EYA[15] Still in Love

20.4K 1.7K 92
                                    


GUYS ini banyak ya 1900+ part esok-esok nggak akan banyak lagi deh, dikit-dikit seperti di awal fufufufu...

🍑🍑🍑


Sejak kejadian di kamar mandi, Eya tidak berani lagi membahas Zahfiyyan di rumah. Namun, ia tak bisa mengabaikan ketika harus bertemu Zahfiyyan di kampus. Rindu. Ia begitu rindu kepada lelaki itu!

"Bang Fiyyan!!"

Sebagai adik ipar Zahfiyyan, Eya kini memanggil Zahfiyyan seperti suaminya memanggil Zahfiyyan.  Lagi pula, teman-teman dosen juga tahu kalau mereka kakak dan adik ipar.

Zahfiyyan menoleh ke belakang, kepada Eya. Wajahnya mengguratkan senyuman tipis. Cukup bagi Eya untuk maju tiga langkah hingga mereka berdiri bersisian.

"Assalamu'alaikum," ucapnya terlebih dahulu. Kenangan masa-masa dahulu terbit dalam pikiran Eya—ketika ia menemui Zahfiyyan di musala kampus mereka. Kini keadaan telah berbeda, mereka terikat tali kekeluargaan. Kendati perasaan cinta yang telah lama ia pendam belum padam.

"Waa'alaikum salam. Sudah pulang?" tanya Zahfiyyan—terlihat mulai santai. Tidak seperti biasanya yang terasa menjaga jarak dengan Eya.

Eya mengangguk. Selembar senyum ia patri di bibir. Hatinya bergemuruh riang. Zahfiyyan menanggapinya!

"Bang Fiyyan juga?"

"Iya."

"Ikut main ke rumah Umi nggak? Bang Fiyyan ditanyain sama Umi lho. Katanya Bang Fiyyan sudah lama nggak pulang."

Ketika seuntai kalimat itu terlontar, Eya dapat melihat perubahan raut pada mata Zahfiyyan. Walau hanya sejenak, Zahfiyyan terlihat berusaha menutupi. Bohong! Eya tahu Zahfiyyan tidak ingin berdekatan dengannya. Zahfiyyan tak ingin datang ke rumah uminya sendiri karena ada Eya. Bunga di hati wanita hamil itu kuncup kembali. Perasaannya meringkuk dalam-dalam. Sedih menggulung dalam dadanya.

"Lain hari saya ke rumah. Salam untuk semuanya, ya," ucap lelaki berkemeja navy itu kalem. Memang benar Zahfiyyan mengucapkannya dengan nada ramah dan tenang, tapi Eya tahu lelaki itu hanya beralasan.

Eya mengangguk. Dikulumnya senyuman. Sesak di dadanya ia tahan agar tak meluruhkan air mata.

"Kalau begitu aku pulang ya, Bang, eeehmm... permisi assala—"

"Kamu pulang sendiri?" Zahfiyyan membatalkan kalimat salam meluncur dari bibir Eya.

"Sendiri."

"Nyetir sendiri?"

Eya mengangguk dalam pikiran bingung. Ada harapan bahwa Zahfiyyan akan menawarkan untuk menemani dirinya pulang. Namun dengan cepat Eya tepis pikiran buruk itu. Zahfiyyan tidak akan mungkin memikirkan alternatif tersebut.

"Hati-hati ya, jangan ngebut bawa mobilnya."

Eya tergugu. Dirinya bingung ingin berkomentar apa. Namun perasaan yang tadinya sendu kembali ceria. Perhatian Zahfiyyan sebagai kakak ipar bukan hal buruk. Itu cukup menenangkan perasaan cinta tak berbalas Eya.

"Insya Allah. Makasih ya, adek pasti senang punya om sebaik Bang Fiy." Dielusnya perutnya dengan perasaan yang menghangat.

Zahfiyyan ikut memerhatikan dimana tangan Eya berada. "Semoga sehat terus sampai lahiran," doanya tulus. Jauh di dasar kelam hatinya, Zahfiyyan memikirkan istrinya yang juga sedang mengandung. Dimanakah Zuranya saat ini? Bagaimana kandungannya?

"Heem... aamiin. Ya sudah kalau begitu aku pulang duluan. Nanti salamnya aku bilang ke Umi dan yang lain."

🍑🍑🍑

Crazy Revenge (Ful Bab)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang