Nah update lagi dong. Part-nya masih sedikit-sedikit. Awal-awal baru kenalan dulu sama tokoh-tokohnya.
Selamat membaca
💋💋💋
Hari-hari berlalu begitu cepat. Semua rencana Eya berjalan mulus, lancar, dan tidak ada hambatan. Kecuali satu makhluk yang terus menerus mengingatkan Eya untuk membatalkan rencananya ini. Apa pun yang terjadi, Eya tidak akan pernah mengurungkan niatnya. Kebahagiaan sudah di depan mata. Siapa yang sudi melepaskan kesempatan baik ini begitu saja? Sementara ia telah berusaha sejak lama untuk mendapatkan Zahfiyyan. Beberapa hari lagi ia akan sah menjadi istri Zahfiyyan di mata Tuhan. Ia tidak akan menuruti keinginan tak masuk akal Zoffan.
Eya, Zura, dan Runa tengah memilih kebaya yang akan ia kenakan saat akad. Ia begitu senang melihat pakaian-pakaian indah itu. Rasanya ia tidak sabar untuk mengenakannnya.
"Bagaimana dengan ini, Tante?" tanyanya menunjukkan satu kebaya gold kepada Runa dan Zura.
Zura takjub dengan pilihan Eya. Wanita itu memang tahu fashion. "Itu cantik sekali. Coba kamu pakai dulu," ujarnya berusaha ikhlas untuk semua kejadian ini. Menemani calon istri suamimu yang kedua memilih pakaian pengantin, siapa yang tahan?
Bukannya masuk ke ruang pas, Eya mengambil ponselnya untuk menghubungi Zahfiyyan. "Zahfi, kami sudah dapat gaunnya. Kamu nggak mau melihat ke sini?"
"Plih saja."
Eya menggigit lidahnya untuk mengurangi euforia kebahagiaan. Ia sangat senang saat ini. Ia ingin melompat sambil berteriak bahwa kini ia akan menikah. Menikah dengan lelaki yang telah lama ia idamkan. Ya ampun, Eya ingin jarum jam dipercepat agar hari H datangnya lebih cepat.
"Kamu jangan protes pilihan aku, ya! Awas aja kalau mencela pilihanku!" ancamnya. Tapi sayang lelaki di seberang sana tidak menjawab gurauannya. Lelaki itu justru beralasan akan masuk kelas dan mengucapkan salam lekas.
"Zahfi pasti lagi ditunggu mahasiswanya. Nggak apa-apa, lain kali kamu pasti lebih ramah sama aku," hiburnya kepada diri sendiri. Eya menyimpan poselnya ke tas.
"Kamu nggak keberatan menjadi yang kedua, Eya?"
Eya tertawa mendengar pertanyaan Zura. Pertanyaan apa itu? Eya rela menjadi istri kedua asal dari Zahfiyyan. Semesta juga sudah mengetahui hal itu.
"Kamu ini. Aku mah ya nggak apa-apa. Karena aku percaya, siapa yang nggak kuat dia yang akan mundur." Eya mengucapkan dengan rasa percaya diri yang sangat tinggi. Ia yakin, suatu saat Zahfiyyan akan mencintainya, bukannya hanya kasihan seperti sekarang. Sadar tak sadar, Eya paham sekali bahwa Zahfiyyan setuju menikah dengannya karena lelaki itu ingin menolongnya. Namun, alasan itu nanti akan hilang kok. Suatu saat Zahfiyyan akan menjadikan ia tulang rusuk yang sangat dicintai. Eya sangat pasti dengan hal itu.
Zura mengangguk paham.
"Yuk ah, kita balik. Kita harus mempersiapkan segala hal." Eya memegang tangan Zura di tangan kanan dan tangan Runa di tangan kiri.
"Ngomong-ngomong, kandungan kamu udah berapa bulan?"
Eya ingin bersahabat. Dia tidak boleh membenci Zura dan anaknya karena itu adalah anak Zahfiyyan. Kini giliran Zura yang mengandung anak Zahfiyyan, sebentar lagi giliran Eya. Anak Zura nanti juga akan menjadi anaknya sebab mereka berdua terlibat pernikahan dengan laki-laki yang sama. Bagaimana kira-kira ya nanti kehidupan rumah tangga mereka?
"Masuk bulan ketiga," jawab wanita berhijab merah muda itu.
"Aku mendoakan yang terbaik untuk kamu dan baby," kata Eya diamini Zura dengan tersenyum. Zura berkedip-kedip menahan perih di matanya. Ia bingung dengan situasi mereka saat ini. Ia ingin memasang benteng pertahanan dari Eya namun apakah berguna? Kelihatannya Eya menganggap mereka 'teman'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Revenge (Ful Bab)
General FictionDendam mengawali semuanya. Hujan, hitam, dan pekat. Malam dan hujan menyatukan mereka secara paksa. Dapatkah mereka keluar dari carut marut perasaan dendam yang tak berkesudahan? Hingga suatu hari, cinta mendatangi kediaman mereka. Dapatkah merek...