"semakin aku percaya,maka semakin besar ketidakpastian yang ada"
..
Perasaan marah, kecewa, dan sedih semuanya campur aduk melebur jadi satu di dalam diri Githa. Hal itu terlihat sangat jelas dari mimik wajahnya yang sudah tidak lagi tertutup oleh masker dan topi. Dia menatap wajah sahabatnya yang sejak tadi hanya terdiam. Begitu pula pacarnya. Hanya diam seakan Githa orang bodoh yang marah marah tanpa sebab.
Mereka membuat area parkir menjadi tontonan. Jelas saja Anggrek dan Kenzy sangat malu dilihat oleh orang orang. Keduanya sudah membujuk Githa untuk pindah ke tempat lain namun nihil. Githa justru semakin melayangkan tuduhan yang menohok.
"lo emang nggak punya hati!" teriak Githa tepat di hadapan wajah Anggrek. Namun Anggrek masih tetap diam.
"Dan lo! Gue udah berkali kali biarin lo bertingkah sesuka jidat-tapi sekarang lo udah kelewat batas Ken. Gue nggak bisa sama lo lagi" kata Githa dengan wajah semerah darah.
Kenzy menatap mata Githa. "jangan gegabah-lo salah paham" ujarnya dengan nada yang rendah dan tenang.
Githa memalingkan wajahnya. Dia tidak mau berlama lama menatap manik mata berwarna hijau milik pacarnya. Itu bisa membuatnya terlena.
"gue akan jelasin semuanya tapi bukan disini" kata Kenzy lagi yang berusaha membujuk Githa supaya pergi dari tempat yang semakin ramai ini. Tapi tetap saja Githa tak mengindahkan ucapannya sejak tadi.
Tiba tiba Githa melihat ke sekelilingnya. Begitu banyak orang yang menonton mereka. Meskipun dia marah, perasaannya masih berfungsi dengan baik. Githa sadar–Kenzy dan Anggrek pasti sangat malu berada disini.
"buruan!" bentak Githa yang sudah berniat untuk membuka pintu mobil Kenzy.
Dan saat tubuhnya sudah duduk dengan nyaman disana. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat Awan juga ada di dalam sana. "lo ngapain disini?" tanya Githa yang menautkan kedua alisnya.
"lo bakal tau sendiri" jawab Awan singkat sebelum memalingkan wajahnya dari Githa yang duduk di sebelahnya. Sedangkan Anggrek berada di samping Kenzy yang sedang menyetir.
Semuanya diam berhenti pada keheningan. Tak ada seorang pun yang berniat memecahnya. Masing masing otak mereka berkutat dengan masalah yang terjadi. Sedangkan tubuh mereka mematung seperti air yang membeku menjadi es.
Setelah beberapa menit melaju di jalanan. Kenzy berhenti di sebuah taman yang terlihat sudah lama tidak terurus. Semua bangku kayu nampak lapuk. Disana sangatlah sunyi. Tak ada seorangpun yang bermain atau mengobrol seperti kegiatan di taman pada umumnya. Rerumputan yang kian meninggi juga menambah seram taman ini. Tempat ini lebih cocok disebut kuburan dibanding taman.
Mereka berempat keluar dari mobil dan duduk di bangku paling ujung. Hanya ini satu satunya bangku yang terbuat dari besi sehingga masih kuat menyangga tubuh mereka. Dengan meja persegi panjang di tengahnya membuat rasa canggung bertambah-karena wajah mereka bisa saling bertemu satu sama lain.
"heh! Lo daritadi diem kenapa? Apa lo baru sadar kalau ternyata lo sebangsat itu sama temen?" kata Githa yang penuh dengan kepedasan.
Lagi dan lagi Anggrek hanya diam. Tak merespon atau menjawab. Kepalanya tertunduk menatap sepatu hitam putihnya yang tadi pagi juga dipandangnya.
"otak lo boleh pinter tapi percuma kalau kelakuan lo persis jalang!" kata Githa disertai bentakan dikata paling akhir yang terucap dari mulutnya.
"stop! Lo udah kelewatan" kata Awan yang sejak tadi terlihat menahan rasa kesalnya. Namun tak disangka-Githa justru terlihat marah.
"dia udah punya pacar tapi masih deketin pacar temennya. Apa gue salah kalau sebut dia jalang?"kata Githa dengan penekanan disetiap katanya. Bahkan Githa juga mengacungkan jari telunjuknya di hadapan Anggrek dengan ekspresi penuh kemarahan.
Hal itu membuat emosi Awan semakin menanjak ke puncaknya. Dia mencengkeram tangan Githa dan melemparnya untuk menjauh dari Anggrek. "jangan berani kasar ke Anggrek!" bentaknya.
Githa berdecih. "nggak usah sok nge-bela. Lo juga dulu kejem sama dia!"
Tiba tiba Githa tersadar sesuatu. "dari dulu kayanya lo kena masalah terus. Apa jangan jangan lo emang bukan orang baik makanya dikasi masalah terus?" kata Githa dengan nada sinis dan sanggup menusuk hati Anggrek. Cewek itu sekuat tenaga menahan tangisnya luruh.
"Git berhenti. Anggrek nggak salah dan nggak ada yang salah disini. Lo cuma salah paham aja" kata Kenzy yang sejak tadi masih menjaga ekspresi cool nya.
"oke. Cuma gue yang salah dan kalian semua bener" jawab Githa yang membuat pacarnya kehilangan kedamaiannya.
"gue bilang BERHENTI!" bentak Kenzy yang berhasil membungkam semua omongan Githa.
"Anggrek minta ketemu gue karena dia mau minta maaf" jelas Kenzy yang terasa masih penuh dengan tanda tanya.
"minta maaf?" tanya Githa kebingungan.
Kenzy mengangguk. Dia menjelaskan kepada Githa bahwa Anggrek merasa bersalah karena sudah menjelek jelekkan nama Rama dan Awan yang notabene nya adalah saudara Kenzy tempo hari. Ya, Kenzy adalah kakak kandung Rama dan sepupu Awan. Selain itu Awan juga membuat masalah lagi karena terus saja memaksa supaya mereka bisa balikan.
Anggrek tidak memberi tahu sahabatnya karena merasa sudah merepotkan terlalu banyak. Dia berniat memberi tahukannya setelah semua masalahnya selesai.
Kemarin dia bertemu Awan untuk bertanya apakah Kenzy adalah salah satu dari keluarganya. Anggrek juga bertanya banyak mengenai Kenzy pada Awan supaya dia tahu seluk beluk lelaki itu. Sebab menurut Anggrek, antara Awan dan Rama punya sifat yang sama sama buruknya. Yaitu suka menyepelekan perempuan. Anggrek takut kalau nasib Githa akan sama sepertinya dulu.
Deg. Githa membeku.
Dia benar benar terkejut mendengar kenyataan yang disampaikan oleh Kenzy. Dia merutuki mulutnya yang sangat kurang ajar. Kalau saja Githa berpikir positif dan tidak terburu buru. Akhirnya pasti tidak akan seperti ini.
"sekarang udah jelas kan?" tanya Awan dengan penuh penekanan. Matanya menatap sinis tepat di pupil mata Githa.
Githa melihat Anggrek yang masih menundukkan kepalanya. Dia takut jika Anggrek tidak memaafkan kesalahannya. Pasalnya Githa baru menyadari bahwa ucapannya sangatlah kasar untuk dikatakan kepada seseorang yang disebut sahabat.
"Anggrek maafin gue" kata Githa lirih. Namun tak ada jawaban dari Anggrek.
"gue minta maaf karena ngomong kasar ke lo. Gue nyesel" ucap Githa yang bernada rendah serendah tanah.
"telat kalau lo baru nyesel sekarang. Kalau gue jadi Anggrek udah pasti lo jadi musuh bebuyutan gue" kata Awan yang semakin membuat mental Githa down.
Keberaniannya yang sejak tadi berkobar seperti api sekarang lenyap bak disiram air.Benar kata Awan. Sepertinya Githa memang terlambat menyadari. Dia terlalu gegabah dan mengikuti emosinya seperti yang diucapkan Kenzy. Otaknya seakan tidak bekerja untuk menemukan kata kata lagi. Githa tidak mau kehilangan Anggrek. Dia akan membenci dirinya jika Anggrek tidak mau memberinya maaf.
Bagaimanapun caranya Githa tidak akan menyerah untuk mendapatkan maaf dari Anggrek. Dia sudah tidak punya orangtua sejak kecil. Dan disaat semua orang menjauhinya karena jijik berteman dengan anak seorang pelacur–Anggrek datang dan mengulurkan tangan untuknya. Anggrek adalah motivasi Githa untuk tetap berjalan maju.
Andai saja dia mendengarkan perkataan Kenzy dan Anggrek yang memintanya tenang dan mendengarkan sejak awal. Githa memang bukan seorang yang penyabar. Tapi dia punya jiwa solidaritas yang kuat. Dan entah kenapa solidaritasnya lenyap saat ini. Githa tidak mengerti bagaimana tubuh dan perasaannya berjalan tidak seirama. Tapi saat ini Githa akan merelakan apapun untuk sahabatnya.
"nggak masalah Git. Gue balik dulu ya" kata Anggrek sesaat setelah dirinya melengos pergi persis seperti hal yang dilakukannya pagi tadi.
Githa merasa hancur sehancurnya.
Hai...
Next capt is Theia's story
Give me vote
if you feel happy please comment in this chapter.
Bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker Class
Dla nastolatkówDark Star. Panggilan yang digunakan untuk keempat perempuan ini. Bersekolah di sekolah elite nan mewah memang sudah dari dulu mereka jalani. Tapi hati mereka masih sama. Hati yang membenci masa lalu. Bersama sama mereka saling mengokohkan persahabat...