"terlampau tinggi
jika itu mimpi"
..
"bukan pak" jawab Githa spontan ketika tiba tiba di belakangnya terdapat suara besar milik pak Tarjo.
"kalian ngintipin temen kalian sendiri ya?" tebak pak Tarjo yang melihat ke arah belakang keempat perempuan cantik tersebut dan melihat Rama serta Fita masih diam di tempatnya.
"enggak pak, kita mau ke toilet tapi gak jadi" Bella mulai mengeluarkan alasannya. Dia selalu punya seribu satu alasan untuk diberikan kepada guru.
"saya sudah tau kalau kalian lagi lihatin temen kalian disana" pak Tarjo menunjuk Rama yang mulai berjalan perlahan menuju arah mereka. Mereka melihatnya dan berniat untuk segera pergi dari sana.
"kita ke kelas ya pak" ucap ketiganya dengan terburu buru. Setelah menempelkan tangan pak Tarjo pada kening mereka segera berjalan cepat kembali ke kelas.
"ada apa pak?" tanya Rama setelah menyalimi pak Tarjo.
"kenapa kamu diluar kelas?" tanya pak Tarjo yang berjalan bersebelahan dengan Rama. Tinggi mereka sama. Sangat cocok jika disebut bapak dengan anak.
"ada urusan sedikit pak"
"sama Fita?" tanya pak Tarjo yang membuat Rama langsung menoleh kaget. Apa pak Tarjo melihatnya bersama Fita tadi?
"iya" jawabnya dengan suara yakin tanpa ragu sedikitpun.
"Rama, alangkah baiknya kalau kamu mengurangi sikap dingin kamu. Bukan bermaksud mengatur tapi kamu perlu bersosialisasi dengan teman teman kamu" kata pak Tarjo yang memberi sedikit wejangan pada Rama. Rama hanya mengangguk.
Di kelas, keempat perempuan itu sudah duduk dengan manis. Seperti menyimpan kebohongan di belakang Rama. Fita belum masuk juga ke kelas setelah jam pelajaran selesai. Rama terlihat seperti tidak terjadi sesuatu sebelumnya.
"yang deket rumahnya Fita tolong bawain tasnya!" ucap Elga dengan suara lantang setelah bu guru pergi meninggalkan kelas. Tidak ada yang mengambil tas Fita. Mungkin tidak ada yang rumahnya searah dengan Fita.
Akhirnya Elga membawa tas bercorak bunga milik Fita keluar kelas. Elga yang sedang ada jadwal piket meninggalkan kemoceng yang tadi dipakainya di atas meja guru. Beberapa menit keluar kelas Elga sudah tidak membawa apapun di tangannya. Rama yang juga sedang piket di kelas bersama Wuri dan Zahra berniat menanyakan kemana dibawanya tas Fita.
Setelah Wuri dan Zahra pamit pulang kepada Elga—Rama menghadang Elga yang akan keluar kelas. Sontak Elga sedikit terkejut dan takut melihat Rama yang tingginya jauh diatas kepalanya. Elga mencoba tenang dan berwibawa seperti biasa. "kenapa?" tanyanya dengan suara biasa saja yang terdengar di buat buat di telinga Rama.
"mana tasnya Fita?" nada dingin dan cuek seperti biasa yang keluar dari bibir merah milik Rama. Matanya menatap ke arah lain tapi posisi tubuhnya tetap lurus di depan Elga.
"tadi diminta Anggrek" Rama kaget ketika Elga mengucapkan nama perempuan nomor satu itu di kelasnya. Anggrek benar benar menjadi daya tarik utama di kelasnya. Pintar, cantik, tinggi, ramah, dan tentunya sangat menarik. Siapapun akan menyukai Anggrek walaupun hanya sekali pandang. Begitu pula lelaki ini.
"thanks" ucap Rama pelan yang disambung dengan anggukan Elga. Rama berlari menuju tempat parkir. Dia mengambil motornya dan segera keluar dari area sekolah.
Sebenarnya arah pulangnya sama dengan Fita bahkan beberapa kali dia melewati rumah Fita. Tapi dia hanya ingin melihat apakah benar Anggrek mengantar tas Fita ke rumahnya. Bukan bermaksud tidak percaya dengan Anggrek tapi Rama hanya ingin mencari tahu alasan Anggrek kesini selain mengantar tas Fita. Dia melihat sebuah mobil berwarna hitam di luar rumah Fita.
Rama melajukan motornya sepelan mungkin agar bisa melihat ke dalam rumah Fita. Seorang laki laki mengenakan seragam serupa dengan yang dipakainya sekarang. Dia duduk santai di belakang kemudi. Rama mulai mencari sebuah tempat untuk mengintai. Dia memutar balik motor sportnya dan berhenti di samping tiang listrik yang agak jauh dari rumah Fita.
Seorang perempuan yang juga memakai baju seragam serupa keluar dari balik gerbang. Rambutnya sudah acak acakan. Rama lebih memfokuskan pandangannya pada perempuan yang baru saja keluar tersebut. Dia mendelik tak percaya bahwa itu adalah Anggrek. Lelaki yang semula duduk santai berubah menjadi marah. Sepertinya dia khawatir dengan Anggrek.
Anggrek menangis. Dia mengusap air matanya dengan lengan seragamnya. Lelaki itu terlihat berusaha menenangkan Anggrek. Dia membawa Anggrek masuk ke dalam mobil. Rama mengikuti arah mobil itu melaju di jalanan yang terbilang ramai lancar. Mobil itu berhenti di depan minimarket. Tidak ada yang keluar dari mobil. Setelah menunggu cukup lama sang lelaki keluar dari mobil dan berjalan cepat masuk ke dalam minimarket.
Lelaki itu kembali dengan membawa sesuatu di dalam kantong plastik bertuliskan Indomaret. Mobil itu kembali melaju dengan perlahan ke arah rumah Anggrek. Ketika sampai di depan rumahnya Anggrek keluar dengan memakai baju yang berbeda. Bukan seragam sekolah berwarna putih tetapi kaos polos hitam lengan pendek.
***
Matahari bersinar cerah hari ini tapi berbeda dengan suasana hati sang lelaki SMA ini. Rama berjalan keluar rumah dengan lesu setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya. Dia mengendarai motornya dengan kecepatan yang berubah ubah. Terkadang cepat terkadang pelan. Rama sibuk memikirkan Anggrek dan laki laki yang bersamanya kemarin.
Motor sport berwarna hitam dengan model terbaru tersebut memasuki gerbang sekolah. Rama melepas helmnya dan mulai melangkah menuju kelasnya. Mulai banyak wanita wanita yang melihat Rama dengan tatapan kelaparan. Matanya memicing ketika melihat seorang lelaki berjalan masuk ke dalam kelasnya. Dilihat dari postur tubuh belakangnya seperti lelaki yang kemarin bersama Anggrek. Seketika kaki Rama berjalan sangat cepat bahkan seperti berlari.
Kelas masih sepi karena jam baru menunjukkan pukul 6 pagi. Baru saja langkahnya terhenti—Rama sudah melihat Anggrek dan lelaki itu sedang tertawa terbahak bahak. Siapa lelaki itu? Rama semakin bingung pada kejadian demi kejadian yang harus dialaminya sejak kemarin.
"lo balik ke kelas gih" Anggrek mendorong bahu lelaki di hadapannya pelan. Senyum keduanya tak pernah sirna bahkan semakin melebar. Rama melihat keduanya dari dalam kelas dengan ekspresi berapi api. Wajahnya sama sekali tak menunjukkan kesenangan. Sedangkan kedua manusia yang berada tepat di depan kelas masih saja mengobrol dan tertawa.
"kalau gue balik entar lo kangen" lelaki itu sedikit tinggi dari Anggrek. Dia mengacak rambut Anggrek yang semula rapi menjadi berantakan. Perilaku lelaki itu membuat Anggrek kesal begitu pula Rama. Dirinya ingin sekali menghajar pria itu dan mengusirnya dari sini.
"udah deh" Anggrek mendorong pria itu berjalan ke arah tangga. Pertemuan mereka habis dengan lambaian tangan keduanya. Anggrek segera masuk ke kelas sebelum ada teman temannya yang pasti akan sangat merepotkan dengan segala pertanyaan. Anggrek melirik sebentar ke arah Rama lalu segera duduk di bangkunya.
Anggrek mengedarkan pandangannya ke seluruh kelasnya. Hanya ada beberapa murid yang sudah berangkat. Dia menghilangkan rasa bosannya dengan bermain HP. 10 menit bermain HP Anggrek tetap bosan berada di kelas yang sepi.
Ditambah hanya ada Rama disini yang membuat kelas makin sepi. Rama mengerti jika Anggrek tidak nyaman dengan keberadaannya. Dia memutuskan untuk keluar kelas sekadar mencari angin sebelum bel masuk.
Kakinya melangkah ke kantin ujung koridor kelas IPS. Ketika melewati koridor kelas 11 Rama bertemu dengan pak Tarjo. Dia langsung tersenyum dan menjabat tangan gurunya dan menempelkannya di hidung. "Rama kamu bisa bantu saya kan?" tanya pak Tarjo seperti terburu buru untuk ke suatu tempat.
Rama mengangguk sebagai tanda persetujuan. "apa yang bisa saya bantu pak?" lanjut Rama bertanya dengan tetap tersenyum.
Pak Tarjo memberikan beberapa buku kepada Rama. "tolong berikan ini kepada Anggrek"
Hai...
Bantu vote dan coment
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker Class
Teen FictionDark Star. Panggilan yang digunakan untuk keempat perempuan ini. Bersekolah di sekolah elite nan mewah memang sudah dari dulu mereka jalani. Tapi hati mereka masih sama. Hati yang membenci masa lalu. Bersama sama mereka saling mengokohkan persahabat...