|°DPC-35

358 16 0
                                    


Adara dengan ragu masuk ke sebuah cafe yang sudah di janjikan oleh seseorang. Matanya mengelilingi setiap sudut cafe sampai akhirnya terjatuh pada sekumpulan orang orang yang tengah bercengkrama ramah.

"hai?"

Semua menoleh, terkejut dan juga merindu. Ya, mereka adalah; Fatih, Nadia, Sandra, Dodi. Sahabat terbaik saat SMA dulu.

"Adara? Ini... Beneran lo?" ucap Sandra dengan tatapan tidak percaya. Sandra memang tidak tahu akan bakal kedatangan Adara. Hanya Fatih yang tahu. Karena itu, kumpulan ini ada.

"Ya, ini aku."

Nadia dan Sandra segera beranjak dari kursi untuk segera memeluk Adara. Mereka berpelukan cukup lama dengan tangis penuh kerinduan.

Setelah selesai, Dodi berdiri lalu memegang kedua pundak Adara. Ia segera menarik tubuh Adara kepelukannya. Adara sedikit terkejut, tapi tidak lama gadis itu membalas pelukan Dodi.

"Maafin gue yang selalu bikin lo kesel ya, Ra." ucap Dodi. Dodi sangat bahagia melihat Adara si polosnya ini.

"iya. Maaf juga bikin Dodi kesel mulu."

"udah ah, sedih-sedihnya. Kasian Adara, dari tadi belum duduk dan mesen makan." tegas Fatih.

Akhirnya Adara dan Dodi duduk di tempat yang sudah di sediakan. Ada rasa canggung saat Adara duduk, karena semua temannya menatap dirinya dengan intens.

"gimana ceritanya lo selamet dari insiden kecelakaan pesawat itu, Ra?" tanya Dodi begitu kepo.

"aku gak naik pesawat itu." ucap Adara mencoba tenang.

Keempat temannya semakin kepo. "terus lo kemana aja? Kenapa gak hubungi kita-kita?" seru Nadia tersirat kekecewaan. "tau gak sih, kita itu khawatir, nangisin lo karena kecelakaan itu." lirih Nadian.

"Kalian mau dengerin aku cerita yang sebenarnya?" tanya Adara yang masih mengendalikan emosi nya.

"jadi... "

Flashback

"Gimana dong mas, Zidan kesakitan. Apa kita tunda dulu keberangkatannya. Tapi tiket pesawat mahal." lirih Yola terisak. Disebrang sana, Tara mencoba menenangkan Yola yang masih saja menangis jika keluarganya sakit.

Ia menatap anak bungsu nya yang terkulai lemas di sofa dengan tidak memakai celana. Zidan bulak-balik masuk wc. Ia terkena diare sampai tubuhnya pucat.

"Kak!" seru Zidan karena ingin di celana.

"maaf yah Nadia. Yaudah nih, bentar lagi aku mau naik pesawat nya. Aku pasti kangen kalian. Makasih udah mau temenan sama Adara. Makasih." Adara mematikan ponselnya dan berjalan ke arah Zidan yang memegang perutnya.

"Zidan masih sakit, perutnya?" tanya Adara sambil memangku Zidan. Meskipun ia selalu bertengkar tapi ia tetap menyayangi adik nya ini.

"iya sakit... " rengek Zidan.

"Adara, mami sama Papi udah obrolin ini. Kita tunda dulu perjalanan kita. Kita bawa Zidan ke rumah sakit." Ucap Yola sembari mengusap rambut Adara.

"Tapi Mih, Tiket nya bakal hangus."

"gak papa, yang terpenting adikmu gak kesakitan lagi."

Akhirnya mereka keluar dari bandara menuju rumah sakit terdekat. Tanpa di sadari jika handpone Adara terjatuh dari saku celana nya.

Sampai di rumah sakit, Zidan mendapatkan perawatan. Yola meminta Zidan untuk di infus beberapa hari karena jika sakit, Zidan susah untuk makan.

Adara yang tengah teruduk dengan lemas karena kehilangan handpone nya terkejut mendengar siaran tv yang memberitakan jika pesawat yang akan di tumpanginya terjatuh di tengah lautan.

"Mii.."

"Syukur kita gak jadi naik pesawat itu. Kita masih di beri nyawa oleh tuhan. Mami sangat bersyukur." Adara segera memeluk Maminya karena wanita itu menangis karena terkejut dan lega secara bersamaan.

Flashback Off

Keempat temannya menatap tidak berkedip setelah mendengar cerita singkat dari Adara. Merekapun ikut lega karena Adara dan keluarganya tidak jadi berangkat saat itu.

"jadi, gue buang-buang waktu nangisin lo?" ucap Dodi dengan tidak percayanya.

"Jadi Dodi emang doain Dara mati?" tanya Adara dengan wajah lugunya.

Dodi segera menggeleng cepat. Ia ingat janjinya beberapa menit yang lalu kalau Dodi tidak akan menyebalkan lagi.

"justru gue lega, Adara... Gak papa kok gue buang-buang air mata gue waktu itu, padahal lo masih nafas." ucap Dodi lagi.

"Iya... Gue minta maaf karena tadi malah jadi salah faham. Gue begini karena sayang sama lo, Ra." Lirih Nadia seraya memegang tangan Adara. Sedangkan Sandra hanya menangis haru.

Fatih menatap teman temannya dengan senyum mengembang. Akhirnya semuanya lengkap. Tidak ada lagi kesedihan dan hanya akan ada kebahagiaan yang tersisa.

•...•

Beberapa part lagi bakalan selesai guys:(

Sabtu, 4 april 2020

Dimas Prince Cold (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang