"Mami... Adara berangkat dulu... Assalamualaikum?"
"Waalaikumusallam!" teriak dari arah dapur.
Adara memang sering berangkat tanpa diantar oleh Papinya atau pada supirnya. Hitung-hitung mengolahragakan kakinya. Saat diperjalanan matanya terkunci pada sosok lelaki yang akhir-akhir ini ia temui tengah melajukan mototrnya.
"Bukannya sekolah disana? Ngapain kesitu?" Gumam Adara bingung.
"KAK DIMAS!"
Refleks Dimas menekan rem dadakan. Ia kaget dengan suara teriakan itu. Ia kira dirinya menabrak seseorang. Ternyata hanya gadis pendek yang akhir akhir ini menganggu dirinya.
Senyum Adara merekah. Segera berlari ke arah Dimas.
"Kakak mau kemana?"
Cuman mau ngomong itu doang sampe teriak-teriak? Desis Dimas dalam hati.
"Bukan urusan lo!"
Dimas kembali meng stater motor ninjanya. Namun dengan cepat Adara menghalangi jalan dimas dengan membuat rentangan tangan yang melebar.
"Awas!"
"Gak. Kakak harus sekolah. Dan sekolahnya ke arah sana. Bukan ke arah situ!"
"Awas gak!"
"Gak!"
Dengan kesal, lelaki bermata tajam menggas motornya, membuat suara bising disekitar situ.
"Aaaaa..."
Adara segera menutup wajahnya. Takut-takut jika dirinya ditabrak. Namun sudah beberapa menit tak ada efek apa-apa. Dengan perlahan gadis berponi itu membuka kedua matanya.
"Kak Dimas?"
Dimas sudah tidak ada di tempat.
***
"Maaf gue telat,"
Dimas mendudukan bokongnya di kursi dekat ranjang rumah sakit. Menatap gadis yang masih menutupkan matanya. Dengan perasaan sesak, dimas tersenyum getir. Namun ada pancaran bahagia saat beberapa jam lalu kalau gadisnya itu mulai membaik.
"Katanya, tangan lo gerak yah? Gue... Gue seneng. Lo terus berusaha. Gue tetep ada disamping lo. Support lo."
Tangan dimas memegang tangan kurus milik gadis itu. Mengusap rambut dengan sayang.
"Gue pergi dulu. Gue harus sekolah. Jaga diri baik-baik." dimas mengecup dahi gadis itu lalu meleggang pergi.
***
"Dimas!"
Dimas memutar badannya saat seseorang memanggil namanya.
"Karel?"
Karel berlari mendekati Dimas dan menyampingkan tanganya dibahu Dimas.
"Kapan lo pulang?"
"Kemaren sih, minggu. Tapi males sekolah pas seninnya. Kenapa? Kangen yah lo?"
Dimas mengekspresikan wajahnya datar lalu menurunkan tangan Karel dengan kasar.
"Najis!"
Karel yang tahu dengan sikap Dimas hanya terkekeh. Ah, dua minggu ini ia tak bersekolah karena ada acara keluarga Di America. Karel memang bukan berasal dari negara tropis ini, tapi karena Orangtuanya Memang ingin merasakan tinggal di indonesia dengan merintis bisnis. Dan saat ini usaha orangtua Karel berjalan pesat.
"Emh... Gimana keadaan Serin ?" Tanya Karel dengan nada hati-hati serta pelan.
Dimas menoleh kearah Karel sesaat lalu tersenyum samar, "kata dokter, kemaren tangannya gerak."
"Bagus deh. Jadi penantian lo gak sia-sia kan?"
Sebenarnya Karel tak suka melihat sahabatnya itu menunggu seseorang yang tak pasti akan bangun. Tapi jika ia berkomentar itu, siap-siap saja wajah tampannya babak belur.
"Tapi... Misalkan Serin emang bangun, yang mau lo lakuin apa? Secara, Serin kan anak dari Panti. Dan... "
"Itu urusan gue. Lo gak usah ikut campur!" tandas Dimas dengan nada dinginnya.
Karel hanya bisa membuang nafasnya pelan. Entah sebutan apa yang pantas untuk sahabatnya itu. Mungkin, bego atau... Ah, Karel sampai tak tau mau berbicara apa lagi. Dimas seorang yang berjiwa egois.
Setelah sampai di pintu kelas mereka, kaki Dimas dan Karel terhenti saat seseorang menghentikannya dengan menghalangi jalan masuk.
"Wah wah.. Ada anak SD nyasar dari mana ini?" Tanya Karel dengan nada heboh. Sedangkan Dimas hanya mendengus kesal.
Adara mengerjapkan matanya lalu tersenyum, "Aku bukan Anak SD tauu... " dengan bertumpu tangan sembari digoyang goyangkan mata Adara melirik Lelaki yang tengah menatap lurus ke depan. Tidak menoleh ke arahnya.
"Um.. Aku, Dara. Mau minta maaf sama kak Dimas."
Dimas menaikan satu alisnya bingung. Bingung kenapa gadis pendek itu tiba-tiba meminta maaf padanya. Padahal ini bukan lebaran.
"Buat?"
Bukan Dimas yang bertanya, tetapi Karel. Mungkin sekarang Karel Bakalan Jadi Translite nya Dimas.
"Kan, kemaren itu Dara ngeselin kak Dimas, sampe buat kak Dimas marah."
Dimas dan Karel saling Adu pandang. Tutur kata Dara membuat mereka bingung.
"Awas, gue mau masuk!"
"Tapi maafin gak nih?"
"Hmm."
"Hmm apa ini?"
Dimas memutar bola matanya malas. Kenapa ngomong sama anak pendek itu sangatlah berbelit. Iapun menatap Adara dengan intens.
Wajah polos, poni lurus, pipi gembil dan bibir yang manis. Dimas menggelengkan kepalanya. Tapi ada daya tarik tersendiri saat gadis itu meminta maaf padanya. Buat seneng-seneng boleh kali yah.
"Tunggu aja nanti."
"Nanti? Nanti dimana?"
"Kantin."
Karel yang merasa terasingkan menggaruk dahinya bingung. Tunggu, ia baru sadar. Kenapa ada anak baru disini dan manis.
"Lo anak baru apa?" Tanya Karel.
Adara menoleh, "Aku Anak Mami Yola sama Papi Tara. Bukan Anak baru," tuturnya polos.
Karel tergelak saat mendengar jawaban Adara. "Tau ah terserah. Maksudnya lo murid baru disini?"
Adara hanya mengangguk. Dari pada lama. Adara menoleh ke arah Dimas yang tengah berjalan meninggalkan Adara dan Karel.
Karel yang mulai Kepo dengan kedekatan antara Adara dan Dimas langsung mendekati Adara.
"Lo ada hubungan apa sama tuh anak?"
"Gak ada kak."
"Bohong yah lu?"
Bibir Adara mencebik, "kata mami, aku gak boleh bohong. Dosa."
Lagi-lagi Karel dibuat tergelak sampai menimbulkan keanehan dari pasang mata yang tak sengaja melihatnya.
"Aduh, Lo lucu banget siih. Jadi Gemes Gue." Karel mengatur nafasnya, mau izin pamit dari Adara.
"Eh, kita belum kenalan yah kan? Kenalin... " Karel mengulurkan tangan kanannya, "Nama gue Karel Adijaya. Panggil aja Karel."
Adara memberikan senyumnya kepada Karel "Adara."
***
Part yang bikin Ngebosenin.. Tapi aku ngemis vote nya dong..
Makasih.
Jumat,11 mei 2018
Jam 00.20Ig: via.wepe
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas Prince Cold (TAMAT)
Teen FictionBagusnya, follow sebelum membaca... (revisi) Dimas kira, kehidupannya akan terus abu-abu. Dengan keluarga yang berantakan dan masalah kian berdatangan. Namun, setelah kedatangan Adara, semuanya berubah. Dimas mengubah pandangannya betapa sangat be...