32

641 21 0
                                    

"saat kamu sudah bisa menaklukan rasa dingin, tetaplah menjadi hangat"
.

.

"gue cuma mau ketemu sama temen, lo tunggu disini aja. Oke?" kata Githa sambil menatap mata Kenzy.

"oke" jawab Kenzy singkat sambil mengangguk kecil.

Githa segera berjalan ke bagian belakang club sedangkan Kenzy duduk di depan bar counter. Dia berhasil menolak tawaran minuman beberapa orang disana. Itu karena Kenzy memang pantang minum alkohol. Ya namanya aja anak rumahan. Keluar rumah juga jarang apalagi main ke club.

Kenzy sudah menunggu sekitar 25 menit disini. Dia bosan. Githa yang tak kunjung kembali membuatnya semakin bingung harus melakukan apa. Akhirnya dia membuka ponsel dan mencoba mencari sesuatu yang menarik. Kenzy mulai membaca obrolannya dengan Githa satu jam lalu.

Pacarnya ini meminta untuk ditemani pergi ke club. Awalnya tentu saja dia terkejut karena Githa bukan tipe orang yang suka foya foya. Dan setelah bertanya ternyata Githa hanya menemui temannya. Tapi saat ditanya siapa temannya dia justru mengalihkan topik.

Tiba tiba ada sebuah tangan yang merayap di punggungnya. Kenzy tau ini adalah tangan seorang wanita. Matanya berusaha melihat wajah perempuan di belakangnya. Tapi naas, Kenzy yang lupa membawa kacamata ataupun softlensnya membuat wajah wanita ini buram. Apalagi penerangan disini terbilang minim sehingga semakin menyulitkannya.

"Githa" panggil Kenzy mencoba berharap bahwa itu adalah Githa.

"iya gue Githa" jawabnya.

"kok suara lo beda" tanya Kenzy kebingungan.

"perasaan suara gue dari dulu kayak gini deh" jawab wanita itu yang mulai menggerayangi pundak Kenzy.

"minum dulu nih kayaknya lo capek" ucap wanita yang duduk di sebelah Kenzy. Dia lalu menyodorkan segelas minuman ke depan Kenzy.

Kenzy berusaha menolak tapi minuman itu sudah terlebih dulu masuk melewati kerongkongannya. Kenzy sadar ini alkohol dan tubuhnya sama sekali tidak bisa menerima. Alhasil kepalanya pusing dan penglihatannya mulai buram. Wanita itu mengoceh lalu membawa Kenzy keluar dan meninggalkannya terduduk di luar dengan keadaan mabuk.

***

Matanya mengerlip beberapa kali hingga dia berhasil membukanya secara penuh. Sebuah ruangan berwarna biru menghiasi pandangannya sekarang. Beberapa lukisan dan hiasan dinding tergantung rapi. Hingga penglihatannya berhenti di pintu cokelat tua yang berada tepat di depannya.

Tak lama sebuah langkah kaki terdengar mendekat. Dia tidak bisa banyak bergerak karena tubuhnya terasa sangat lelah. Sehingga dia hanya menunggu sampai orang itu berada di dekatnya.

Perempuan bertubuh kecil dengan baju oversize berwarna merah dan celana senada duduk di lantai tepat di sampingnya. Dia yang sedang berbaring di atas kursi kayu panjang hanya melihat dengan tatapan kosong. Bahkan dia tidak tahu siapa perempuan ini.

"kakak udah sadar?" tanya perempuan ini dengan raut bahagia. Sedangkan orang yang ditanya masih menatap kosong ke arahnya.

"kakak pasti bingung kenapa bisa ada disini. Tenang kak, tadi aku yang bawa kakak waktu pingsan di club" ucapnya tenang mencoba mengingatkan.

Kenzy bangkit dari posisi tidurnya. Mencoba mencerna situasi yang sedang dialaminya saat ini. Dia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 7 pagi. Sudah terlambat jika Kenzy pulang dan bersiap ke sekolah. Setelah jam tangan, kini dia melihat ponselnya. Ada ratusan notifikasi yang masuk tapi tak terbesit sekalipun untuk membukanya.

"thanks udah nolongin gue. Kalau boleh tau nama lo?" tanya Kenzy sopan.

"Laras" jawabnya singkat dengan senyum.

"thank you Ras" ucap Kenzy sekali lagi lengkap dengan nama.

"sama sama kak Kenzy"

Kenzy membelalak saat perempuan ini tau namanya. Kenzy curiga dia membuka ponsel atau dompetnya semalam. "lo tau nama gue darimana?" tanya Kenzy yang mulai menautkan alisnya.

"aku juga sekolah di SMA Nusa Bakti kak. Siapa sih yang nggak kenal sama seorang Kenzyano Adelard?" jawab Laras seakan sedang membanggakan sesuatu.

Kenzy mengangguk kecil lalu melihat sekeliling. Rumah Laras terkesan sangat senyap. Mungkin karena hanya ada mereka berdua disini. Hal itu membuat Kenzy merasa tidak nyaman disini. Dia memutuskan untuk pulang.

"gue balik ya Ras" kata Kenzy yang menatap mata perempuan di depannya dengan wajah datar.

Laras menganggukkan kepalanya dengan cepat. "iya kak hati hati" jawab Laras yang sejak awal selalu tersenyum sumringah.

***

Awan hitam nampak jelas di pagi hari SMA Nusa Bakti. Sejak dini hari hujan sudah mengguyur sebagian kota Semarang. Meskipun tidak terlalu deras tapi tentu saja hujan membuat suasana sekolah sedikit berbeda. Beberapa genangan di lapangan dan daun daun yang basah terkena hujan menjadi pemandangan pagi ini.

Kelas X IPS 5 dengan segudang kejahilannya kali ini tergugah untuk melakukan suatu aksi. Sasarannya adalah ketua kelas mereka sendiri. Atan dan antek anteknya menyusun rencana saat Elga–ketua kelas mereka sedang keluar kelas.

Tiba saatnya ketika Elga masuk ke kelas tanpa tahu apapun. Atan mulai berjalan mendekatinya dengan cengiran khasnya. Rupanya dia membawa sebuah kertas dengan tulisan 'YANG BACA INI MUKANYA JELEK BANGET' yang akan ditempelkan di punggung Elga.

Seperti rencana mereka, kertas itu tertempel sempurna tanpa diketahui Elga. Kalau kalian penasaran dengan caranya–kalian harus ketemu dengan master jahil SMA Nusa Bakti,Atan Rahmawan.

"Ga lo ganteng banget hari ini" kata Atan yang kemudian kembali ke bangkunya setelah misinya selesai.

"wah, tumben lo bener" sahut Elga yang sudah terlampau tinggi rasa percaya dirinya. Dia juga tertawa kecil yang terdengar sok keren.

Semua teman sekelasnya menahan tawa karena bu Riris sudah duduk di singgasananya. Mereka hanya perlu sebuah rencana kecil untuk membuat bu Riris membaca kertas di punggung Elga. Lagi lagi Atan yang menjalankan misinya. Dia memberi kode pada beberapa temannya saat bu Riris sedang menulis sesuatu di papan tulis.

"bu!" panggil Atan dengan suara keras yang menggema di semua sudut ruangan. Beberapa orang dan bu Riris menoleh ke arahnya.

Bu Riris berbalik badan, menutup spidol, dan membuat kontak mata dengan Atan. "ada apa?" tanyanya.

"ada tugas presentasi bu. Ketua kelas kita yang mau mengawali presentasinya di depan" jawab Atan yang membuat beberapa teman di sampingnya mengoceh dalam diam. Kali ini Atan juga mengorbankan dirinya sendiri karena tugas yang disebutkan belum terselesaikan.

Elga melotot pada Atan sedangkan bu Riris justru tersenyum. "kamu kesambet apa tadi malem?" tanya bu Riris dengan seringainya. Atan juga ikut tersenyum pada bu Riris ataupun ketua kelasnya.

Bu Riris kembali ke kursinya. "kalian catat materinya dan Elga silahkan maju" titah bu Riris yang di-iyakan oleh para muridnya.

Elga maju ke depan namun bu Riris masih belum menyadari tulisan itu. Hal ini membuat Atan dan yang lainnya kesal. Mereka perlu cara lagi. Kali ini bukan Atan tapi Githa–si biang kerok.


haii
gimana pendapat kalian sama part ini?
komen di bawah yaa
pasti aku balas
jangan lupa vote
see you on next part
bye

Trouble Maker ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang