24

625 18 5
                                    

"aku memilih menunggu
Ya, kuharap aku mampu"
.

.

"cepetan jabat tangan terus bilang gue minta maaf" perintah Bella pada dua manusia berkepala batu ini. Namun keduanya mempertahankan kekerasan kepala mereka.

Bella menjadi dongkol duduk di tengah tengah mereka. Dia memijat pelipisnya pelan. Lalu menghela napasnya dengan kasar.

"sabar Bel sabar. Bella sabar disayang Theia" kata Theia yang berdiri belakang Bella. Sejak pertengkaran ini dimulai dia bersembunyi di belakang tubuh Bella supaya aman dari amukan kedua temannya yang beringas.

Bella menoleh ke arah perempuan di belakangnya. Dia sadar kalau suasana kelas sedang ramai dan kedua orang bodoh yang bertengkar pagi pagi akan membuat kelas semakin gaduh. Bella harus segera membuat mereka berbaikan.

"cepetan jabat tangan. Gue itungin sampe tiga terus bilang gue minta maaf" perintah Bella lagi dengan tegas.

Perlahan tangan mereka saling menempel satu sama lain. Bella tersenyum meskipun dua orang di depannya tidak menunjukkan ekspresi senang.

"satu..dua..tiga" kata Bella menghitung maju lalu menepuk tangannya saat angka terakhir.

"gue minta maaf" ucap Anggrek dan Githa bersamaan layaknya anak kembar. Setelah dirasa ucapan mereka selesai–jabatan tangan itu langsung melonggar dan terlepas.

"anak pinter"

Triingg...

Suara bel masuk sudah berbunyi. Keempat perempuan ini kembali ke tempatnya masing masing. Duduk dengan sopan dan anggun. Meskipun kadang bertingkah gila–mereka tetaplah anak dari seorang yang disegani. Mereka sangat sering mengikuti berbagai acara penting di kota. Dan itu yang membuat mereka tumbuh bak seorang putri istana.

Seorang guru laki laki dengan wajah datar masuk ke kelas mereka. Dengan menenteng sebuah tas laptop dan beberapa buku dia duduk di atas singgasana. Perlahan lahan membuka laptopnya dan menyentuh touchpad ke segala arah.

"konser dadakan nih" bisik seseorang dari arah belakang.

"bener bett konser gratisss" timpal murid lainnya.

"yoi dibanding pak Tarjo dia lebih asoy" sahutnya lagi.

"sebelum mulai pelajaran kita refreshing dulu" kata guru itu dengan cengiran khasnya. Kata murid murid perempuan cengiran guru bernama asli Riyadi namun lebih suka dipanggil Richard itu terlihat mesum.

"GAS POLL PAKK" teriak Satrio yang sudah berdiri sambil mengangkat tangannya penuh semangat. Berwajah oriental membuat dia sangat suka lagu lagu Jawa yang sedang tren. Dia juga suka mengikuti konser Nella Kharisma, Didi Kempot, Denny Caknan, Hendra Kumbara, dan masih banyak lagi.

Selain Satrio ada juga beberapa teman sekelasnya yang punya wajah lokal. Seperti Tyo, Atan, Mila, Fian, dan juga Zahra. Sedangkan yang lain adalah blasteran dari luar negeri. Terkadang rasa insecure datang karena merasa berbeda dari temannya yang lain. Namun perbedaan menjadikan mereka satu.

Satrio, Tyo, Atan, dan Fian tidak hanya berteman dengan yang sesama Jawa- khususnya Semarang. Namun mereka berani berteman dengan teman yang lain. Bahkan Atan nekat mengajak Tama–si cowok super duper jutek dari Brazil itu nonton konser dangdut. Sehingga ketika pulang, Tama langsung pusing karena tidak pernah berdesakan sebegitu parahnya.

Terdengar sebuah suara musik keluar dari pengeras suara yang ada di pojok atas kelas. Tak lama muncul suara merdu sang penyanyi. Pak Richard sudah hampir berkepala lima tapi selera musiknya masih sama seperti anak 17 tahun.

Trouble Maker ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang