|°DPC-23

316 16 0
                                    

Harus pintar memilih situasi. Apakah kamu akan terbang atau akan masuk jurang.

•...•

"MAKSUD LO APAAN HAH BAWA-BAWA ADARA!!" teriak Dimas begitu nyaring. Dengan wajah yang sudah mengeras menahan amarah.

"Oh... Jadi Adara ngadu, gitu?!" tanya Dhika seraya terkekeh sinis.

Bukk!!

Satu pukulan mendarat di pipi Dhika. Dhika hanya diam saja seolah mempermainkan emosi Dimas.

"jangan bawa-bawa Adara sama masalah kita. Dia gak tau apa-apa. Jangan bikin gue harus ngirim lo ke rumah sakit, Dhika!!" sinis Dimas.

Gigi Dhika bergesekan menahan amarah. Dia benci mendengar Dimas membela orang lain ketimbang Serin yang tengah berjuang untuk sembuh.

"lo gak pernah liat pengorbanan Serin, Dim!" sinis Dhika kini ikut terpancing emosi.

"kenapa lo sangkut pautin semuanya. Disini pusat masalah nya ada di elo, bangsat!" sentak Dimas sambil mengangkat kerah seragam Dhika.

"Oyah? Bukannya elo. Harusnya lo jaga sikap dengan gak usah perhatian sama Adara!"

Buk!!

Lagi-lagi Dimas meninju Dhika dengan kekuatan penuh. Dimas sangat marah pada Dhika yang membuat Adara ikut dalam masalah nya. Sedangkan Dhika sudah tekapar.

Siswa pun terus bersorak, tidak mencoba melerai pertengakaran itu.

"Astaga kak Dimas!!"

Dimas yang masih menduduki tubuh Dhika menoleh kearah suara melengking memanggilnya.

"Adara... "

Adara mendekat dengan ekspresi kaget nya. "Kenapa kak Dimas pukul kak Dhika?" tanya Adara dengan lirih.

Dimas diam membisu. Kaget dengan pertanyaan Adara yang mengarah membela Dhika. Memang disana, Dimas tidak terluka sedikipun, berbeda dengan Dhika yang sudah hampir pingsan.

Adara mendorong tubuh Dimas dari atas Dhika dan membantu Dhika untuk berdiri.

"Aku kecewa sama kakak."

Adara berjalan menjauh dari pusat keramaian seraya membatu Dhika berjalan dan membawa nya ke UKS.

"Fatih!"

Fatih yang tengah berjalan sendirian terkejut melihat Adara membawa Dhika yang terluka dan segera berlari mendekati mereka.

"bisa tolong? Bawa kak Dhika ke UKS. Aku masih ada urusan. Bisa yaa... " mohon Adara.

Fatih mengangguk dan melingkarkan tangan Dhika ke bahunya.

Setelah itu, Adara berlari kembali ketempat insiden itu. Disana sudah sepi tidak ada siapapun termasuk Dimas yang sudah menghilang. Tidak pikir panjang, gadis perponi ini berlari ke arah rooftop.

"Kak Dimas!"

Terlihat, Dimas terduduk di pojok dengan kepala menunduk dalam.

"Kak?"

Seharusnya Adara sadar jika tindakan nya tadi melukai hati Dimas. Hanya saja, keperimanusiaanya merasa harus menolong Dhika lebih dulu.

"salah?" Adara hanya terdiam mendengar pertanyaan dari Dimas.

"Salah gue belain pacar gue tadi, Ra?"

Gadis itu tergugu, menahan air matanya untuk tidak terjatuh. Ia sangat terharu jika Dimas membelanya. Hanya saja cara Dimas yang salah.

"Kak... " Adara mengangkat kepala Dimas. Mengusap rambut lelaki itu dengan sayang.

"enggak... Sama sekali gak salah. Cuman lain kali jangan pake otot ya? Dara takut." ucap Adara sambil tersenyum hangat.

"gue baru tau rasanya cemburu." tukas Dimas jujur.

Mata Dimas menutup saat jari Adara merapihkan rambutnya yang berantakan.

"iya... Adara tadi refleks, tau. Kalo kak Dhika mati gimana? Nanti yang kena, kak Dimas juga. Nanti aku yang sedih."

Dimas membuka matanya, "maafin gue." Adara mengangguk dan menarik tubuh besar Dimas untuk dia peluk.

"makasih udah belain Dara."

Dimas hanya mengangguk sambil menutup matanya kembali. Jujur, Dimas masih mengendalikan dirinya untuk tidak meluap luap. Tapi karena ada Adara ia mencoba menenangkan dirinya untuk tidak membuat Adara-nya ketakutan.

Sedangkan di sisi lain, Karel mengintip seraya terkikik pelan. Sebenernya lelaki ingin tahu kelanjutannya akan gimana, tapi melihat keduanya terlihat berbaikan membuat Karek berdecak tapi geli sekaligus.

•...•

Disini Karel emang jarang ada. Udah jarang sekolah sekaligus jarang masuk ke ceritanya. Dia mah emang bakal nyelip nyelip doang kayak upil.

Udah segitu aja hehee.. ngomongin si Karel upil.


Purwakarta,
Jumat, 21-februari-2020_

Dimas Prince Cold (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang