"Bunda!!! Ayah!!"
Anak lelaki berambut gondrong kriting itu berlari masuk kerumah besar milik keluarga Milano.
Bocah itu terengah-engah sembari mengedarkan pandangannya mencari sang Bunda. Ia berlari menuju kamar kedua orangtua nya.
"Bunda!! Ayah!!"
Pintu kamar terbuka. Dan keluarlah sesosok lelaki bertubuh tegap tengah menatap putranya dengan mata mengantuk.
"Udah sore, Ayah. Kok malah tidur!"
Dimas mengerjap. Ia mengusap kepala putra nya, "Ayah cape. Nanti malam yah mainnya."
Bocah itu merenggut kesal, "Kenapa coba aku nyariin Ayah? Akutuh Pengen main sama ayah. Mau kayak temen temen, motor-motoran sama ayahnya. Mau main basket, maen bola. Tapi kenapa Meo selalu sendiri." kesal Bocah lelaki itu.
Dimas terdiam. Ia menatap anaknya yang nyaris menangis. Dimas berjongkok lalu memeluk Anaknya erat.
"Romeo Milano. Maafin Ayah ya jarang main sama kamu. Ayah janji nanti kita main ya,"
"Ayah sering Janji! Tapi suka boong."
Dimas menghela nafasnya lelah. Ia merasa sangat bersalah pada anaknya. Ia begitu sibuk dengan pekerjaannya sampai anaknya mengeluh seperti ini.
"Mas, kamu mandi gih,"
Dimas menatap sang istri yang sepertinya baru keluar dari dapur.
"Meo, sini nak. Ada yang mau bunda omongin. Rahasia cuman kita yang tau."
Bocah berumur 10 tahun itu langsung berlari dan memeluk sang bunda. Sedangkan Dimas menatap curiga sang istri
"Udah sana kamu mah mandi."
Dimas mengangguk dan pergi meninggalkan Adara yang menarik Romeo ke meja makan.
"mau ngomong apa, Nda?" tanya Romeo sambil duduk tegap. Bocah itu selalu di ajarkan dengan sopan bagaimana duduk yang baik dan berbicara sopan kepada yang lebih tua.
Adara terkekeh, "Udah sore. Kamu makan abis itu mandi."
Romeo melenguh lirih. Ia kira akan dapat hadiah atau apa. "Tapikan biasanga mandi dulu terus makan, Nd."
Adara mengusap rambut gondrong Romeo. "Entar kamu potong ya rambutnya."
Romeo segera menjauhkan kepalanya dan menggeleng cepat. "Enggak. Kata Angel rambut Meo bagus."
Adara tersenyum menggoda kearah anaknya. Dan Romeo langsung bersemu merah. "Nanti kamu di hukum di sekolah rambutnya gondrong gini."
"Tapi Nda, ini keren tau. Lagian gak di marahin juga kok sama guru."
Adara hanya menggeleng karena Romeo terus mencari alasan agar rambutnya tidak di potong.
"Yaudah kamu mandi dulu, keramas, terus kesini lagi. Kita makan sama sama."
Romeo segera turun dari kursi dan berlari kelantai dua ke arah kamarnya.
•...•
Adara menyiapkan baju untuk Dimas malam ini. Ia selalu menjadi istri penuh perhatian dan ibu penuh kasih sayang. Sampai, Dimas dan Romeo kadang berebut merebutkan Adara.
"Loh, mana Romeo?"
Adara menoleh melihat Dimas yang masih berbelit handuk dan rambut yang basah. Ia tersenyum kearah suaminya ini.
"Kamu kenapa senyum senyum gitu?" tanya Dimas merasa aneh.
"Duduk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas Prince Cold (TAMAT)
Teen FictionBagusnya, follow sebelum membaca... (revisi) Dimas kira, kehidupannya akan terus abu-abu. Dengan keluarga yang berantakan dan masalah kian berdatangan. Namun, setelah kedatangan Adara, semuanya berubah. Dimas mengubah pandangannya betapa sangat be...