|°DCP-11

415 19 0
                                    

Jantung berdegup dengan kencang, pipi selalu bersemu merah dan perut tiba-tiba melilit adalah ciri-ciri jatuh cinta, katanya. Begitupula dengan apa yang dirasakan seorang Adara.

Entah kenapa semalaman ini ia memikirkan Dimas. Apalagi saat Dimas mentraktir dirinya ice cream dan menemaninya seharian.

"Aduuh... Aku kenapa?" Adara menutup seluruh mukanya dengan selimut pinknya.

"Adara ayo makan nak."

Adara mengangkat wajahnya dari balik selimut, "Iya miih Bentaran."

Adara segera beranjak dari kasurnya lalu berjalan turun menuju meja makan yang sudah dipenuhi makanan.

"Malam Pih, mih, Zigong."

"ZIDAN tauuu!!"

"Udah jangan ledeki adikmu itu." ujar Tara.

Adara duduk bersebelahan dengan Zidan. Siap menyantap makanan Maminya yang lezat.

"Minggu ini kamu pacaran yah sama Dimas?" Tanya Yola sembari terkekeh pelan.

Adara tersedak mendengar itu. Sedangkan Tara hanya bergeming di tempatnya.

"Adara gak pacaran kok Mih. Tadi... Tadi itu Adara ditlaktir makan ice cream. Itu doang."

"Masaa"

"Iih mamiii!" Adara memanyunkan bibirnya karena kesal digoda oleh maminya.

Tara hanya menggelengkan kepalanya karena istrinya selalu menggoda anak sulungnya itu.

"Dimas kapan kesini lagi?"

"Gak tau."

"Tanya dong sayang,"

"Iya iya. Nanti Adara tanya."

****

Disatu sisi Dimas kini tengah tiduran terlentang dengan Tangan kiri menjadi tumpuan kepalanya dan tangan kanan memegang ponselnya.

Ia terus menatap layar ponselnya tak henti-henti. Di layar itu terpampang wajah imut milik Adara. Dimas tidak tau kenapa bisa menatap foto Adara seserius ini. Melihat wajah Adara membuat dirinya merasa hangat. Daripada bertemu langsung dengan orangnya yang membuat dirinya harus merasakan jengkel ingin mecakar atau melemparkan Adara ke sampah.

"Masa gue jatuh hati sama cewek pendek ini." selang, ia terkekeh memikirkan ucapannya tadi. Jatuh cinta? Yang benar saja. Dimas susah untuk jatuh cinta. Namun hangat selalu menelusup jika dekat dengan Adara walau serungnya jengkel.

Masih dengan menatap ponselnya ia mendengar suara nyaring kedua orangtuanya. Apalagi kalau bukan berdebat. Tidak pagi, malam mereka selalu bertengkar. Dimas sampai malas jika harus menguping perdebatan itu.

Untungnya malam ini dirinya tengah dalam mood baik jadi ia abaikan pertengkaran itu karena biasanya ia akan keluar lalu melemparkan barang apa saja yang ada disana lalu membanting kelantai supaya pertengkaran itu terhenti.

Sekarang ia akan tidur lalu esok akan berkunjung kerumah sakit, kepada Serin. Sudah dua hari ia tak bertemu gadis itu.

*****

Kaki panjang dimas menuruni undakan demi undakan tangga. Pagi ini seperti biasa ia akan melewati orangtua nya yang tengah menyantap makanan.

"Dimas, makan dulu."

Lelaki itu berhenti saat suara Mamanya terdengar nyaring ketelinganya. Dimas tersenyum miring tanpa menoleh kearah sumber suara.

"Apa pedulimu."

Dimas kembali melanjutkan perjalanan nya menuju parkiran untuk membawa mobilnya.

Tak lama Cowok jangkung itu berhenti diparkiran Rumah sakit. Dengan membawa sebuket bunga untuk Serin.

"Pagi?"

Dimas duduk Di kursi dekat brangkar Serin. Wajahnya hangat berbeda dengan tadi pagi.

"Lo tau gak. Selama hampir sebulan ini gue bertemu dengan cewek pendek yang menjengkelkan..." Dimas meraup lengan kurus milik Serin "... Dia baik juga cerewet. Hampir mirip sama elo. Tapi dia polosnya kebangetan gak kaya lo. Kayanya gue... Gue jatuh Ser. Gue jatuh hati."

"Cepat bangun yah buat gue bisa denger komentar elo tentang ini."

Setelah memberikan bunga serta mengecup lengan Serin, lelaki itu berpamit pulang. Namun ditengah perjalanan ia tak sengaja menabrak seseorang.

Dimas dan lelaki itu saling pandang. Tak ada satu diantara mereka mengucapkan apapun selain hening. Tatapan itu terhenti karena Dimas memutuskannya lebih dulu dan berjalan meninggalkan lelaki itu.

****

Adara berjalan riang menuju kelasnya saat dirinya baru selesai meminjam buku dari perpustakaan. Walaupun dirinya baru satu bulan lebih bersekolah disini tak membuat semua murid disana tak kenal seorang Adara. Apalagi sekarang sekarang ini Adara dikabarkan dekat dengan Dimas.

Kaki jenjang Adara terhenti dengan mata memicing. Dirinya melihat Dimas dan Fatih tengah membicarakan pembicaraan serius. Tapi bukannya Patih tak akrab dengan Dimas?. Merasa Kepo Adara berhenti dan mendengar ucapan Dimas dan Fatih.

"Gimana kabarnya Serin?"

"Lumayan, tapi belum bangun."

Serin? Adara baru mendengar nama itu. Siapa dia?

"Maaf gue gak bisa nengokin dia. Gue gak bakalan diizinin sama bokap gue."

"Hmm"

Adara menggaruk rambutnya bingung. Menengoki? Apakah yang bernama Serin tengah sakit? Dan sudah lama tidak bersekolah, begitu?. Adara bingung.

Dimas membalik badan saat pembicaraannya dengan Fatih selesai. Ia sedikit terkejut melihat wajah polos itu tengah menatapnya bingung.

Sedangkan Fatih hanya tersenyum pada Adara dan menghampiri gadis itu.

"Ngapain lo bengong disini?"

"Ha? Aku?" Seperti baru saja sadar Adara merasa tulalitnya semakin bertambah.

Fatih terkekeh melihat wajah bingung Adara. De ngan gemas Fatih mengacak acakan rambutnya "ayo Ke kelas?"

"Eh.. Iya iya."

Adara sebenarnya tengah menatap dimas dengan tak lepas. Sampai Dimas meninggalkan mereka berduapun gadis itu sampe menengok ke belakang.

"Eh Fat, Serin itu... siapa?"

Fatih terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba dari Adara. Pasti Adara sudah mendengar semuanya.

Dimas Prince Cold (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang