28

646 20 15
                                    

"buatlah aku bahagia tanpa rahasia"

.

.

"lo pergi ke rumah siapa?" tanya Bella dengan curiga. Sama seperti Githa dan Theia juga.

Anggrek mulai kebingungan. Pandangannya berlari kesana kemari berusaha mencari jawaban diantara pohon pohon. Wajah cantiknya mulai berkeringat.

"Awan?" tebak Githa sambil menatap mata sahabatnya.

"NGGAK!" teriak Anggrek langsung setelah nama itu terucap dari mulut temannya.

Githa, Bella, dan Theia saling tatap. "lo nggak perlu ngegas kalau emang nggak ngelakuin. Ya, kecuali lo bohong jadi takut ketahuan" kata Theia sembari menatap manik mata Anggrek dengan tatapan mengintimidasi.

Anggrek semakin salah tingkah. Tubuh dan wajahnya terlihat sangat tidak tenang. Dia bahkan tidak berani menatap salah satu dari ketiga pasang mata yang tertuju padanya.

Anggrek menelan ludahnya kasar. "gue nggak boong" jawabnya penuh ketidakpercayaan. Jelas saja teman temannya bertambah curiga.

"kalau dipikir pikir lo kan nggak mungkin ke rumah Ochi yang pernah jadi selingkuhan si Awan, karena kita juga tau lo benci banget sama itu orang. Terus lo juga nggak ke rumah Githa. Jadi siapa lagi kalau bukan Awan? Atau lo punya temen baru?" jelas Githa panjang kali lebar dengan luapan argumen dan teorinya.

Sontak Bella menggelengkan kepalanya. "Anggrek nggak mungkin punya temen baru. Dia introvert" sahut Bella dengan jari telunjuk yang mengarah pada Anggrek.

Manusia yang ditunjuk menjadi semakin kelabakan. Keringat semakin deras mengucur dari wajahnya. Ingin jujur saja namun tidak bisa. Otaknya terus bekerja supaya muncul satu kalimat penenang untuk diucapkan kepada sahabatnya.

"guys jangan mikir terlalu jauh. Gue kemarin ketemu sama Ochi karena dia mau minta maaf" katanya yang tiba tiba berubah menjadi sangat tenang. Bahkan di akhir kalimatnya–Anggrek bisa tersenyum dengan manis dan nampak tulus.

"lo yakin ketemu sama orang yang dua tahun lalu udah bikin lo jadi kaya gini?" tanya Githa yang masih tidak mempercayai sahabatnya. Namun Anggrek hanya mengangguk sehingga membuat sang penanya kesal.

Bella menghela napasnya pelan. "Anggrek, nggak perlu bohong cuma karena lo gengsi. Kalau emang mau ketemu sama Awan kita nggak ada masalah"

Hatinya tersentak mendengar kalimat Bella. Tiba tiba kepalanya menunduk. Menatap sepasang sepatu hitam putihnya yang kemarin baru saja dicuci.

"gue juga punya privacyjadi tolong kalian tau batasannya" kata Anggrek sebelum benar benar melengos pergi dari gerombolan teman temannya.

Mereka sangat terkejut dengan sikap Anggrek tadi. Anggrek memang orang introvert tapi dengan Dark Star–Anggrek akan menceritakan segalanya tanpa ada yang ditutupi. Begitulah Anggrek selama dua tahun bersama Dark Star. Ya, ini memang sangat berbeda dan aneh.

Namun di sisi lain, Githa justru semakin curiga mengenai hubungan Anggrek dan Kenzy. Dark Star punya prinsip yang kuat. Salah satunya adalah 'keputusan pribadi tidak bisa diganggu gugat'. Dan dengan menganut prinsip itu seharusnya Anggrek hanya perlu jujur dan teman temannya tidak akan ikut campur lebih jauh lagi.

"gue harus cari tau sendiri"

***

Bel pulang sekolah berbunyi dengan suara yang sangat nyaring dan memekakkan telinga. Tapi dilain hal inilah kebahagian semua siswa setiap harinya. Meski suaranya tidak semerdu Raisa tapi mampu membuat semuanya bahagia.

Seperti awal pelajaran tadi. Saat Anggrek marah lantas pergi. Dia juga masih sama marahnya. Sudah berjam jam dia dibujuk tapi tetap saja diam dan cuek. Namun, Githa justru terpikir satu hal.

Dia menaiki ojek online dengan jarak 10 meter dari orang yang dia ikuti. Githa sudah mengganti pakaiannya dengan sangat tertutup supaya Anggrek tidak mengenalinya. Dan usahanya yang begitu totalitas nampaknya berhasil. Hingga sekarang Anggrek terlihat tidak curiga meskipun motor keduanya bersebelahan.

"mbak dari detektif rahasia itu ya?" tanya pengemudi ojol dengan jaket hijau itu sambil melihat wajah Githa dari spion motornya.

Tiba tiba Anggrek yang posisinya masih berada di sebelah Githa karena terjebak lampu merah menolehkan kepalanya. Sontak Githa segera memalingkan mukanya dan mengabaikan pertanyaan dari pengemudi ojol tersebut.

Setelah motor yang ditumpangi Anggrek melaju lumayan jauh darinya–Githa baru merespon pertanyaan yang tertuju padanya tadi.

"emm...dia itu temen saya pak dan saya bukan detektif rahasia" jawab Githa dengan kekehan diakhir.

Pengemudi itu juga ikut terkekeh kecil sambil meliuk liukkan stang motornya melewati beberapa motor dan mobil. "maaf kalau boleh tanya emang temennya diikutin ada apa mbak?" tanya pria yang kira kira berumur kisaran 40 tahun keatas. Dia berkata dengan sangat sopan hingga membuat Githa teringat orangtuanya.

"saya khawatir kalau dia ngelakuin yang aneh aneh pak" jawab Githa yang tak kalah sopannya.

"semoga mbak sama temen mbak selalu diberi lindungan sama yang kuasa"

"aamiin"

Setelah itu tak ada obrolan lagi hingga motor yang ditumpangi Githa berhenti sama seperti motor yang dinaiki oleh Anggrek. Mereka berhenti dengan jarak lumayan jauh. Githa segera membayar pengemudi ojek online nya dengan dua lembar uang berwarna merah. Selain karena dia melewati jalur tidak sesuai aplikasi-hatinya juga tergugah karena bapak ini mengingatkannya pada sosok ayah yang sudah tenang disana.

"terima kasih ya mbak. Semoga urusan sama temennya cepat selesai" kata pria itu dengan senyum yang lumayan lebar.

Githa juga tersenyum. "sama sama pak. Bapak juga sehat selalu ya"

Pengemudi ojol yang mengendarai motor manual keluaran lama itu masih tersenyum lalu mengangguk beberapa kali. Setelah merasa cukup-ia segera memutar balikkan motornya dan melaju dengan kecepatan normal.

Githa berjalan sambil mengendap endap layaknya detektif seperti yang dikatakan bapak ojol tadi. Memakai pakaian serba hitam dan tertutup tentu saja membuatnya aneh dan ditatap oleh beberapa orang yang melaluinya. Githa bodoamat dengan orang orang selagi Anggrek masih tidak curiga akan keberadaannya.

Githa terkejut ketika Anggrek masuk ke dalam mobil hitam yang sudah sangat familiar di matanya. Bahkan yang lebih anehnya mobil itu ada di depan sebuah apartemen mewah namun tidak melaju kemana pun. Hanya diam dalam posisi menyala dengan Anggrek di dalamnya.

"dia ngapain di dalem mobil Kenzy?" batin Githa penuh amarah. Dia sangat ingin datang kesana dan mengumpat pada sahabatnya. Tapi sepertinya Githa masih mencoba tenang.

Satu jam menunggu di balik tembok membuat rasa kesalnya membuncah. Dia sudah tidak bisa menunggu lebih lama. Satu jam hanya diam memandang mobil yang menyala tanpa terlihat ada kegiatan menjadikan emosinya meleduk. Persetan kalau Anggrek sahabatnya.

Githa keluar dari tempat persembunyian yang sudah menemaninya sejak tadi. Melihat bagaimana Githa terus berkata kasar membuat tembok ini menjadi saksi bisu kegaharannya. Meskipun Githa terus mengingat bahwa Anggrek adalah sahabatnya–emosinya tetap lebih unggul. Githa memang pribadi yang sulit mengendalikan emosinya.

Kaki kuatnya melangkah dengan kecepatan tinggi seperti akan tawuran. Matanya menunjukkan bagaimana ekspresi sangarnya yang tertutup oleh topi dan masker. Namun orang yang mengenal Githa pasti akan sangat takut melihat hanya dari matanya saja.

"KELUAR!" teriak Githa dengan suara seperti auman seekor singa kelaparan.

Haii...
Kesel banget ga si?
Atau b aja gitu?
Oke yang penting
Jangan lupa vote kalau suka
Jangan sider muluu
Bye

Trouble Maker ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang