Dimas membawa motornya dengan kecepatan tinggi. Ia tak peduli dengan nyawanya yang bisa saja melayang karena kecelakaan. Karena tanpa kecelakaanpun dirinya sudah sakit. Teramat sakit.
Kini Dimas melarikan dirinya kedalam club malam di pusat itu. Aroma menyengat minuman keras serta rokok menganggu penciuman Dimas. Namun lelaki itu tak berpindah haluan untuk kembali keluar. Sekarang otaknya butuh ketenangan meski harus dengan cara seperti ini.
"Vodka!"
Seorang bartander memberi satu gelas vodka yang jika diminum sekali teguk membuat tenggorokan panas. Dimas sudah beberapa kali meminum vodka itu sampe ia sudah tak sadarkan diri. Sesekali ia meracau tentang orang tuanya yang bodoh.
"Gak usah ada kalian!"
"Gue heg yang tertekan disini!"
"Punya orangtua kok bodoh!"
Begitulah racauan Dimas membuat seorang bartander menggelengkan kepalanya karena mendengar umpatan yang tidak layak dipakai untuk memaki orang tua.
Dimas membayar vodka dan berjalan keluar dengan sempoyongan. Beberapa kali ia dihalangi cewek malam yang berpakaian minim. Namun Dimas sama sekali tidak tertarik dengan itu,malahan ia membentak nya.
"PERGI! JANGAN GANGGU GUE!"
Begitulah bentakan Dimas membuat Wanita-wanita itu menggeram kesal karena merasa diabaikan.
"Lo gak bisa pulang pake motor bro!" Seru seseorang. Dimas memicing melihat siapa yang sok akrab dengan dirinya. Terlihat lelaki tampan dengan balutan Baju putih dan celana hitam polos. Dan dengan kesadaran yang setengah setengah itu Dimas masih mengingat dia siapa. Si bartander tadi.
Dimas terduduk di luar, peningnya semakin menjadi membuat dirinya susah untuk berjalan.
Bartander tadi mengangkat tubuh Dimas dan membawanya memasuki taksi. Motor Dimas Sudah lelaki itu simpan di penitipan. Lelaki yang baik hati itu mencari ponsel milik Dimas untuk gampang Mencari rumah lelaki itu.
Namun yang ia temukan hanya pesan menumpuk dari seseorang yang bartander pikir pacarnya. Segera lelaki itu menghubungi gadis itu.
"Hallo... Ini dengan temannya Yang punya hp ini?" Tanya bartander itu.
"Iya hallo... Dimas nya kenapa yah?" Tanya gadis itu dengan nada khawatir.
"Lelaki ini mabuk dan saya bingung harus bawa lelaki ini kemana." ungkap bartander itu.
"MABUK?" Bartander itu sesegera menjauhkan ponselnya dari Daur telinga saat suara itu membeo. Sang supir taksi pun sampe menatap spion belakang.
"Iya, tolong share alamatnya dimana."
"Iya, saya akan share alamatnya. Makasih Om!"
Om! Tanya Bartander itu dengan mulut terbuka.
***
Adara menggigit kukunya dengan cemas di kamarnya. Setelah sambungan telepon itu terputus ia bingung harus apa.
Ya, Adara yang dihubungi oleh seseorang untuk menangani seseorang yang tengah mabuk. Dan itu Dimas.
Adara semakin cemas, ia tak tahu rumah Dimas dimana, bagaimana dirinya bisa memberikan alamat rumah Dimas?
Jam pun menunjukan sudah tengah malam dan hampir pagi. Namun tanpa pikir panjang Adara mengirim alamat rumahnya. Tak peduli nanti Papinya akan bertanya bertubu-tubi karena memasukan seseorang lelaki yang tengah mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas Prince Cold (TAMAT)
Fiksi RemajaBagusnya, follow sebelum membaca... (revisi) Dimas kira, kehidupannya akan terus abu-abu. Dengan keluarga yang berantakan dan masalah kian berdatangan. Namun, setelah kedatangan Adara, semuanya berubah. Dimas mengubah pandangannya betapa sangat be...