"Ubahlah sudut pandangmu dan lihat betapa warna-warninya dunia ini"
.
.
Keempat perempuan yang semula berkulit putih bersih kini berubah menjadi merah padam. Mereka dijemur di bawah terik matahari selama jam upacara berlangsung tanpa pelindung berupa topi. Pagi tadi mereka lupa membawa topi sebab itu mereka memilih diam di kelas daripada terkena hukuman. Tetapi justru hukuman sendiri yang menghampiri mereka.
Keempat perempuan berparas menawan tersebut kini berada di tepi lapangan yang langsung berhadapan dengan matahari. Meskipun bukan hanya mereka yang kena hukum tapi tetap saja dihukum itu pasti memalukan. Apalagi ditonton oleh seluruh warga sekolah seakan mereka adalah suatu pertunjukan menarik. Keempatnya mengenyahkan rasa malu dan berbicara sambil tertawa. Tidak menghiraukan murid atau guru yang melihat mereka mengobrol tanpa beban. Hingga bu Kunti harus datang dan memperingatkan mereka. Barulah mereka akan diam.
"kalian bisa diam tidak?" ucap bu Kunti atau nama aslinya bu Riris dengan suara pelan namun sangat menekan di setiap katanya. Membuat keempat lawan bicaranya bergidik ngeri lalu segera merapatkan mulutnya dan kembali fokus pada kegiatan upacara.
Bu Riris berjalan kembali ke posisinya semula yang sangat berbeda dengan keadaan yang dirasa para murid pelanggar. Tempat yang sejuk dengan pohon besar yang menutupi sinar matahari membuat para guru betah melaksanakan upacara dengan khidmat. Tempatnya yang strategis berada di pojok lapangan membuat para guru bisa mengawasi murid murid yang bicara maupun bermain.
"setan kok jadi guru. Jadi apa muridnya" kata Githa menyindir bu Riris di samping teman temannya yang kepanasan.
"jadi seperti lo!" sahut Anggrek yang bersuara pelan tetapi penuh penekanan. Membuat Githa enggan untuk menjawab dan segera menghadap depan. Bukan karena sahutan Anggrek melainkan karena bu Riris sudah mendelik ke arahnya. Sepertinya bu Riris mengetahui jika Githa tengah mengejeknya.
"Anggrek kemarin lo bilang ditarik sama Rama kan. Itu ada apa?" tanya Bella sangat pelan dan hanya melirik Anggrek sekilas.
Anggrek menjadi salah tingkah ketika ditanya tentang Rama kemarin. Dia malu mengatakan jika tadi malam lelaki itu menyatakan perasaannya secara mendadak. Dan menurut Anggrek terlalu aneh jika Rama bisa suka padanya dalam waktu secepat ini. Bahkan Anggrek mengira jika Rama sudah memiliki pacar karena dia selalu cuek pada setiap orang.
"cuma ngobrol biasa" jawab Anggrek berusaha untuk sesantai mungkin. Dia memalingkan wajahnya ke barisan para murid kelasnya. Tepatnya untuk mencari keberadaan lelaki yang membuatnya tidak bisa tenang selama 2 hari. Hingga orangtuanya bingung mengapa Anggrek selalu diam ketika sedang makan bersama. Ketika ditanya Anggrek hanya menjawab tidak apa apa.
"ngobrol biasa atau luar biasa?" sahut Githa yang mengerti arah pandang orang di sebelahnya.
Anggrek meninggalkan tatapannya pada Rama. Dia rasa Githa tahu jika matanya sedang melihat seseorang. Dan sebentar lagi sebuah ucapan akan meluncur dari mulut tebal milik Githa. Yang pasti kalimat tersebut akan membuat Anggrek kesal.
"gue tau kok lo udah jadian sama Rama" bisik Githa tepat di samping telinga Anggrek. Anggrek spontan menoleh ke arah Githa karena takut Githa akan membocorkan kejadian semalam pada seluruh kelas. Kedua perempuan dengan selisih umur satu bulan tersebut saling menatap. Anggrek dengan tatapan tajamnya. Dan Githa disertai tatapan menggoda.
"lo tau darimana?" tanya Anggrek dengan nada suara yang mengintimidasi. Tetapi justru membuat Githa terpikir bualan tadi yang akan menjadi kenyataan.
Githa melipat kedua tangannya di depan dada. Lalu memasang sebuah ekspresi yang dianggap menantang oleh Anggrek. "sebenernya gue cuma nebak sih, tapi lihat reaksi lo" Githa menggantung kalimatnya untuk sekedar membuat Anggrek merasa takut. Usahanya berhasil. Anggrek ternyata memang takut jika Githa mengetahui kejadian malam itu. Terlihat dari sikapnya yang mulai salah tingkah.
"kayaknya lo emang jadian sama Rama" kata Githa dengan ekspresi menggoda.
"enggak!" teriak Anggrek sangat keras padahal kegiatan doa dalam upacara sedang berlangsung. Membuat beberapa siswa dan guru kaget dengan suara yang terdengar melengking di seluruh lapangan.
Anggrek mengedarkan pandangannya ke segala arah. Dia baru saja menyadari perbuatan salahnya yang sangat memalukan dirinya sendiri. Ada beberapa orang yang melihatnya dengan tatapan tidak suka. Juga ada beberapa orang yang menatapnya seakan bertanya tanya siapa dirinya. Anggrek tidak peduli dengan semua tatapan itu. Dia lebih memikirkan harga dirinya yang sedang terancam.
Upacara terus berlanjut hingga dibubarkannya semua barisan para murid maupun guru. Meskipun telah selesai masih ada tatapan yang mengarah pada Anggrek. Dan yang ditatap hanya sibuk merapikan dasinya tanpa membalas semua tatapan padanya.
Anggrek beserta ketiga temannya sedang duduk di bangku pinggir lapangan setelah upacara. Mereka menunggu bu Riris yang baru saja berjalan menuju ruang guru. Ya, guru itu menyuruh keempat gadis ini menunggu dirinya. Sepertinya akan ada hukuman tambahan dari guru yang kerap disebut bu Kunti oleh para murid di SMA Nusa Bakti.
"lo ngapain sih teriak keras banget?" tanya Theia kesal sembari mengipasi wajahnya dengan kedua tangannya. Rambutnya yang terikat mirip ekor kuda sudah mulai keluar dari ikatannya. Membuat wajah Theia menjadi berantakan karena rambutnya yang juga menjadi lepek. Diantara keempatnya, Theia-lah yang paling mendapat kesialan. Sebab ketika mereka berjalan berdampingan, Theia didorong oleh seorang murid perempuan dengan sangat kuat hingga dirinya terjatuh. Kini ada dua luka yang tercetak jelas pada lututnya.
"gara gara Githa nih!" kata Anggrek sambil menunjuk Githa. Tak lama jari telunjuknya kembali pada posisi semula.
"kok gue sih, itu kan karena lo yang salting sama si doi" bantah Githa dengan tawa mengejek. Tawa Githa yang sangat buruk membuat Anggrek mendelik kepadanya. Begitu juga Githa yang membalasnya dengan mendelikkan matanya juga. Mereka berdua terlihat seperti anak kecil yang sedang bermusuhan karena hal kecil.
"wih udah punya doi aja lo. Siapa sih?" sambung Bella menanggapi ucapan Githa. Anggrek bingung akan menjawab apa. Di sisi lain Githa terlihat akan memberi sebuah jawaban untuk pertanyaan Bella.
Sebelum Anggrek akan mengalihkan pertanyaan Bella, Githa justru angkat bicara. "gue kasih ciri cirinya ya... Dia itu sekelas sama kita" Anggrek langsung membungkam mulut Githa dengan tangannya.
"gue tau gue tau" jawab Theia semangat sambil mengangkat jari telunjuknya ke atas. Githa mengangkat tangannya beberapa kali agar Theia segera memberi jawabannya. Namun hati Githa tak begitu yakin jika Theia akan mengetahui orang yang dimaksud Githa hanya dengan satu petunjuk.
"pasti cowok kan" jawabnya dengan raut muka seperti seseorang yang berhasil menjawab teka teki paling sulit. Dan itu berhasil membuat kekesalan pada sahabatnya-Githa.
Githa memberi tatapan tajam ke arah Theia. Tapi ekspresi Theia justru menunjukkan sebuah kebingungan. Sahabatnya yang kelewat telmi ini sangatlah sulit jika diajak bicara melalui kode. Jika orang lain akan takut melihat tatapan Githa. Theia justru masih kebingungan sembari memutarkan kepalanya berkali kali.
"apakah kalian sudah membuat ulah lagi disini?" tanya bu Riris dari arah samping dengan nada menyindir. Sekarang guru itu sudah menyilangkan tangannya di depan dada sembari memasang raut wajah penuh kemurkaan.
Mereka terdiam dalam posisinya yang sangat berantakan. Bella yang mengangkat satu kakinya di kursi, Githa dan Anggrek yang saling bertengkar, dan Theia sedang terlihat kebingungan. Siapapun yang melihat mereka pasti langsung mengira jika keempat gadis dengan posisinya adalah pembuat onar di sekolah ini.
"saya sudah tentukan hukuman untuk kalian"
Haaii...
Semoga suka dengan cerita biasa aja yang buatnya ngasal
Part ini sudah di revisi
Jangan lupa vote manteman
Tambahin komen juga yang banyaq
Oq?
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker Class
Teen FictionDark Star. Panggilan yang digunakan untuk keempat perempuan ini. Bersekolah di sekolah elite nan mewah memang sudah dari dulu mereka jalani. Tapi hati mereka masih sama. Hati yang membenci masa lalu. Bersama sama mereka saling mengokohkan persahabat...