EYA[43] B A B Y F I K R I

14.2K 1.9K 115
                                    



Dua minggu waktu liburan Eya telah habis. Kini ia kembali menjalani rutinitas mengajar di sebuah sekolah tinggi. Tanpa Zoffan ketahui, Eya membakar semua paket yang datang atas nama Fikri. Eya yakin pengirim benda-benda itu adalah Zaysar, lelaki sinting yang mengejar-ngejar Eya. Jika Zoffan tahu paket itu masih datang, lelaki itu pasti akan menerimanya.

Alam baru saja membuka jendela paginya. Kicauan burung semarak di luaran sana. Eya tengah bersiap di dapur menyiapkan sarapan setelah sebelumnya menyediakan pakaian untuk suaminya. Semangkuk nasi goreng udang mengepulkan asap di atas meja. Eya kini tengah membersihkan botol susu Fikri di keran air.

"Udah masak, Ma?"

Zoffan masuk ke dapur bersama Fikri yang telah dimandikannya. Bayi itu tersenyum melihat keberadaan Eya. Eya meninggalkan pekerjaannya sejenak untuk memberikan ciuman selamat pagi untuk Fikri.

"Papinya enggak dapat?" goda Zoffan.

Sebuah cubitan dihadiahkan Eya kepada pipi Zoffan, lalu kembali menyibukkan diri dengan botol susu. Selesai itu, Eya mengambil Fikri dari tangan Zoffan. Sementara Zoffan memakan nasi goreng, Eya menyusui Fikri.

Sebuah sendok terarah ke bibir Eya. Ia melirik ke sebelah. Zoffan membuka mulut mengajarkan agar Eya menirunya. Eya menggeleng, Zoffan pun menggeleng. Maksudnya, Eya tidak boleh menolak. Ingat ini kerja sama. Mau tak mau Eya menerima suapan tersebut.

Pagi itu adalah hari pertama mereka sama-sama masuk kerja. Jika biasanya hanya Zoffan yang bekerja, Eya bisa lebih santai. Hari ini tidak. Mereka berdua tanpa perjanjian telah mengerjakan segala hal tanpa ada bentrokan. Eya yang paling kaget melihat Fikri telah rapi. Padahal, Eya terburu-buru di dapur karena pikirnya ia harus memandikan dan menyusui Fikri setelahnya. Maka, sekarang giliran Eya yang bersiap-siap karena ia telah sarapan disuapi Zoffan. Catat itu, disuapi sampai menghabiskan sepiring nasi goreng!

"Fikri nanti mainnya dengan Nenek Mami, ya Nak. Mami dan Papi mau kerja."

Nenek mami yang dimaksud Eya bukanlah ibu dari Eya melainkan Rana. Karena Eya dan Zoffan memanggil Rana mami, maka Fikri memanggil beliau nenek mami. Saat ini mereka dalam perjalanan ke rumah Rana.

"Ih lihat, wajahnya senang banget," kata Zoffan, "tapi nanti kalau Papi Mami udah pergi, tetap begini ya, enggak boleh jadi anak cengeng. Fikri anak laki-laki."

"Siap, Papi," jawab Eya mengarahkan wajah Fikri kepada Zoffan di sebelahnya.

Mereka tiba di rumah Rana dan disambut oleh ibu dari Tayara itu dengan binar bahagia. Tangannya terulur menanti kedatangan Fikri di gendongan Eya.

"Ayo, sini sama Nenek," katanya.

Eya dan Zoffan tidak sempat masuk ke rumah karena terburu waktu. Berkata bahwa mereka sebenarnya tidak enak karena merepotkan Rana, mereka pun meninggalkan kediaman Rana Fatiyya.

Eya mengantarkan Zoffan ke kantor sebab ia baru mulai mengajar pukul 09.00 WIB sementara Zoffan harus tiba pukul delapan.

"Repot enggak sih seperti ini?" tanya Eya. Mereka kini berada di depan gedung perkantoran Zoffan.

Zoffan menelengkan kepala pura-pura berpikir, lalu tertawa lebar. Eya sempat terkesima tapi tak lama. Ia kembali memasang ekspresi biasa saja.

Lelaki itu menjawab, "Repot kenapa, sih Ey? Kita ini orang tua. Sudah seperti inilah tugas kita sehari-hari. Kamu mau berhenti kerja?" tanya Zoffan, tapi tidak menginginkan jawaban Eya. "Untungnya, kita masih ada orang tua yang rela direpoti. Ada Umi dan Mami yang dengan senang sekali menjaga anak kita."

Crazy Revenge (Ful Bab)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang