|°DCP-1

823 37 8
                                    

Rata-rata Awal pertemuan memang berdampak pertengkaran.

Via wepe

***

Sejuknya hawa di pagi hari, tak membuat panasnya emosi milik lelaki bermata tajam itu turun.

Dengan kasar, lelaki itu membuka helm nya, meninggalkan motor sport miliknya diparkiran sekolah.

Siapa yang tidak tahu bahwa lelaki bernama lengkap Dimas Putra Milano selalu marah tiap pagi entah itu apa alasannya. Hanya saja selama tiga tahun ini semua seantero sekolah tahu, bahwa tidak boleh ada yang mengusik seorang Dimas di pagi hari atau jika melakukan itu akan berakhir dengan ringisan.

Langkahnya terhenti melihat seorang gadis tengah menghadangnya terang-terangan. Gadis itu terlihat polos dimatanya membuat ia harus sedikit memberi kesabaran.

"Kamu tau dimana ruangan kepala sekolah?" Tanyanya

Dimas menahan diri untuk tidak menyemburkan kata-kata pedas pada gadis seperti bocah cilik di depannya. Ia membuat tameng wajah datarnya bak jalan tol.

"Gak!"

"Oh..." dan oh doang? Disitulah seorang Dimas kembali menjadi Dimas pemarah.

"Minggir!"

"Hah?"

Dasar tuli! Itu yang ingin dilontarkan oleh seorang Dimas tapi itu sama saja membuang-buang waktunya lebih baik ia pergi meninggalkan gadis itu.

Ketika Dimas sengaja menubruk bahu kecil milik gadis mungil itu, ia mendengar gumaman yang membuat dia tersenyum miring.

"Dih... Dia jahat ternyata."

Dimas melangkahkan kakinya menuju rooptof sekolah. Mencoba menenangkan hati dan pikirannya yang sering meledak-ledak. Serta memboloskan diri dari mata pelajaran yang ia tidak sukai.

📖📖📖

Dimas Mengerutkan dahinya tatkala sinar matahari menggangu tidur nyenyaknya. Ia menduduki dirinya, menumpukkan tangannya di tangan kursi.

Menghela nafas, Dimas melihat jam di pergelangan tangannya. Jam menunjukan 10:00 waktu setempat siang. Berarti ia telah tertidur selama tiga jam, tapi bukan hal biasa baginya, Dimas sering begitu. Sesuka hati.

Kakinya melangkah menuruni tangga. Namun pas anak tangga terakhir, lelaki beralis tebal itu mengernyitkan dahinya melihat gadis yang mondar mandir tak jelas.

Tapi Dimas tak peduli. Namun entah kenapa langkah kakinya terhenti mendengar gadis itu yang terus cegukan dan mengucapkan hal-hal yang menurut Dimas aneh.

"Aku mencuri telur Heg!di warung,"

"Aku mencuri Heg! pakaian,"

"Aku Meny-heg!"

"Berisik!"

Adara itu terlonjak kaget. Mengatur nafasnya beberapa kali. Memegang dadanya seolah jantungnya akan jatuh jika tak disanggah.

Matanya mengerjap. Memegang lehernya lalu bersorak senang.

Sedangkan Dimas hanya menatap gadis itu malas seraya akan melangkah kakinya meninggalkan gadis kecil yang Masih beseru.

Dimas Prince Cold (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang