|°DPC-37

372 18 1
                                    


Dimas diam tidak berkutik saat dua pasang mata tengah menatapnya intens.

Lelaki itu baru saja melamar Adara di hadapan orang tua gadis itu yang baru saja pulang. Dengan gentle, Dimas mengutarakan keinginannya untuk menikahi putri sulung dari Tara Natariksa.

Hanya saja, Tara masih menutup bibirnya rapat. Tidak bertanya dan membuat Dimas kebingungan atas sikap Ayah dari orang yang di cintainya.

"Jadi?"

Dimas mendongakan kepalanya mendengar suara pertama dari Tara.

"Apakah kamu serius dengan putri kami?" tanya Tara dengan penuh intimidasi.

"Ya, Om. Saya tidak pernah seserius ini." Ucap Dimas tegas.

"Alasan apa yang membuat kamu ingin menikahi putri saya. Secara, 5 tahun ini kamu tidak berusaha mencari keberadaannya." tindas Tara.

Dimas diam sesaat, lalu menghela nafasnya. "Alasannya karena saya memang mencintai Adara. Klise tapi itu kebenarannya karena saya tidak bisa melupakan Adara di hidup saya.

untuk kenapa saya tidak mencari Adara. Saya terlanjur sakit saat mendengar kalau Adara mengalami kecelakaan dan di situ saya mencoba melupakan kecelakaan itu dan melupakan untuk mencari keberadaan Adara karena saya takut perjuangan saya akan sia-sia." lanjut Dimas.

Tara menghela nafasnya, "saya terserah Adara mau nikah sama kamu atau enggak. Tapi, harus diingatkan, kalau sekali saja kamu menyakiti anak saya, saya akan membawanya kembali. Mengerti?"

Dimas tersenyum. Ia mengangguk mengiyakan. Akhirnya dirinya mendapatkan restu dari kedua orangtua Adara. Oh, bahagianya Dimas.

•...•

"Kan aku udah bilang, aku gak mau ke rumah kamu!" seru Adara karena dipaksa untuk pergi bersama Dimas ke rumah milik ayahnya di jakarta.

Adara sudah mengetahui, jika Papanya Dimas sudah menikahi seorang janda beranak 2 di jakarta. Dan ia merasa segan dengan itu. Ia takut jika kedatangannya akan membuat kacau.

"mereka akan terima kamu. Percaya sama aku."

Adara mendengus. Sedangkan Dimas hanya terkekeh seraya mengacak surai rambut Adara. Kenapa Adara-nya menggemaskan sekali.

Setelah menempuh 2jam perjalanan, akhirnya kedua sejoli itu sampai di rumah besar yanng Adara yakini milik om Jaya.

"aku degdegan tau," lirih Adara.

Dimas menggenggam tangan Adara, memberikan kekuatan untuk Adara yang terlihat gugup.

Dimas membuka pintu rumahnya. Yang terlihat pertama kali adalah seorang gadis tengah berjoget di atas sofa dengan suara tivi begitu kencang.

"RANI, BERISIK!" teriak Dimas.

Gadis yang terlihat masih sekolah itu terlonjak kaget. Ia terkejut melihat kedatangan kakak tirinya bersama seorang wanita.

Dengan cepat gadis bernama Rani mematikan tivi itu. "Eh, abang pulang. Gimana liburannya?" seru Rani sambil mendekati Dimas.

Dimas hanya bergumam. Ia menarik lengan Adara untuk berkenalan dengan adik tirinya. "Kenalin, calon abang."

Rani terkejut. Ia menganga mendengar penuturan kakak tirinya. Apa-apaan ini! Datang-datang langsung membawa oleh-oleh calon istri. Rani menatap Dimas dan Adara begitu cengo.

Sedangkan Adara merasa gemas dengan kelakuan adik tirinya yang begitu terkejut dengan ucapan Dimas.

"Adara,"

"Ra-Rani."

Setelah sadar Rani menatap Dimas lagi dan langsung meninju Dimas sampai Adara terkejut begitupun Dimas.

"Heh, kalau bawa oleh-oleh kira-kira dong! Bikin Rani jantungan aja. Mana calonnya cantik lagi! Rani kan jadi patah hati!" gerutu Rina seraya mecebikan bibirnya kesal.

"apaan sih berisik banget. Oh, Dimas kamu udah pulang nak?"

Adara menatap segan wanita paruh baya yang sedang turun dari lantai dua. Wanita itu sangat cantik, pantas saja om Jaya berpaling dari Tante Marina.

"Siapa dia?" tanya wanita itu dengan nada ketus.

"Dia calon istri Dimas. Namanya Adara."

"Oh jadi wanita ini yang ngebuat aku sia-sia jodohin kamu sama anak-anak temen Ibu?" tanya Wanita itu pada Dimas.

Dimas menghela nafasnya, "udah tau sia-sia. Masih aja di lanjutin." ketus Dimas.

Ibu tiri Dimas terkekeh mendengar gerutuan Dimas. Wanita paruh baya itu menatap wanita di samping Dimas yang sepertinya ketakutan.

"Kenalin. Saya lily, istri dari Jaya. Dan ini putri kedua saya, Rani."

Adara mendongakan kepalanya dan terlihat ibu dari Rani tengah tersenyum hangat. "Saya Adara, tan."

"Selamat datang di rumah ini. Semoga nyaman. Pasti kamu bakal nginep kan? Nginep ya," pinta sang ibu.

Adara langsung menoleh ke arah Dimas dan lelaki itu hanya mengangguk.

"yeay... Akhirnya Rani punya temen ngobrol lagi!" pekik Rani begitu kegirangan. Rani segera merebut Adara dari Dimas membuat lelaki itu berdecak kesal. Rani membawanya ke kamar milik gadis itu.

"Akutuh punya kakak perempuan satu. Cuman dia kerja jadi pramugari. Menyebalkan. Dia jarang pulang." curhat Rani pada Adara yang masih terdengar oleh Lily dan Dimas.

"Kamu serius dengan anak itu? Kamu tau kan kalo Jeni menyukaimu."

"dari pada itu, Saya mencintai Adara. Saya sudah menganggap putri ibu adik saya. Gak mungkin kan saya menikahi Dia yang notabenenya adik tiri saya."

Fakta jika Jeni, anak pertama dari Lily menyukai Dimas di pandangan pertama mereka bertemu. Namun Lily sudah mengingatkan bahwa itu terlarang. Sampai akhirnya Lily memasukannya ke sekolah pramugari agar tidak berdekatan dengan Dimas.

•...•

Berapa lagi yah ini tamat wkwk.

Sebentar lagi, bakal ada cerita dari Zidan dan Tania. Tunggu ya.. Dan baca... Makasih:)

Dimas Prince Cold (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang