~Kesalahan adalah suatu hal baru. Tak pernah kamu duga kedatangannya maupun akhir ceritanya~
Ruang BK atau lebih jelasnya lagi Ruang Bimbingan Konseling. BK atau juga disebut sebagai BP memiliki banyak fungsi untuk kesejahteraan murid di sekolah. Namun tak sedikit yang beranggapan bahwa BK adalah tempat yang terbilang kurang baik dan menyeramkan. Jadi banyak murid yang enggan untuk memijakkan kaki disana karena takut terkena hukuman.Berbeda dengan kebanyakan murid lainnya. Keempat siswi yang sedang berjalan ke arah ruang BK terlihat sangat bahagia. Mereka terus saja tersenyum disetiap langkah mereka menuju ke ruangan yang biasanya ditakuti oleh siswa siswi hampir di setiap sekolah. Apalagi si Githa itu—dia memamerkan gigi putihnya yang berjejer rapi ke setiap orang yang dilihatnya.
"jangan kelamaan senyum lebar kayak gitu entar gigi lo kena musibah kekeringan" kata Bella yang menyenggol Githa berulang ulang kali tapi tidak satupun senggolannya yang dihiraukan oleh Githa.
"gue bahagia bel bisa kena hukuman bareng kalian" jawab Githa yang masih berekspresi gembira. Githa memang sering memberikan jawaban yang lumayan nyeleneh. Tapi teman temannya paham dan memaklumi sikap Githa yang tak terduga itu.
"gue lebih suka kalau kita pergi hangout bareng. Bukan main ke ruang BK" sahut Theia yang sejak tadi melipat tangannya di depan dada tanpa ekspresi apapun. Hanya sesekali dia tersenyum kecil ketika ada guru yang lewat.
"gue setuju" kata Anggrek disertai anggukan setelahnya.
"kemana aja deh yang penting kita bareng" ucap Bella yang menyudahi segala ocehan teman temannya. Diantara keempat perempuan ini, Bella ialah yang paling dewasa. Mungkin karena umurnya yang paling tua dan satu satunya yang menjadi anak pertama di dalam keluarga.
Mereka sudah sampai di depan pintu kayu dengan sedikit ukiran di bagian tepinya. Dengan tulisan di atas pintu, semua orang pasti sudah tahu jika ini adalah ruang BK. Ruang yang menjadi saksi bisu ketakutan para murid. Ruang yang juga berperan sebagai pengadilan dengan para guru BK sebagai hakimnya. Dan siapapun yang bersalah akan terkena hukuman yang setimpal.
Sebuah tangan sudah menggantung di gagang pintu besi yang terasa dingin. Bella perlahan menurunkan tangannya yang mengepal kuat gagang pintu. Kemudian mendorongnya pelan hingga menimbulkan suara decitan yang terdengar melengking di seluruh ruangan.
Kaki mereka melangkah satu demi satu semakin mendekat menuju arah suara yang memanggil mereka. Hingga tak terasa mereka sudah duduk diantara pak Tarjo dan Laras. Awalnya mereka terkejut melihat keadaan Laras yang terlihat kacau. Air matanya pun masih tersisa di pipi Laras. Mereka menebak bahwa Laras baru saja merasakan kemurkaan sang guru hingga muncul sedikit rasa iba melihat Laras yang masih sesenggukan karena menangis.
***
"udahlah ras nggak usah terlalu mikirin omongannya pak Tarjo. Kita juga sering kok buat masalah dan kena marah" kata Githa berusaha menenangkan Laras yang terus saja menangis. Padahal mereka sudah keluar dari ruang BK 15 menit yang lalu.
"santai aja kali ras" sambung Bella yang memasang raut muka bahagia agar bisa menular pada Laras.
Laras tak henti hentinya menangis sejak masuk ke ruang BK. Bahkan meskipun sudah berbaikan dengan para anggota Dark Star—matanya masih saja mengeluarkan air mata setiap kali selesai di bersihkan. Hingga keempat orang yang duduk di samping Laras bingung caranya membuat cewek ini berhenti menangis.
Laras ketahuan oleh pak Tarjo ketika sedang berusaha membolos. Dia langsung dibawa ke ruang BK oleh pak Tarjo tanpa penolakan sedikitpun darinya. Meskipun tidak membantah saat dibawa ke ruang BK tapi Laras tetap saja sedih melihat dirinya di sekolah baru sudah terkena masalah sekilat ini.
Mengenai alasan Laras ingin membolos, sebenarnya Laras hanya ingin pulang ke rumah karena neneknya dikabarkan tengah sakit. Tapi Laras tak mengungkapkannya pada pak Tarjo dan justru berkata bahwa dia malas mengikuti pelajaran. Hanya anggota Dark Star yang diberi tahu oleh Laras. Dan menyebabkan keempat perempuan itu langsung murka pada Laras.
"pak Tarjo emang kayak gitu orangnya. Biasa-in aja" kata Anggrek sambil menepuk nepuk pelan pundak Laras.
"kalian sering di marahin sama pak Tarjo kenapa nggak kapok? Gue aja nggak mau lagi kena marah sama pak Tarjo" tanya Laras yang masih sesenggukan. Sepertinya Laras memang penasaran dengan Dark Star sejak pertama kali melihat mereka.
Keempat perempuan yang duduk di samping Laras saling menatap tanpa arti. Lalu tiba tiba mereka tertawa terbahak bahak dengan pertanyaan Laras. Kecuali Theia yang tertawa dengan menggunakan anggukan kepala saja. Itu sudah hal yang lazim bahkan sering dilakukan oleh Theia.
"kenapa ketawa?" tanya Laras lagi tapi kali ini wajahnya berubah menjadi kebingungan sembari melihat keempat cewek gila di sebelahnya.
"kelas kita kan punya julukan Trouble Maker Class nggak mungkin kalau kita kapok buat onar cuma karena dimarahin sama pak Tarjo. Dan sekarang lo udah jadi bagian dari kelas kita yang artinya lo juga nggak boleh takut sama yang namanya dimarahin ataupun masuk ke ruang BK" jawab Githa yang merangkul Laras sambil tersenyum begitu bahagianya. Sedangkan Laras hanya menjawabnya dengan senyuman kecil yang terkesan terpaksa.
"kalau lo nggak mau ikutan juga nggak masalah ras" kata Theia tiba tiba ketika melihat senyum Laras yang terlihat terlalu dipaksakan.
"makasih karena udah bantu gue. Kalau kalian butuh bantuan apapun yang bisa gue bantu pasti gue lakuin" kata Laras dengan mata berkaca kaca dan nada suara yang terdengar sangat yakin.
"sama sama ras" jawab Githa yang menghiasi wajahnya dengan senyum khasnya yang begitu lebar. Sesekali dia terkekeh kecil karena melihat wajah Theia yang begitu dingin.
"apa sih ngeliatin gue mulu?!" bentak Theia tiba tiba dengan menggebrak meja dan melotot ke arah Githa.
Githa yang semula hanya cengar cengir sekarang mulai ketakutan melihat Theia. Amarah Theia membuat wajah cewek itu memerah bak api. Bahkan Anggrek, Bella, dan Laras juga ikut ketakutan melihat Theia.
"santai Thei, Githa itu liatin lo karena cantik. Ya, kan Git?" tanya Anggrek yang duduk di belakang Theia sembari mengelus pundak Theia pelan. Dia juga memberi kode pada Githa agar menyetujui kata katanya. Setelah mengerti kode dari Anggrek Githa langsung mengangguk secepat kilat berharap Theia akan memaafkannya.
"iya Thei gue suka sama wajah lo. Suka banget!" kata Githa dengan nada ngotot di kalimat terakhirnya. Selain nadanya yang 'ngegas' wajahnya juga sangat ngotot hingga keringat mengucur deras di keningnya.
Theia mulai terlihat tenang. Terlihat dari wajahnya yang mulai kehilangan ekspresi marahnya dan badannya yang terasa lebih santai dari sebelumnya. Anggrek juga menjadi tenang dan damai. Selain itu Githa akhirnya dapat bernapas lega dan duduk dengan tenang lagi seperti sedia kala.
"itu Rama kan? Kok arah jalannya kesini?" katanya tiba tiba hingga membuat teman temannya langsung menoleh ke arah telunjuk Laras.
hai hai...
Wellcome back to my story again👋👏
Mau nanya nih, bolehkan?
Kalian para readers sukanya peran antagonis yang kayak gimaba sih?
Yang sadis? Licik? Galak? Cantik?
Komen dibawah ya guys⬇
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker Class
Teen FictionDark Star. Panggilan yang digunakan untuk keempat perempuan ini. Bersekolah di sekolah elite nan mewah memang sudah dari dulu mereka jalani. Tapi hati mereka masih sama. Hati yang membenci masa lalu. Bersama sama mereka saling mengokohkan persahabat...