"siang pak Dimas, hari ini ada meeting jam 2 siang dengan perusahaan Natarik. " ucap asistennya dengan sopan.Dimas hanya mengangguk mengiyakan. Setelah bertemu lagi dengan Adara di bandung waktu itu, membuat lelaki yang duduk di kursi kebesarannya sering melamun.
Ada rasa rindu yang sangat membuncah di hati Dimas. Ia ingin tahu, mengapa gadis itu menghilang. Dan seolah tidak percaya, jika Adara ternyata istri dari...
"permisi, pak?"
"APA LAGI!" teriak Dimas yang merasa terganggu dengan sekretaris nya.
Sekretaris itu terperanjat mendengar bos nya membentak. Padahal sudah dari tadi dia memanggil lelaki itu.
"ada tamu yang ingin bertemu bapak."
"saya sibuk!" delik Dimas.
Sekretaris nya hanya tersenyum masam dan mencoba menabahkan hatinya. "tapi katanya itu sangat penting, pak."
Dimas berdecak, "sepenting apa dengan nantinya kamu saya pecat akibat melawan bos, huh?"
Sekretarisnya langsung kicep. Bos muda nya memang garang. Pasti, asisten nya itu takut akan di pecat.
"yasudah, saya permisi."
Setelah kepergian sekretarisnya, lelaki itu mendengus seraya menyandarkan tubuhnya di kursi. Penat begitu menyiksa. Membuat dirinya jarang tidur akibat terlalu terbuai dengan pekerjaan.
"padahal, gue mau ngomong hal yang serius."
Mata Dimas langsung mengarah ke pintu mendengar suara yang familiar di telinga nya. Karel, untuk apa lelaki itu datang.
"tau dari mana ini perusahaan gue?"
"gue tau, Dim."
Dimas mendengus. Ia melihat perubahan diri Karel yang sudah jauh berbeda. Tubuh nya agak kurusan, rambut yang tidak tertata rapih. Kenapa jadi lelaki itu yang menyedihkan sekarang.
"mau apa lo jauh-jauh kesini?" tanya Dimas to the point.
"gue mau ngomongin soal Adara."
Tubuhnya menegang mendengar nama Adara. Reaksi yang berlebih tentang semua yang menyangkut tentang Adara-nya. Ah, sekarang tidak lagi sepertinya.
"kenapa?"
Karel mengerutkan dahinya, "justru gue yang harusnya nanya, kenapa lo gak nyari Adara?"
Dimas mendelik, "gimana gue mau nyari Adara, kalo terakhir yang gue denger dia kecelakaan pesawat pas berangkat ke luar negeri." ucap Dimas dengan nafas memburu. Seolah bayangan itu adalah mimpi yang sangat buruk.
"kecelakaan pesawat?" bingung Karel.
Dimas tertawa sumbang, "kemana aja lo selama ini. Kirain udah mati juga."
"Adara gak mati, Dim." tekan Karel menahan emosi.
"dia mati setelah kecelakaan itu."
Karel berdecak, "terserah lo. yang terpenting sekarang, lo harus nemuin Adara. Adara butuh lo. Adara butuh lo buat jelasin ini semua."
"dan gue gak peduli." tekan Dimas menatap tajam Karel. Untuk apa dia kembali melihat Adara. Adara sudah menjadi Istri orang.
•...•
"maaf, saya telat."
Dimas yang juga baru datang barusan berusaha baik dengan client nya. Ia berdiri, menoleh ke arah lelaki yang baru saja datang di sebuah cafe yang menjadi tempat meetingnya.
"Om- Om Tara." betapa terkejut nya melihat seseorang yang juga menghilang. Kenapa semua nya kembali datang berturut-turut, membuat kepalanya pening.
"senang, bertemu kembali dengan kamu, Dimas."
Dimas seolah linglung, ia menatap Ayah dari Adara dengan wajah tidak terbacanya.
"boleh saya duduk?"
"ah, ya-ya boleh." gagap Dimas.
Mereka duduk berhadapan. Kedua lelaki yang berbeda generasi ini kini saling bertatapan.
"apa kabar, om? "
Tara tersenyum dengan lebar, "saya sangat baik. Jauh lebih baik. Kamu, apa kabar juga?"
"saya-"
"saya tau kamu ngerasa bingung dengan ini semua. Semoga semua kesalahpahaman antara kita atau lebih tepatnya antara kamu dan Adara cepat selesai. Kamu butuh penjelasan."
Dimas hanya terdiam seraya menatap lelaki yang dulu menjadi orang yang sangat berjasa mendorongnya untuk menjadi lelaki yang lebih baik.
"oke, karena ini masih di jam kerja. Mari kita lanjutkan urusan kita."
Dimas tidak banyak berbicara, ia hanya mengangguk merespon Tara yang tersenyum. Bukankah dulu, Tara adalah seorang lelaki dingin. Kemana sekarang?
****
Intinya si Dimas teh nerusin perusahan bapak nya. Gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas Prince Cold (TAMAT)
Подростковая литератураBagusnya, follow sebelum membaca... (revisi) Dimas kira, kehidupannya akan terus abu-abu. Dengan keluarga yang berantakan dan masalah kian berdatangan. Namun, setelah kedatangan Adara, semuanya berubah. Dimas mengubah pandangannya betapa sangat be...