EYA[20] A Grumpy

18.3K 1.9K 176
                                    


Selamat membaca.

🍑🍑🍑

Eya Driella terpana melihat kemana Zoffan membawanya. Lelaki itu ngebut banget bawa mobil hingga Eya kira kegilaan Zoffan mulai kambuh. Tapi yang ia dapati malah membuatnya tercengang. Bagaimana tidak, sekarang ini Zoffan memarkir mobil di depan rumah bidan. Tahu bidan 'kan? Biasanya orang-orang sakit dan ibu melahirkan mencari mereka.

"Ayo turun cepat!" titah Zoffan sebelum ia keluar.

"Punya telinga enggak?!" Zoffan jewer telinga istrinya hingga Eya terpekik.

"Kamu itu! Bicara nggak pakai jewer orang bisa 'kan?! Itu yang kamu tarik telinga aku tahu."

"Cepat turun! Lama!" Zoffan menarik tangan Eya. Langkah kaki wanita itu terseok mengikuti keluwesan langkah kaki Zoffan.

"Eh Pan, bawa siapa kamu?"

Seorang wanita muda dengan seragam putih dan rambut disanggul rapi menegur Zoffan. Matanya menyipit melihat tangan Zoffan yang menggandeng seorang wanita. Spekulasi pun terbit dalam benaknya.

"Ini ya?" tanyanya.

Zoffan mendorong Eya kepada wanita itu. "Periksa dia, An!"

"Kenapa? Ada keluhan apa, Kak?" tanya Andin kepada Eya.

"Tidak usah banyak tanya, Buk, periksa aja istriku yang bodoh itu!"

"Kamu nggak bisa ya bicara baik-baik? Kamu di sini mau minta tolong lho, Pan. Aku bukan babumu, kamu ini emang nggak bisa santun."

"Jangan ceramah deh. Cepat lakukan aja tugasmu sebagai staf kesehatan. Kami datang untuk periksa kandungan Eya. Aku juga nggak minta obat gratis kok."

Andin menggaruk-garuk rambutnya dengan bibir ditipiskan. Ia memutar bola matanya kepada lelaki super cerewet itu. Tukang atur benar. Andin segera membawa Eya ke ruangan periksa dan menghadang Zoffan yang juga ikut masuk.

"Kenapa aku dilarang masuk? Aku suaminya, bodoh!"

"Kamu mau aku kerja dengan benar nggak sih? Kalau iya kamu tunggu di luar. Aku nggak bisa konsentrasi kalau kamu berada dalam radius dekat."

"Lakukan dengan benar. Pokoknya anakku harus sehat!"

"Bye!" Andin menutup pintu berwarna putih itu.

"Kakak, duduk di sini."

Eya tersenyum tidak enak. Ia merasa tak pantas menyaksikan perdebatan tadi.

"Nama Kakak siapa?"

"Eya."

"Oh iya, aku Andin. Teman Zoffan dari SMP sampai SMA. Dia memang begitu kalau sama aku. Tapi kayaknya sama Kak Eya dia pasti lembut banget. Betul 'kan?"

Eya hanya tersenyum.

"Dia itu sering menghubungi aku tanya-tanya soal kandungan. Dia kayaknya sayang banget sama Kak Eya. Cerewet dia kayak tadi itu karena khawatir sama Kakak dan baby."

"Sebenarnya aku sudah ke dokter tadi malam. Obatnya juga baru aku minum satu kali."

"Oh iya. Aku mengerti. Zoffan kurang percaya sama dokternya?"

"Bukan. Dia nggak tahu aku udah ke dokter. Tadi itu ya dia buru-buru ke sini."

"Tuh kan dia sayang banget sama Kakak. Dia kalau panik ya begitu, marah-marah, nyembur siapa aja."

Eya terdiam. Dia ingin bercerita soal Zoffan. Selama ini apa yang dia rasakan dan apa yang dia alami selalu dia simpan sendiri. Sepertinya Andin orang yang sangat mengenal Zoffan. "Iya dia sayang banget sama anaknya. Dia akan mengamuk kalau kandungan aku kenapa-kenapa."

Crazy Revenge (Ful Bab)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang