Awal baca pasti tanya-tanya sama cerita ini? Di prolog sudah dijelaskan kalau ini tuh cerita yang tokohnya pernah main di cerita lain. Dan untuk part-part awal, dialognya banyak yang Kasev ambil dari dialog cerita lama soalnya part dalam cerita itu isinya tentang tokoh cerita ini kok. Tapi jan khawatir, lama-lama juga akan berdiri sendiri.
Selamat membaca
🍑🍑🍑
Pagi itu Eya tengah menggeledah kamar Zahfiyyan. Ia penasaran apa memang benar wanita yang ia lihat dijemput Zahfiyyan kemarin adalah Zura. Jawabnya ada pada deretan potret foto pernikahan kedua insan itu. Sebuah bingkai sangat besar menyedot perhatian di kamar tempatnya kini berpijak. Eya ingin melempar batu kepada foto-foto tersebut lalu membakar fotonya. Ternyata memang benar, Zura yang kini menjadi istri Zahfiyyan.
Tak ia sangka sekeluarnya dari kamar, ia bertemu lagi dengan Zura Azzahara. Zura teman sekelasnya waktu kuliah S1. Wanita berhijab dengan kacamata membingkai wajahnya itu terlihat teduh dan ayu. Runa mengajak Zura duduk bagai membimbing seorang balita untuk berjalan, begitu lembut dan penuh kasih.
Eya menyadari keterkejutan Zura saat ia keluar dari kamar Zahfiyyan. Ia tersenyum sebagai sapaan pertama. "Ra kenapa nggak pernah hubungin aku lagi?" sapanya terlebih dahulu. Dilihatnya wajah Zura kurang senang bertemu dengannya.
"Hm ... Kamu yang melupakanku, kan?"
Eya tertawa menanggapi. Basa basi yang payah ia pikir."Kayaknya aku yang harus cari kamu ya, karena aku banyak utang sama kamu." Kata-kata Eya membuat kening Zura menampakkan garis-garis kecil. "Kamu yang banyak bantu aku waktu kuliah." Eya mengingatkan. Memang dahulu Eya sering memaksa Zura menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya. Wanita baik seperti Zura mau saja membantunya. Tapi, sebagai balasannya Zura mengambil lelaki yang sangat Eya cintai. Tetap baikkah Zura kalau begitu?
Zura tersenyum. "Aku dengar berita soal keluargamu. Maaf ya aku nggak bisa bantu apa-apa."
"Nggak masalah. Aku sudah nggak apa-apa kok."
"Jam berapa Fiy pulang semalam, Ra?" Zura mengalihkan penglihatannya kepada ibu mertuanya, Runa.
"Jam dua belas Mi." Zura menjawab dengan suara ragu-ragu.
Eya jadi berpikir, apakah Zahfiyyan tidak pulang semalam?
"Tadi malam, semuanya kacau. Untung ada Zahfi di sini." Eya mengambil alih perhatian kedua ibu dan menantu itu. Zura mengerutkan kening dan Runa kelihatan prihatin. Para penagih utang semalam datang ke rumah ini. Untung ada Zahfiyyan yang 'berdiskusi' dengan para penagih itu. Untuk diketahui, semua itu hanya rencana Eya. Ia sama sekali tidak memiliki utang, justru mereka semua adalah orang-orangnya. Semua itu ia lakukan untuk mendapatkan simpati dari Zahfiyyan Sharnaaz.
"Sudah, Nak. Jangan kamu pikirkan. Allah pasti akan membantu kita, kamu pasti akan keluar dari masalah ini. Percayalah kepada-Nya."
Eya merasa disayangi. Kebaikan hati Runa sangat tulus membuat Eya tenteram. Selain ingin mendapatkan Zahfiyyan, Eya juga akan senang sekali mendapatkan ibu mertua sebaik Runa.
"Bagaimana dengan calon cucu Umi?" tanya Runa kepada Zura.
Eya kaget dengan pertanyaan itu. Zura sedang hamil. Terlambatkah dia?
***
"Zura!" Eya menyerukan nama Zura ketika ia lihat wanita berhijab itu hendak berjalan ke belakang rumah Tante Runa.
Eya berlari kecil menghampiri Zura. "Mau kemana kamu?" Eya sudah berdiri di sebelah kiri Zura. Ia melepaskan pandangan ke area rimba kecil di depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Revenge (Ful Bab)
Художественная прозаDendam mengawali semuanya. Hujan, hitam, dan pekat. Malam dan hujan menyatukan mereka secara paksa. Dapatkah mereka keluar dari carut marut perasaan dendam yang tak berkesudahan? Hingga suatu hari, cinta mendatangi kediaman mereka. Dapatkah merek...