|°DPC-39

441 15 0
                                    

Karel menatap datar dua orang manusia yang tengah bermanis-manisan. Ia mengeluh di atas kasur rumah sakit melihat keromantisan Dimas dan Adara.

"Kalo kalian kesini cuman mau pamer kemersaan, pintu keluar terbuka." desis Karel.

Dimas terkekeh melihat kedongkolan Karel. Begitu malangnya temannya ini. "Lo kenal Sandra, Rel? Mau gue kenalin gak?"

Karel yang emang emosian itu mendelik, "gue masih setia ya sama istri gue."

Adara menggeleng pasrah saat kedua lelaki itu beradu mulut. Salah dia kenapa tidak membawa anak Karel ke rumah sakit.

"Gue rindu Tania." keluh Karel.

"Aku, aku!!"

Karel langsung menoleh ke arah pintu ruangannya. Ia tersenyum lebar melihat putri cantiknya datang dengan Zidan adik dari Adara.

"Anak Papa!"

Tania melepaskan genggaman Zidan dan melesat kearah kasur Karel. Namun sampai disana ia kesusahan untuk naik ke atas. Karel pun belum bisa mengangkat hal yang berat.

Dimas terkekeh, ia segera berdiri dan mengangkat Tania ke kasur. Gadis kecil berumur 5 tahun itu tersenyum dan berterimakasih.

Dimas kembali duduk dan langsung memeluk pinggang Adara. "Tania sangat lucu. Perpaduan Amerika."

Adara mengangguk. Ia menatap Dimas yang tengah menonton Karel yang berceloteh ria dengan anaknya.

"Bentar lagi kita bakal punya anak yang lucu-lucu. Sabar ya," ucap Adara sembari mengelus pipi Dimas.

"Iya, nikah aja belum," kekeh Dimas.

Sedangkan Zidan menatap keduanya datar dan kembali sibuk dengan hp genggam nya.

.

Pada dasarnya, sebuah kesabaran akan menghasilkan sesuatu yang tidak terduga. Akan menghasikan keberhasilan dan kebahagiaan.

Begitu juga dengan Adara dan Dimas. Rintangan yang di lalui begitu penuh dan sesak. Namun keduanya hanya sabar menghadapi cobaan sampai semuanya finish.

Adara tersenyum gugup di depan pintu yang terbuka. Ia menoleh kearah kiri, melihat betapa tampannya ayah nya itu.

"Kamu gugup?"

Adara mengangguk.

"Sebentar lagi, peran Papi akan berkurang. Kamu tidak lagi di nafkahi oleh papi. Tapi satu yang kamu harus tau. Papi akan selalu menyayangi dan mencintai kamu selama hayat papi."

Air mata Adara turun. Ini bukan akhir dari semuanya. Ini akan menjadi awal dirinya hidup dengan suami bahkan anak anaknya nanti.

Adara dan Tara berjalan menuju altar. Disana sudah ada Dimas yang tengah menatapnya memuja. Bahkan mata Dimas berkaca-kaca. Seolah tidak menyangka bahwa wanita pertama yang ia cintai beberapa menit lagi akan menjadi istrinya.

Dimas mengulurkan tangannya dan langsung di beri respon oleh Adara.

"Saya serahkan putri saya. Tolong, bahagiakan putri saya." Dimas mengangguk dengan tegas saat Sang Papa mertua memberikan putrinya pada Dimas.

Tara turun dari Altar dengan mata yang berkaca. Ia sedikit tidak rela jika putri kecilnya sekarang sudah akan menikah. Ia menghampiri Istrinya dan langsung memeluk erat Yola.

"Anakku di ambil, Mi." lirih Tara.

Yola mengusap bahu sang suami. "Dia tetap putri kamu, mas."

"aku gak nyangka kalo putriku sudah besar," bisik Tara seraya menatap Adara dan Dimas yang tengah menobatkan janji pernikahan.

Tara dan Yola menatap terharu saat penobatan pengantin telah selesai. Sampai keduanya berciuman di altar dan di tepuk tangani oleh seluruh tamu yang datang.

Bahkan Dodi menangis tersedu-sedu di bahu Sandra. Dodi tidak menyangka jika si cewek polosnya menikah lebih dulu.  Sedangkan Karel hanya tersenyum sembari berbicara bersama anaknya yang terus bertanya mengapa bunda nya berpakaian cantik dan mengapa mereka berciuman.

"Pah, aku bakalan gitu juga gak sama kak Zidan?" tanya Tania begitu polos. Karel terkekeh mendengarnya. Tania begitu memuja adik Adara.

"iya, tapi nanti kalo udah besar ya,"

Tania mengangguk senang dan memeluk leher sang ayah.

Adapun Fatih dan Nadia saling berpelukan karena sahabatnya menemukan kebahagiaan untuk selama lamanya. Mereka tahu perjuangan kedua manusia yang tengah tersenyum satu sama lain di altar. Penuh rintangan.

Nadia selalu berdoa, agar kelak ia mendapatkan kehidupan yang jauh lebih indah. Jujur, Nadia ingin seperti Adara yang ingin di pinang sang kekasih.

"Sabar ya, kita bakal berusaha apapun caranya." ucap Fatih.

Nadia menoleh, ia tersenyum dan kengusap lengan Fatih yang ia genggam.

Dimas menatap wanita di hadapannya yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Ia sulit berkata-kata mengapa Adara begitu cantik dengan gaun pengantin ini.

"Aku mencintaimu... " bisik Dimas.

"Aku mencintaimu, suamiku... "

•...•

Alhamdulillah akhirnya ceritaku selesai dengan part yang sedikit wkwk. Yang penting selesai kan.

Rada aneh sih, soalnya awal bikin ini gak niat, orang bikinnya waktu tahun 2018 dan selesainya baru sekarang 2020. Coba ituuu wkwk..

Makasih yah yang udah baca ceritaku yang masih acak acakan. Kalo gak ada kalian yang baca ceritaku, mungkin gak bakalan sampe selesai. Mungkin aja bakal aku unfublish wkwk. Untungnya enggak. Karena aku pen banget nyelesain satu cerita. Apapun haha.

Sekali lagi thank you for all:)

Sabtu, 02 mei 2020

Dimas Prince Cold (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang