak 3 meter dari tempatnya berdiri. "gue nggak suka sama lo" Rama membalikkan badannya setelah merasa memberi jawaban untuk Fita.

Fita menahan lengan Rama dan membuatnya tertahan untuk pergi. "gue cinta sama lo" ucap Fita sambil menangis tersedu sedu. Dia harus membuat Rama menjadi miliknya. Apapun caranya.

"gak ada yang punya cinta selain orang tua gue!" sekali lagi sebuah belati menusuk hati Fita dengan kasar dan terasa sangat sakit di bagian yang paling dalam.

"gue tulus sama lo Ram!" Fita menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Air matanya tak henti hentinya terus mengalir semakin deras ketika Rama mengucapkan perkataan yang terasa sangat menyakitkan.

"gue ucapin sekali lagi GUE NGGAK SUKA SAMA LO! Lo paham?!"

Fita bungkam. Dia tak tahu harus berbuat apa. Perasaan malu, gelisah, dan takut hinggap di hati dan otaknya. Dia tidak pernah diperlakukan sekasar ini oleh seseorang. Dia selalu hidup dengan semua kemauannya. Apapun yang Fita minta pasti selalu didapatkan. Hingga membuatnya melupakan sopan santun dan menjadi arogan. Semakin lama semakin dia kehilangan jati dirinya.

"kalian ngintipin apa?!" terdengar suara seseorang dari belakang keempat gadis yang sedang menonton acara penolakan Fita. Mereka terkejut setelah menoleh ke sumber suara.

Hai Hai!

Jadi aku buat lagi cerita ini dari awal ya...
Karena setelah aku baca ulang cerita ini kayaknya masih kurang bagus dan menarik.
Gimana cerita versi new-nya nih?

Trouble Maker ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang