13

710 28 0
                                    

"kenapa tadi lama banget dari ruang ganti?" tanya Theia dengan suara lembut yang dibarengi dengan wajah polosnya yang terlihat begitu imut.

"ternyata handphone gue dibawa Rama jadi harus ambil ke kelas dulu" jelas Anggrek untuk meredakan ke-kepoan teman temannya yang mengganggunya sejak tadi. Dia juga melihat satu persatu sahabatnya di sela langkah kakinya.

"kok bisa dibawa Rama?" sambung Bella ikut memberi pertanyaan yang mewakili pertanyaan dari teman temannya.

"waktu Rama lewat situ dia ketemu Laras yang bawa handphone gue terus diminta, dibawa ke kelas, ketemu gue terus gue disuruh ambil di meja" jelas Anggrek lagi dengan singkat, padat, dan jelas yang berhasil mengobati rasa kepo sahabatnya.

"seneng deh kita bisa menang dari timnya Mila" kata Githa sambil mengingat lemparan bolanya yang berhasil memenangkan timnya dari tim Mila di permainan bola basket tadi.

"tadi Laras juga banyak cetak nilai buat kita" celetuk Theia tiba tiba yang mendapat tanggapan kurang baik dari ketiga temannya.

"kebetulan aja bolanya sama Laras" kata Githa yang memberi komentar kurang positif ditambah ekspresinya terlihat tidak suka atas perkataan Theia.

"lo masih aja nggak suka sama Laras setelah dia bantu kita menang?" tanya Theia kebingungan atas sikap Githa yang kekanak kanakan. Theia memang paling malas dengan orang yang sulit memaafkan. Dia sering kali menasehati teman temannya mengenai pentingnya memaafkan kesalahan orang lain.

Githa terdiam atas ucapan Theia yang menusuk hatinya hingga ke dalam. Kenyataan yang sangat menohok tiba tiba menyadarkannya. Githa mengedipkan matanya dua kali. Kemudian menatap Theia dengan mata yang berkaca kaca.

Sontak Githa memeluk Theia setelah baru saja menghentikan langkah kakinya. Dia menyadari sikapnya yang salah. Bahkan setelah ketiga temannya berbuat baik pada Laras Githa tetap saja mementingkan egonya dan terus bersikap tidak baik pada Laras.

Githa melepaskan pelukannya perlahan. Dia menatap Theia dengan tatapan yang masih sama. "lo bener Thei" kata Githa dengan mata yang terus berbinar binar.

"tunggu apa lagi? Sekarang kita harus minta maaf ke Laras dong" sahut Bella secara tiba tiba dengan senyuman mengembang seperti roti. Ketiga temannya mengangguk dan ikut mengembangkan mulut mereka membentuk setengah lingkaran.

"tapi Laras dimana?"

Pertanyaan Anggrek sontak menghilangkan semua senyum cerah mereka. Mereka saling melemparkan tatapan penuh tanda tanya. Seakan tanpa bertanya melalui mulut-mata mereka sudah menjelaskan semuanya.

Tiba tiba teman satu kelas mereka berjalan melewati mereka. Langsung saja Githa yang berada paling samping menarik bajunya secara kasar hingga temannya itu menjerit karena kaget. Dia langsung menyingkirkan tangan Githa yang bergantung pada lengan kemejanya.

"lo liat Laras nggak?"

"minta maaf dulu kek" jawab Fita ketus dengan wajah tertekuk dan mata membelalak.

"idih emang gue ngapain sampe harus minta maaf ke lo?" jawab Githa tak kalah galaknya. Dia menentengkan tangannya di pinggang dan mengangkat kepalanya sedikit.

"lo itu udah sembarangan narik baju gue"

"kalau emang gak mau nolongin yaudah sana pergi!"

"iya gue pergi. Bye!" kata Fita yang melengos pergi dengan kemayunya.

"sinting tu orang" umpat Anggrek yang masih melihat ke arah belakang, tempat Fita pergi dan menghilang.

***

Sudah banyak ruang dan jalan yang mereka lalui. Mungkin hampir semua ruangan di sekolah besar ini sudah mereka masuki. Rasanya tulang kering mereka akan benar benar kering dan keriput sekarang. Wajah mereka pun sudah memerah dan berkeringat tanda mereka sangat kelelahan.

"apa Laras cabut ya?" tanya Bella tiba tiba dengan napas yang tersengal sengal karena baru saja dikejar kejar oleh guru yang tiba tiba saja lewat.

Demi menemukan Laras mereka rela membolos jam pelajaran bu Riris yang terkenal sangat disiplin. Entah setelah ini hukuman apa yang akan datang menemui mereka. Hari ini atau besok pasti bu Riris akan mengomel dengan ucapan maupun perbuatan. Bisa saja guru itu melaporkan mereka ke pak Tarjo selaku wali kelas. Dan kalau sampai terdengar jika mereka membolos jam pelajaran. Habis sudah hidup mereka bersama dua guru killer itu.

"sepertinya Laras nggak mungkin berani cabut. Dia kan masih anak baru disini" jawab Anggrek yang terlihat masih memikirkan berbagai kemungkinan terkait hilangnya Laras setelah pelajaran olahraga.

"bener juga! Buktinya kita yang bandel gini aja nggak berani cabut apalagi si Laras" sahut Githa yang mendapat anggukan kepala dari seluruh sahabatnya. Itu berarti mereka semua setuju dengan perkataan Githa. Dan mungkin akan merealisasikan perkataan Githa suatu hari nanti demi menambah catatan kasus mereka.

"terus gimana? Kita udah terlanjur bolos dan nggak mungkin buat balik lagi ke kelas" kata Theia spontan yang sedari tadi hanya mendengarkan ocehan teman temannya tanpa memberi komentar satu pun. Theia memang lelah dengan semua tingkah aneh teman temannya. Apalagi kalau bersifat negatif.

"iya tuh! Bisa bisa waktu kita masuk ke kelas langsung ditelen sama bu Riris" cerocos Githa menyambung perkataan Theia dengan ditaburi kelebay-an yang hakiki. Itu memang sudah keahlian cewek sinting ini.

"ebuset... enggak dikunyah dulu tuh" sahut seseorang tiba tiba dari belakang mereka.

Mereka tertegun mendengar suara yang cukup familiar di telinga mereka. Setelah beberapa detik lamanya mencermati suara itu. Akhirnya mereka berbalik badan secara serentak. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat lelaki berkumis tipis yang nyengir ke arah mereka. Bukannya senang dengan cengiran lelaki itu mereka justru menampakkan ekspresi ketakutan.

"eh pak Tarjo disini" kata Githa sembari melirik teman temannya yang juga masih kaget atas kehadiran pak Tarjo secara tiba tiba. Bahkan kulit Theia yang sudah putih pucat menjadi lebih pucat lagi karena terkejut. Untungnya setelah beberapa saat kulitnya kembali seperti semula meskipun masih sama putihnya.

Pak Tarjo memudarkan cengirannya dan menggantinya menjadi ekspresi khas seorang guru yang sedang menatap para murid nakal di sekolahnya. Bahkan hanya dilihat dari sorot mata bak elang itu seakan sudah membuat seseorang mendapat siksaan sebelum menghadapi hukuman yang sebenarnya.

Kelima orang yang sekarang sedang berdiri di depan laboratorium tampaknya mulai mengeluarkan aura aura gelap nan menyeramkan. Keempat gadis yang biasanya penuh ceria—saat berhadapan dengan pak Tarjo justru diam seribu bahasa. Tak meluncur satu huruf pun dari mulut keempat perempuan yang memiliki julukan Dark Star.

"bapak tunggu di ruang BK saat jam istirahat" ucap pak Tarjo di antara ketakutan murid muridnya. Justru ucapannya yang semakin menambah takut keempat orang yang berhadapan dengannya.

Pak Tarjo sudah berbalik badan dan akan pergi meninggalkan posisinya. Tapi seperti adegan bak sebuah drama, pak Tarjo berhenti dan melihat ke arah belakang arah para siswi siswinya. Dia pun kembali memutar badannya.

"oh iya, nanti Laras juga ada bersama kalian" kata pak Tarjo sebelum akhirnya berjalan pergi dan menjauh lalu menghilang dari pandangan.

Keempat gadis pandai dan cantik ini sontak membelalakkan sepasang mata mereka selebar mungkin. Pak Tarjo itu makhluk apa sampai bisa tau segalanya?

Hai... Hai...
Wellcome to my story again👋
Kayanya peminat ceritanya semakin berlimpah layaknya SDA Indonesia:))
Sebagai penulis yang masih pemula aku juga bersyukur dan berterima kasih atas pencapaian yang baik
Semoga semakin kesini semakin banyak lagi yang menyukai karangan dari penulis yang masih dibilang amatiran ini.
Sekali lagi Terima Kasih banyak atas dukungannya
Jangan lupa beri vote kalau kalian suka!

Trouble Maker ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang