Komentarnya baru dikit. Hah, gpp, KaSev up aja. Lapak yang lain slow update... Smpe minggu awal Ramadhan masih rempooong cyiiiin....
🍑🍑🍑
Ya Tuhan, dimana Kak Zura sekarang?!
Zoffan mengacak rambutnya. Ia tundukkan kepalanya yang terasa nyeri. Kemana sebenarnya kakak iparnya dibawa? Siapa yang membawanya? Ia sudah mencari hampir seluruh rumah sakit. Zura bagai hilang ditelan bumi. Nggak ada yang tahu kemana Zura pergi. Kekesalannya memuncak saat melihat keadaan abangnya tak kalah parah. Kalau boleh dibilang, Zahfiyyan lebih mirip zombie! Dasar abang yang payah. Istri hilang bukan dicari malah bersembunyi di rumah. Untung abangnya enggak melupakan kewajiban. Zahfiyyan tetap rajin salat dan pergi ke kampus untuk bekerja.
"Gimana sama Eya? Abang mau lanjut menikah dengannya?" tanya Zoffan hanya buat memastikan otak abangnya masih waras atau enggak.
"Kakakmu lebih penting," jawab Zahfiyyan menatap rimbun bunga mawar di pekarangan rumah Nenek Rafiyah.
"Kalau gitu Abang nggak keberatan aku yang membantu Eya?"
Zahfiyyan tak memberikan respon.
"Demi rasa kemanusiaan yang Abang junjung tinggi, aku rela menggantikan Bang Fiyyan."
Zahfiyyan menatap mata Zoffan, menyipit ketika bertanya, "Maksud kamu apa? Menggantikan?"
Zoffan maju selangkah, berdampingan dengan Zahfiyyan di depan kusen jendela. "Menikahi Eya," jawabnya mantap.
"Terserah. Bukan urusan Abang."
Zoffan kecewa dengan tanggapan abangnya. Kenapa abangnya hanya bilang seperti itu? Kenapa abangnya tidak marah dengan keputusannya? Kenapa Zahfiyyan tidak mematahkan rencananya? Zoffan yakin, abangnya memang sudah enggak waras. Siapa suruh menyia-nyiakan istri!
"Kalau gitu, bicara dengan Abang selesai. Aku akan bicara dengan abi dan umi."
***
Sekarang Zoffan dan Eya berada di rumah Runa lagi. Mereka baru saja sampai dan berjalan melintasi halaman ke teras.
"Main drama seperti anak sekolahan, ya? Gampang, aku master bahasa lho!" kata Eya membanggakan profesinya. Ia mengikuti Zoffan masuk ke rumah.
"Ini dia! Kamu kemana saja, Ya?" Runa berdiri dan memeluknya.
Eya merasa kembali pulang. Ia membalas pelukan Runa. Perasaannya campur aduk sekarang: ada senang, sedih, damai, dan takut. Eya kamu nggak boleh mengharapkan yang bukan-bukan! Tante Runa hanya seorang ibu baik hati yang menganggapamu manusia lemah dan harus ia kasihani. Nggak ada maksud apa-apa, apalagi mengharapkan kamu tetap menjadi menantunya!
"Eya tersesat, Tante."
Sewaktu Eya selesai mengerjakan salat Asar, Runa mengetuk pintu kamarnya. Terlambat untuk memakai hijabnya karena Runa sudah menutup pintu dari dalam.
"Kamu yang jujur sama Umi, kemana kamu semingguan ini?" Runa menarik tangan Eya duduk di tempat tidur. Suaranya ia buat pelan. Dipegangnya kedua tangan Eya tepat pada jejak yang ia lihat waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Revenge (Ful Bab)
General FictionDendam mengawali semuanya. Hujan, hitam, dan pekat. Malam dan hujan menyatukan mereka secara paksa. Dapatkah mereka keluar dari carut marut perasaan dendam yang tak berkesudahan? Hingga suatu hari, cinta mendatangi kediaman mereka. Dapatkah merek...