22

719 23 6
                                    

"sebelum kamu bertindak pikirkanlah bahkan sampai seribu kali"
.

.

"bukannya lo udah ceritain itu?" tanya perempuan berseragam putih abu abu sembari menyesap sebuah minuman.

"iya" jawab lelaki itu singkat.

"terus ngapain diulang?" tanya perempuan itu lagi. Kali ini dengan sedikit kekesalan dalam nadanya.

"biar lebih lama sama lo" jawabnya santai namun justru mendapat respon tidak suka dari lawan bicaranya.

"Awan, lo udah maksa gue kesini padahal seharusnya gue pulang. Dan lo malah sengaja buat lama" kata Anggrek yang sejak tadi tidak berhenti bicara.

Saat keluar dari sekolah Anggrek sudah bertemu dengan muka cowok ini dengan motor klasiknya. Dia melambai seperti orang gila pada Anggrek. Mau tidak mau Anggrek harus menghampirinya agar tidak semakin dilihat banyak orang.

Awan memintanya untuk melanjutkan soal pembicaraan kemarin. Dia mau bicara berdua saja dengan Anggrek. Dan disinilah mereka. Di lapangan sepak bola dekat sekolah Awan dengan ditemani dua gelas es teh.

Lelaki berparas sedikit kebarat-baratan itu terkekeh melihat mantan kekasihnya yang tampak lucu ketika meminum es teh tanpa sedotan. Apalagi wajah Anggrek yang cantik terasa berbeda saat duduk di kursi kayu tepi lapangan sepak bola.

"lo masih sama kaya dulu. Suka ngomel" kata Awan sembari melirik perempuan yang duduk di sebelahnya. Namun tak menoleh atau merespon. Begitulah Anggrek sekarang.

"buruan lo mau ngomong apa?" tanya Anggrek lagi dengan kekesalan yang membuncah. Nadanya naik satu oktaf tapi matanya tetap setia ke depan. Tidak memandang mantan pacarnya.

"jangan buru buru Ochi"

Sontak Anggrek terkejut dengan kata terakhir yang diucapkan Awan. Dia marah mendengar kata itu. Tangannya mengepal kuat. Anggrek berdiri tepat di hadapan Awan.

"ada apa?" tanya Awan seakan tidak tahu apapun. Dan nyatanya dia memang tidak tahu karena dia menyebut nama itu secara tidak sadar.

"gue mau pulang!" bentak Anggrek lalu mengambil tasnya secara kasar. Dia pergi meninggalkan Awan yang masih kaget. Langsung saja dia mengejar Anggrek yang belum jauh.

"Anggrek" panggil Awan yang menarik tangan Anggrek hingga badan perempuan itu berbalik arah.

"salah gue apa?" tanya Awan dengan raut wajah memelas.

Anggrek melepas genggaman Awan dengan kasar. Matanya merah menatap Awan. Sepertinya Anggrek akan meluruhkan air matanya saat ini. Seketika lelaki dengan wajah sangar itu memeluk Anggrek erat. Tidak ada acara penolakan.

"gue benci sama lo!" rintih Anggrek sambil memukul punggung Awan berkali kali. Tangisnya tak terdengar tapi jelas suaranya bergetar.

Awan mengelus puncak kepala Anggrek. "marah aja sama gue, pukulin gue sepuas lo. Karena rasa sakitnya akan lebih parah saat lo diem"

Tangis Anggrek mulai reda. Dia melepaskan pelukan hangat yang dulu sangat dirindukannya. Bagian putih dari matanya masih memerah. Suaranya juga masih tersedu. Tiba tiba Awan tersenyum sangat manis padanya. Seolah tidak pernah terjadi apapun di masa lalu.

"gimana udah lega belum?" tanya Awan lembut dengan tetap menunjukkan senyumnya.

Anggrek menggeleng pelan. "gue masih benci sama lo" jawabnya ketus.

"kita duduk lagi ya? Kan belum selesai" rayunya dengan manis.

Alhasil setelah beberapa kalimat semanis madu-Anggrek mau duduk lagi di kursi panjang tadi.

Trouble Maker ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang