27

620 19 1
                                    

"teman yang baik adalah
orang yang sama di depan atau
di belakang"
.

.

Pada pagi hari yang indah dan berseri Githa justru berangkat ke sekolah membawa raut wajah kekesalan. Mulutnya terus saja mengomel sejak turun dari mobil hingga saat ini. Kakinya terus dihentakkan ke tanah berkali kali. Githa tidak peduli berapa banyak pasang mata yang menatapnya aneh sejak tadi.

Langkah kakinya terhenti tepat di depan pintu bertuliskan X IPS 5. Dari sini dia bisa melihat secara jelas bagaimana Anggrek, Bella, dan Theia sedang mengobrol. Namun mukanya tetap tertekuk sama seperti beberapa saat lalu.

Githa berjalan dengan langkah lebar memasuki ruang kelasnya dengan tangan berkacak pinggang. Teman temannya yang tau jika Githa sudah datang terlihat senang dan menyambutnya dengan bahagia. Tapi yang disambut tak sebegitu bahagianya.

"gue mau bunuh lo anak setan!" teriak Githa yang berdiri tepat di hadapan Anggrek. Sontak Anggrek terkejut setengah mati dengannya. Bagaimana tidak di jam sekarang seharusnya Githa tertawa bukannya berteriak sekeras toa masjid.

"lo-lo kenapa Git?" tanya Anggrek ketakutan melihat Githa berekspresi menakutkan bak seorang singa yang siap untuk menerkamnya kapan saja.

Tetiba tangan Githa mendarat tepat di atas bahu Anggrek. Hal itu jelas membuat rasa takutnya semakin membesar. "kemarin lo kemana bitch?!" teriak Githa lagi.

Pertanyaan itu membuat Anggrek meneguk ludahnya secara kasar. Dia mendelik tidak percaya. Mungkinkah Githa melihatnya kemarin? Jika benar iya habislah riwayatnya.

"gu-gue nggak kemana mana kok" jawabnya gelagapan.

"bohong!" bentak Githa yang berhasil menciutkan mental sahabatnya.

Bella tidak mungkin tinggal diam. Dia sejak tadi menunggu kalau Githa hanya bercanda tapi nyatanya dia justru semakin marah. Hal itu membuat jiwa kedewasaannya tergugah.

"kita bisa bicarain dengan tenang. Keep calm sob" kata Bella menengahi perkelahian di depannya.

Githa langsung melepas cengkraman tangannya di baju Anggrek. Sedangkan Anggrek sudah bisa bernapas lega setelah tadi seperti kehabisan napas dan serasa hampir mati. Githa membuang napasnya kasar dengan mimik wajah yang masih terlihat ganas.

Setelah keduanya nampak tenang-Bella mencoba mencari tahu akar masalahnya. "coba jelasin ke gue masalahnya apa?" kata Bella dengan suara yang terdengar sangat nyaman di telinga.

Anggrek melihat Githa dan Bella bergantian. Keduanya tak menunjukkan gerak gerik untuk berbicara hingga akhirnya Anggrek memutuskan untuk mengakui kesalahannya kemarin.

"pertama gue minta maaf udah bohong ke kalian. Jadi kemarin gue emang pergi-"

Belum sempat kalimatnya terselesaikan-Githa sudah menyerocos terlebih dahulu.

"nah bener kan! Lo emang kurang ajar!" kata Githa dengan lantang dan berhasil membuat Anggrek pertama kali ketakutan melihatnya.

Anggrek meneguk ludahnya lagi secara kasar. Dia mulai berkeringat dan kebingungan. "gue nggak bermaksud aneh aneh kok sumpah" kata Anggrek yang membuat peace dengan kedua jarinya.

"gara gara lo gue belum ngerjain PR dari bu Riris. Kalau gue dihukum itu semua salah lo!" kata Githa yang pasti dengan teriakannya yang memekakkan telinga.

Anggrek tertegun mendengar jawaban Githa. Apa maksudnya? Jadi Githa tidak mengetahui masalah kemarin? Anggrek sangat bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan yang menyelamatkannya.

Tiba tiba Anggrek tertawa canggung. "oh itu gue lagi ke rumah temen SMP gue. Sorry Git" katanya yang tidak lagi ketakutan seperti sebelumnya. Anggrek sudah mulai tenang dan santai. Bahkan dia sudah bisa tersenyum.

"terus sekarang gimana woi?!" teriak Githa lagi dan lagi dengan histeris. Bahkan Theia sejak tadi menutup kupingnya karena tidak tahan dengan suara Githa bin toa.

Bella yang menunjukkan ekspresi menderita langsung menutup mulut Githa dengan tangannya. Barulah setelah itu Theia bisa mendengar lagi dengan nyaman.

"lo diem aja, kalau lo dihukum kita juga bakalan ikut" kata Bella yang membungkam semua kehebohan teman temannya. Theia dan Anggrek pasti menyetujuinya karena kebanyakan nasihat Bella pasti sangat sesuai.

Tak lama setelah pertengkaran itu usai-bu Riris aka bu kunti memasuki ruang kelas X IPS 5 dengan aura aura hantunya. Semua murid tidak ada yang berani menatap mata guru yang satu ini. Karena dulu ada salah satu preman sekolah yang berani melawan bu Riris namun berakhir menjadi siswa teladan. Bagi para murid nakal, itu adalah neraka jahannam.

"selamat pagi semuanya" sapa bu Riris setelah mendapat posisi nyaman saat duduk di singgasananya. Tak lupa dia menyilangkan kakinya dan duduk dengan badan tegak.

"pagi bu" jawab semua murid membentuk padus namun dengan nada lesu.

"kumpulkan pekerjaan rumah kalian sekarang!" kata bu Riris tepat seperti dugaan keempat anggota Dark Star.

Setelah sebagian murid mengumpulkan buku bersampul cokelat milik mereka-bu Riris menghitung jumlah bukunya. Setelah selesai, dia melirik anak muridnya melalui ujung mata.

"yang tidak mengumpulkan maju ke depan" titah bu kunti yang dilaksanakan oleh beberapa murid di kelas ini termasuk keempat anggota Dark Star.

5 orang maju ke depan dan berdiri tepat di sebelah bu Riris. Anggrek, Githa, Bella, dan Theia berdiri tanpa ragu ataupun malu. Sedangkan Tyo terlihat agak takut berdiri di depan. Cowok bertubuh besar ini melirik ke arah empat perempuan di samping kanannya. Dia berdiri di urutan paling akhir karena takut mendapat amukan gurunya.

Bu Riris berdiri dari kursinya dan berjalan mengarah ke murid yang paling dekat dengannya. Kebetulan Anggrek yang berdiri disana. Bu Riris langsung terkejut dengan orang yang dilihatnya.

"Anggrek kamu tidak mengerjakan PR?" tanya bu Riris penuh ketidakpercayaan. Namun anehnya wajah beliau tidak menunjukkan keterkejutan. Itulah yang ditakuti dari guru satu ini. Wajah datar tanpa ekspresi namun mengintimudasi.

Cewek dengan rambut dikepang itu mengangguk kecil. Dia menaruh kedua tangannya di belakang dan menatap mata bu Riris dengan wajah sama datarnya. Terkadang banyak orang bingung kenapa Anggrek dan teman temannya sangat berani menatap mata bu Riris tanpa merasa takut. Tapi menurut mereka bu Riris tidak semenakutkan itu saat diam. Ya, saat marah itu pengecualian.

Bu Riris menggeleng pelan lalu berdiri di depan kelima muridnya. "silahkan keluar dan kerjakan PR tadi! Dan untuk keempat anggota Dark Star saya tunggu di ruangan saya setelah jam istirahat"ujar bu Riris dengan mengikutsertakan nama geng mereka. Kelimanya mengangguk dan segera keluar kelas setelah mengambil buku dan pulpen.

"Anggrek!" kata Githa tiba tiba sesaat setelah dia menulis jawaban terakhir dari pekerjaannya.

Anggrek tampak terkejut dan masih mengamati ruang ruang yang bisa dia lihat dari taman belakang sekolah. Dia hanya mengangkat sedikit dagunya.

"lo tadi bilang kemarin pergi ke rumah temen SMP lo?" tanya Githa penuh kecurigaan namun tak bisa dilihat oleh Anggrek karena cewek itu tak menoleh sama sekali ke arah temannya. Kepalanya mengangguk sebagai jawaban.

Sontak Githa terkejut setelah Anggrek menganggukkan kepalanya. Dia melihat Bella dan Theia bergantian. Tapi dua manusia ini tak mengerti apa maksud dari tatapan Githa yang masih abstrak.

"bukannya temen SMP lo cuma gue, Awan, sama Ochi?"



Haii...
Kalian ngeship kisahnya siapa sih?
Biar nanti dibuat lebih bagus lagi
By the way kalian suka apanya dari cerita ini?
Komen yaa
Jangan lupa vote
Bye

Trouble Maker ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang