4

2.2K 67 2
                                    

"aku langit–kalian bintangnya"
.

.

"lo disuruh ke aula sama pak Tarjo" ucap Rama yang berdiri tepat di depan meja Anggrek.

"emangnya ada apa?" tanyanya dengan suara bergetar.

Dilihat dari dekat Rama memang sangat mengagumkan. Matanya yang teduh seolah bisa membuat siapapun merasa nyaman. Dalam sekejap Anggrek sudah bisa ternganga melihat keindahan objek di hadapannya.

"ada rapat sama disuruh minta iuran" ucap Rama biasa saja sambil menaruh beberapa buku di atas meja Anggrek. Buku tentang osis yang diberikan pak Tarjo untuk Anggrek. Hanya anggota osis yang dipinjami buku ini dari perpustakaan. Mengenai aturan yang harus dilakukan anggota osis.

Merasa amanat dari pak Tarjo sudah tersampaikan–Rama berniat keluar kelas. Tapi langkahnya terhenti karena ada tiga perempuan yang berdiri tepat di hadapannya. Tak lama, Rama melewati mereka begitu saja seakan tak ada apapun. Bella, Githa, dan Theia hanya melirik Rama diikuti hilangnya dia dari kelas ini.

"gue mau ke aula, Theia lo minta iuran" ucap Anggrek kepada Theia yang menjabat sebagai bendahara kedua setelah Anggrek.

"terus lo ngapain?" tanya Theia yang tidak mendapat jawaban karena Anggrek itu sudah pergi meninggalkan kelas.

Keadaan di aula ramai oleh anak anak yang berjalan kesana kemari. Anggrek mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Dia menemukan seseorang yang dicarinya sedang berjalan pelan menuju arahnya.

"lama banget sih" ucap lelaki itu kesal dengan pipi menggembung seperti anak kecil yang sedang merajuk. Tingkah lelaki itu justru membuat Anggrek tertawa. Lelaki itu membuang nafas dan mengecilkan pipinya seperti biasa.

"rapatnya belum mulai ya?" tanya Anggrek yang melihat keadaan masih berantakan.

"belum" kata laki laki berkulit kuning langsat tersebut. Dia menarik tangan Anggrek ke salah satu kursi yang sudah ditata berjejer di aula. Mereka duduk bersebelahan di barisan kedua dari depan.

Rapat seleksi osis dimulai dengan penyambutan dari ketua osis. Rapat ini berisi tentang segala sesuatu tentang osis. Ketua osis juga menjelaskan bahwa murid yang mengikuti osis karena paksaan lebih baik mundur daripada akan membuat masalah kedepannya.

Setelah rapat ditutup dengan salam dan yel yel dari SMA–para murid langsung berhamburan keluar dari aula. Anggrek menunggu lelaki yang tadi duduk bersebelahan dengannya. Dia sedang berbicara dengan beberapa kakak kelas.

Lelaki itu menghampiri Anggrek yang sedang melamun di dekat pintu keluar. Langsung saja dia menggenggam tangan Anggrek tanpa izin. Anggrek yang baru saja tersadar dari lamunannya reflek melotot kepada lelaki di sebelahnya. Tapi mereka justru tertawa karena wajah Anggrek.

Mereka berjalan santai di koridor dan tetap saling menggenggam tangan satu sama lain. Beberapa anak ada yang melirik dan berasumsi bahwa mereka pacaran. Memang terlihat seperti pasangan tetapi sebenarnya hanya teman dekat.

"gue boleh ngomong nggak?" tanya lelaki itu berniat meminta izin kepada lawan bicaranya.

"boleh" jawab Anggrek dengan anggukan kecil.

"lo mau nggak jadi wakil gue?" tanya lelaki itu dengan wajah memelas. Anggrek yang tidak mengerti maksud dari pertanyaan itu hanya menaikkan sebelah alisnya.

"wakil ketua osis" jelas cowok itu yang tersenyum sangat lebar hingga memperlihatkan deretan giginya. Cowok itu sama sekali tidak malu dilihat oleh sekumpulan anak kelas 11 yang ada di koridor.

Trouble Maker ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang