"aku ingin menjadi seperti Awan. Yang selalu menghiasi langit ketika hujan atau pelangi"
..
Di siang hari bolong yang terasa sangat panas. Anggrek bersama teman temannya dan juga dua laki laki sedang berkumpul di suatu cafe. Ini hari Minggu yang biasanya menyenangkan tapi justru menjadi menyeramkan. Bahkan segelas strawberry smoothies tidak bisa mendinginkan suasana.
Beberapa waktu yang lalu mereka saling mengabari untuk bertemu di suatu cafe tengah kota yang ramai. Apalagi di akhir pekan seperti ini cafe akan semakin ramai. Mereka memilih berkumpul di meja bundar berwarna cokelat dengan satu vas bunga di tengahnya. Tak lupa beberapa gelas berisi minuman yang mereka pesan juga sudab tersaji disana.
"lo Awan kan?" tanya Githa sewot dengan satu jari telunjuk mengacung tepat di depan wajah lelaki itu.
"jangan nunjuk gue!" gertak Awan dengan suara berat yang bisa membuat Githa ketakutan. Tanpa sadar Githa menurunkan tangannya.
"nama lo bagus ya. Awan" ucap Bella dengan mengeja nama lawan bicaranya. Tiba tiba dia tersenyum kecil sambil menatap Awan. Namun yang ditatap hanya membalas dengan dingin.
"jangan basa basi langsung to the point aja" kata Awan sembari melirik perempuan yang duduk tepat di sebelahnya. Ya, itu Anggrek. Perempuan yang sudah mengubah semua aspek hidupnya.
"oke kalau itu yang lo mau. Gue udah denger semua tentang lo dari Anggrek termasuk rencana busuk lo sama sepupu lo"
Githa memberi jeda kalimatnya. Dia bernapas dan itu membuat Anggrek merinding. Beberapa menit yang lalu dia dipaksa datang kemari setelah curhat dengan teman temannya selesai. Entah bagaimana caranya mereka bisa membawa Awan dan Rama kemari.
"dan kami sebagai sahabat Anggrek nyuruh lo dan sepupu lo supaya jauhin Anggrek. Jangan ngejer Anggrek lagi!" seru Githa dengan penuh suara ancaman dan tatapan tajam. Dia seakan bisa membunuh dua lelaki tampan ini hanya dengan tatapannya.
Namun tak sesuai harapan Githa-Awan hanya memandangnya dengan dingin tanpa emosi. "gue nggak peduli. Gue cuma mau balikan sama Anggrek" ucapnya santai.
Seketika Githa menggeleng pelan. "tidak semudah itu ferguso"
Ucapan Githa membuat tawa renyah teman temannya. Rama bahkan sedikit terkekeh. Tapi anehnya Awan tetap setia dengan ekspresi datarnya. Tanpa senyum.
"gini aja, kita tanya ke Anggrek mau yang mana. Gampang kan?" kata Theia setelah tawanya reda dan mulai muak melihat wajah lelaki di depannya yang seperti mayat hidup.
Mendengar ucapan Theia, mereka semua mengangguk pertanda setuju. Secara otomatis semua pasang mata lima orang ini melihat Anggrek. Dan yang dilihat justru nampak kelabakan karena kaget ditatap secara mendadak.
"eh eh ngapain liatin gue?" tanyanya yang baru saja mematikan ponselnya. Sejak tadi Anggrek tidak mendengar pembicaraan teman temannya. Dia asik bermain game ular yang seharusnya tidak dimainkan orang seusianya.
"lo main uler lagi kan?" goda Bella dengan wajah cengengesan.
"apa? Nggaklah itu kan mainan bocah" elak Anggrek dengan kedustaannya. Dia juga tertawa meremehkan lalu mengibaskan satu tangannya ke bawah supaya aktingnya nampak natural.
"halah nggak usah ngelak gue tau lo belum delete gamenya" seru Bella yang tak kalah meremehkannya. Anggrek kehabisan kata katanya. Dia tidak mungkin membalas karena itu kenyataannya.
"kalau diem berarti bener" goda temannya lagi. Kali ini Githa dengan seringai khasnya.
Awan melihat cewek di sebelahnya. Dia hanya diam tidak membalas ejekan teman temannya. Tiba tiba lelaki itu terkekeh kecil dengan tingkah Anggrek yang tidak biasanya mati gaya. Hal itu membuat teman teman Anggrek terkejut. Ternyata mayat ini bisa ketawa. Begitu batin mereka.
Semakin Anggrek diam teman temannya justru semakin gencar menggodanya. Ditambah Awan yang beberapa kali tertawa seperti membakar semangat sahabatnya. Akhirnya Anggrek kesal dan berniat menghentikannya.
"udah deh nggak usah bahas uler lagi" cicitnya dengan raut wajah kesal.
"ngaku dulu kalau lo masih main itu" seru Githa.
Anggrek hanya mengangguk pasrah. Namun bisa mengundang gelak tawa semua orang. Bahkan kali ini Awan tertawa dengan sangat jelas. Anggrek semakin kesal. Dia menatap Awan secara terang terangan dengan tajam. Seketika Awan langsung diam membisu ketika menyadari hal itu.
"udah gede mainnya uler" ejek Theia sembari memukul meja pelan.
"kenapa emangnya? Di youtube juga banyak yang main kaya gitu"
"oohh jadi lo transfer ilmu dari youtube" kekeh Bella yang membuat Anggrek sekali lagi kehilangan kata katanya.
"kita disini sebenernya mau ngapain?" tanya Rama tiba tiba. Dia sejak tadi diam untuk menunggu keputusan dari Anggrek. Tapi suasananya justru menjadi aneh.
"lo sabar dikit kenapa sih" jawab Githa yang mendapat tatapan dingin dari dua bersaudara ini.
"ya udah gue langsung milih aja" kata Anggrek santai seperti tengah memilih suatu jenis makanan. Padahal kenyataannya dia sedang diantara dua manusia yang merebutkannya.
Kelima orang yang duduk melingkar di depan meja bundar terlihat penasaran dan tidak sabar. Mata mereka tak berkedip dan badannya condong ke arah Anggrek. Benar benar situasi yang menegangkan.
Rama menegak ludahnya secara kasar. Mungkinkah Anggrek akan percaya dan kembali padanya?
Anggrek menatap kelima orang ini secara bergantian. Dia sengaja memasang ekspresi yang membuat semua orang semakin penasaran. Mulutnya sedikit terbuka.
"gue–" kata Anggrek yang menggantung kalimatnya.
"gue milih uler" jawabnya singkat dengan senyum selebar samudra. Menampakkan deretan giginya yang rapi.
"apaan sih? Engga lucu!" ucap Githa yang merasa diberi harapan palsu. Dia sudah menyaksikan Anggrek dengan serius tapi malah mendapat jawaban gila.
"yaallah sabarkanlah hamba yang punya temen setengah gila ini" kata Bella sembari mengadahkan kedua tangannya ke udara. Sepertinya cocok menjadi ustadzah.
Anggrek tertawa karena kata kata Bella. "lo kalau ngomong suka bener Bel" ucapnya lalu melanjutkan tawa riangnya.
"Anggrek kita balikan ya?" kata Awan pelan tepat di samping telinga Anggrek.
"aduh gue denger bisikan syaiton. Lo denger nggak sih?" seru Bella sembari menaruh satu tangannya di belakang telinga. Bella juga melirik lirik Awan agar teman temannya mengikutinya.
"kalau yang itu mah syaitonirojim Bel" sahut Githa dengan cengengesan.
"gue nggak denger apa apa" kata Theia dengan kejujurannya. Bella hampir saja marah pada Theia tapi tertunda ketika indera pendengarannya menangkap suara kecil milik sahabatnya.
"Awan kita lebih baik jadi adek-kakak aja. Entar gue manggil lo abang deh" kata Anggrek seperti sedang merayu seorang anak kecil yang menangis karena kehilangan permen.
"sebelum itu gue mau cerita sesuatu" kata Awan sembari melihat teman Anggrek satu persatu.
Sebenarnya Awan tidak mengenal ketiga perempuan ini. Bahkan namanya saja Awan tidak tahu. Tapi tiba tiba mereka datang bersama Rama ke rumahnya dan menyeretnya pergi. Awan ingin melawan tapi ketika mendengar nama Anggrek dia langsung melunak.
"tapi bukan disini" lanjutnya.
"kenapa?" tanya Anggrek.
"ini privacy gue"
"kalau privacy ngapain diomongin ke gue?"
"karena lo salah satu bagian dari privacy gue"
Hai..
Kepo kan ya privacy apaan
Sama aku juga kepo huhu
Nantikan di chapter selanjutnya
Jangan lupa vote+comment
oke?
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker Class
Teen FictionDark Star. Panggilan yang digunakan untuk keempat perempuan ini. Bersekolah di sekolah elite nan mewah memang sudah dari dulu mereka jalani. Tapi hati mereka masih sama. Hati yang membenci masa lalu. Bersama sama mereka saling mengokohkan persahabat...