PLAKKK
Telapak tangan Eya menempel dengan keras di wajah Zoffan ketika baru membuka mata. Kedua tangannya lantas menutup mulut tak percaya. Eya menunduk guna menyembunyikan gelisah. Ia tak sengaja melakukannya. Demi Tuhan ia tak bermaksud menampar Zoffan. Tadi ia kaget melihat wajah Zoffan dan pikiran yang melintas adalah wajah yang telah merenggut keperawanannya pada malam yang paling sial itu.
Kedua tangan Eya dibuka paksa dari wajah. Telapak tangannya diremas kuat oleh suaminya.
"Kamu kenapa nampar aku?!" Terlihat jelas urat leher Zoffan menyembul waktu berbicara. Lelaki itu marah sudah pasti. Eya telah membangunkan macan tutul tidur.
"Jawab! Kenapa tiba-tiba menampar aku?!" Suara Zoffan keras sekali. Tak tanggung-tanggung, lelaki itu menggempakan tubuh Eya dengan bentakannya.
Eya menahan napasnya lalu berbicara dengan mata menatap lurus kepada lelaki itu. "Kamu mau tahu rasanya disakiti? Kamu cuman ditampar! Itu juga hanya tangan perempuan! Bagaimana dengan kelakuan kamu hah? Yang kamu lakukan kepadaku seratus kali lebih sakit dari itu!!!"
"Karena kamu memang pantas mendapatkan semua itu!"
"Kamu juga pantas mendapatkannya! Bahkan harusnya kamu nggak cukup hanya ditampar!"
"Terus kamu mau apa? Mau menampar sebelah lagi, ayo coba! Cob-"
PLAKKK
"EYA!!!"
"Ayo kalau mau balas! Balas ayo!! Aku muak sama kamu! Aku capek ditakut-takuti!"
Zoffan menggeram. Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya. Wanita sialan yang tak tahu diri! Wanita mur-menyebalkan! AAAH!! Zoffan tak mampu lagi mencaci maki perempuan yang satu itu. Apalagi untuk melayangkan tangannya. Ia menahan kedongkolan seorang diri. Perang mulut dengan Eya hanya akan membuat dia tak tidur malam ini sementara besok harus kuliah pagi.
"Kamu kenapa sih? Tadi tidur mimpi buruk tapi kenapa aku yang digampar?!"
"Karena kamu mimpi burukku!!"
"Aku tahu! Udahlah, bisa nggak kamu diam terus tidur nyenyak sampai pagi?! Jangan mengganggu orang!"
"Nggak bisa!"
"Terus mau apa? Kalau mau debat, besok siang aja. Malam ini aku ingin tidur. Nggak ada waktu meladeni kamu!"
Eya menggaruk-garuk rambut di belakang telinganya. Hey, dia barusan kenapa? Kenapa berani banget sama macan tutul?
"Iya tidur sana! Pergi pergi!" ucap Eya dengan kaki menendang paha Zoffan agar menjauh.
Lelaki itu tak ingin mendebat lagi. Ia berjalan dengan tertatih menahan kantuk ke tempat tidur. Beberapa hari ini ia terlalu memforsir matanya untuk berjaga. Ia menyelesaikan tugas-tugas yang terbengkalai. Ia mengejar-ngejar dosen untuk meminta tugas susulan guna memperbaiki nilai. Ia benar-benar bertekat untuk segera tamat tahun ini. Tepatnya ia harus wisuda sebelum anaknya lahir.
Zoffan membanting tubuhnya ke atas tempat tidur.
"Kamu mau menyiksa diri sendiri juga? Nggak cukup aku aja yang bikin badan kamu hancur?" tanya Zoffan dengan nada sarkas sementara matanya terpejam. "Pindah ke sini!"
Krik krikkk....
Eya yang dipanggil tak menjawab apa-apa.
"Pindah ke sini EYA!!" teriak Zoffan. Ia duduk melihat ke tempat Eya.
Dengan memaksa matanya yang sangat mengantuk, Zoffan turun lagi ke lantai. Ia berjalan menghampiri si wanita. "Perempuan satu ini!!" katanya dengan geram. Eya telah meringkuk di atas sofa panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Revenge (Ful Bab)
General FictionDendam mengawali semuanya. Hujan, hitam, dan pekat. Malam dan hujan menyatukan mereka secara paksa. Dapatkah mereka keluar dari carut marut perasaan dendam yang tak berkesudahan? Hingga suatu hari, cinta mendatangi kediaman mereka. Dapatkah merek...