|°DCP-4

492 36 0
                                    

Dengan keterpaksaan dan ketidak relaan, Adara melangkah menuju supermarket yang tak jauh dari rumahnya. Tapi, tetap saja Adara malas.

Setelah sampai ia mencari barang yang Maminya perintahkan. Sesekali ia mendumel karena kesal. Sampai seorang ibu-ibu menoleh kepadanya dan terkekeh.

"Dosa gak sih Adara nolak permintaan Mami?" gumam Adara. Sedangkan sang ibu itu mengerutkan dahinya. Gadis itu ngomong sama siapa? Sama dirinya?.

"Dosa sih dosa neng."

Adara mengerjap matanya lalu menoleh kearah ibu-ibu yang tengah memasukan kecap kedalam ranjangnya.

"Masa sih bu? Ya allah... Padahal nolak juga tetep ngelakuin loh bu."

Ibu itu terkekeh mendengar cara bahasa gadis itu. Gadis itu sangat polos sama kata-katanya. "Yasudah... Ibu ke kasir duluan yah." Adara hanya mengangguk dan tersenyum.

Setelah apa yang Maminya perintahkan. Ia berjalan menuju tempat Ice cream. Ia ingin mengambil satu stik ice cream.. Tapi, Maminya memberi uang pas. Adara hanya bisa mengerucutkan bibirnya lalu mengeluh.

Iapun berjalan menuju kasir, namun ditengah perjalanan, kaki Adara terhenti karena seseorang menghalangi jalannya. Matanya melebar serta mulut nya menganga. Sekarang Adara harus gimana? Ia menoleh ke segala tempat untuk mencari pertolongan.

"Lo takut gue?"

Adara terkejut dengan suara besar itu. Mata tajam Dimas pun membuat Adara semakin menciut.

"Anu... Um..."

Aduh, Adara seperti kehabisan kata-kata. Bukan kehabisan kata-kata sih, tapi otaknya sedang tidak berjalan kalau lagi ketakutan. Gitu Adara mah.

"Kenapa lo takut gue?"

Adara memejamkan matanya pelan lalu kembali membuka mata dan menghela nafas panjang. Dirinya harus berani. Ini tempat umum. Tak mungkin kakak kelasnya membentak apalagi main fisik.

"Iya... Kat- katanya kakak galak." jawab Adara polos, "jadi Adara takut, hehe..."

Dimas menaikan satu alisnya. Lalu berdecih pelan. "Dan lo percaya?"

Adara hanya menggaruk pipinya bingung, "percaya gak sih yah? Soalnya Adara liat PaDimas marah-marah sih kemaren di seko-"

Adara menutup mulutnya saat mata tajam Dimas menatapnya. Ada yang salah kah dengan kata kata nya?

"Kenapa gak dilanjutin?" Tanya Dimas dengan tajam. Ia sedikit kesal karena gadis pendek itu mengejek namanya.

"Mata kakak nyeremin." ucap Adara seraya menunduk. Sedangkan Dimas menghela nafas jengah.

"ASTAGA!"

Dimas melotot kaget mendengar pekikan yang sangat menulikan telinga. Matanya turun pada gadis di hadapannya yang sedang membulatkan matanya sedangkan tangannya menepuk jidat sendiri.

"Aduh... Kakak mah ngajakin Adara ngomong sih. Adara lupa disuruh Mami buat beli ini. Kenapa Adara gak pulang-pulang. Iiih... Ini semua salah Padimas nih, mah..." cerocos Adara panjang lebar.

Dimas menatap Adara tidak terima. Kenapa jadi dirinya yang disalahkan. Dimas yang tadinya ingin meminta maaf karena pernah membuat Adara kesal-- pupus sudah dengan wajah Adara yang menyebalkan.

"Yaudah ah, Adara pulang dulu. Dadaah..."

Dimas hanya menatap datar gadis pendek itu yang akan menuju kasir. Dimas berjalan menuju pendingin minuman, mengambil satu kaleng dan meminumnya disana.

Matanya melirik gadis yang beberapa hari ini bertemu dengannya. Jika di pikir-pikir, kenapa dirinya terus-terusan bertemu gadis itu.

Padahal dirinya sangat muak jika seseorang sok akrab padanya. Adara adalah gadis yang berani menyentuh dirinya, tapi entah dorongan dari mana, ia susah marah padanya. Jangankan marah, membentakpun ia rasa percuma.

Dimas menghela nafas panjang. Lagi-lagi dirinya memikirkan gadis itu. Gadis polos yang sudah di cuci otaknya oleh manusia bermuka fake.

***

Foto Dimas Ada di atas say..

Harap Bintangnya Pencet. Makasih😊

Sabtu,28-April-2018
(22.51)

Ig: ViaWepe (Follow yah)

Dimas Prince Cold (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang