Saat saat menyebalkan telah tiba. Dimana Adara sudah akan menjelang menstruasinya. Dimana seorang Adara tak seheboh biasanya. Justru terlihat kalem dan adem. Dodi saja sampai bingung dengan tingkah Adara. Bingung Dodi semakin berlipat saat Adara tiba-tiba marah padanya. Dodi punya salah apa coba?
"Kenapa sih Dar?" Tanya Santi sambil mengusap bahu Adara yang naik turun.
"Muka Dodi nyebelin, Santi" ucapnya dengan nada kesal.
Dodi melongo mendengar ucapan Adara. Sedangkan Sandra dan Patih tengah menahan tawanya.
"Jangan salahin muka gue ngapa!" Sergah Dodi tak terima.
"Tapi emang muka Dodi itu nyebelin. Dara gak suka."
"Gue juga gak suka."
Santi hanya menggelengkan kepalanya. Adara dan Dodi memang tak pernah akur saat pertama bertemupun. Tapi untuk berteman mereka tak menolak. Jikapun salah satu dari mereka tidak ada pasti selalu ditanyakan.
"Bodooo Dar, bodo. Sebahagianya lo aja dah!" seru Dodi dengan pasrah sembari mengibaskan tangannya.
"Ke Kantin yuk,"
"Eeh... Mas Patih ngajak nih? Apa telaktiran?" Goda Sandra.
Patih terkekeh "Ngajak, bukan nelaktir. Ayoo."
Mereka semua mengangguk. Walaupun air muka Adara masih sama, kecut. Bibir melengkung kebawah dan mata nyinis. Nyaris seperti bukan Adara.
Patih dengan gemas menarik tubuh kecil milik Adara dan mencapitnya diketiak.
"Ih Patih... Ketek kamu bau gak?" Tanya Adara dengan nada tak terima.
"Enggak. Ketek gue wangi. Jangan manyun terus ngapa. Senyum, senyum."
Adara menarik bibirnya dengan terpaksa dan singkat. Ia malas.
Mata Adara menjelajah Ke segala Arah. Sampai akhirnya tatapannya berhenti dimana seorang Dimas tengah duduk di pojokan.
Adara menjauhkan tubuhnya dari Patih dan berjalan menuju tempat Dimas berada.
"Hai?"
Dimas yang merasa disapa mendongak malas dan tak selang berapa lama ia kembali menunduk. Kembali sibuk dengan ponselnya.
Adara kesal saat sapaanya tak dihiraukan.
"Kak Dimas!"
"Kak dimaaas?"
"Kakak?"
"Iih..kok kesel yah aku!"
"Dimas!"Pekik Adara.
"Apa sih!"
"Aku jangan dicuekin!"
"Emang lo siapa?!"
Adara diam. Matanya mengerjap beberapa kali. Dia siapa?
"Aku... Adara."
Ingin rasanya Dimas membenturkan kepala Adara yang loading. Tidak konek dan tidak nyambung. Dengan malas, dimas kembali berkutat dengan ponsel.
"Aku tuh lagi kesel tau. Muka Dodi kok nyebelin banget yah. Mana gak ada yang hibur Adara lagi. Kan tambah kesel Daranya."
Dimas menatap Dara yang tengah Bercurhat. Terus apa masalahnya dengan Dimas.
"Kalo mau curhat, pergi sana ke Mamah dedeh." ketus Dimas.
Mata Adara melebar "Iihh Kak Dimas ngelawak yah? Lucu banget." Ucapnya sambil terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas Prince Cold (TAMAT)
Teen FictionBagusnya, follow sebelum membaca... (revisi) Dimas kira, kehidupannya akan terus abu-abu. Dengan keluarga yang berantakan dan masalah kian berdatangan. Namun, setelah kedatangan Adara, semuanya berubah. Dimas mengubah pandangannya betapa sangat be...