OST apa hayooo, Gerimis Melanda. Sumpaaah ibuk satu ini baper sambil ngetik dengar lagu Erie Suzan.
✳✳✳
"Aku sayang kamu, Ey."
Eya terbangun dengan napas berlarian. Disentuh dadanya, dentuman hebat melanda jantungnya. Padahal ia hanya bermimpi. Mimpi yang sama selama berminggu-minggu lamanya. Rasanya teramat nyata.
Ia alihkan matanya kepada Fikri. Fikri kini tidur bersama Eya sejak tidak ada seseorang yang mengisi tempat di sebelahnya. Lelehan air mata jatuh menyentuh pipi sang putra. Buru-buru Eya menyeka air tersebut lalu menyusutkan air matanya sendiri dengan ujung lengan bajunya.
"Kamu enggak bisa langsung telpon aku? Kamu enggak mau melihat video Fikri?"
Eya tahu, suaminya memantau kabar dirinya dan Fikri melalui Runa. Eya juga tahu apa saja kegiatan Zoffan di sana melalui Runa. Yang membuat Eya tidak habis pikir, mengapa Zoffan tidak menghubungi dirinya. Lelaki itu selalu bilang merindukan dirinya dan anak mereka. Memangnya dia hidup di zaman apa? Apa dia segitu hematnya sampai enggak membeli paket internet untuk video call?
"Aku sangat membenci kamu!"
Bulan pertama, Eya tidak peduli dengan ketiadaan Zoffan di sisinya. Dia biasa saja meskipun tidak mendengar dan melihat wajah mengesalkan milik lelaki itu. Dia terlalu senang memiliki Fikri seorang diri.
Bulan kedua, Eya masuk kerja lagi. Ia menitipkan Fikri kepada neneknya. Saat itu Eya merasa ada yang berubah dalam hidupnya. Dia tidak bisa melupakan kehadiran Zoffan saat-saat terakhir menjelang ia cuti. Di kampus, seluruh penjuru ia melihat bayangan lelaki itu. Eya pernah salah mengenali orang yang ia kira Zoffan. Peristiwa memalukan. Eya membenci dirinya yang selalu dibayang-bayangi Zoffan. Di titik ini, ia begitu benci kepada lelaki itu karena membuat Eya bagai orang tidak waras.
Mungkin perubahan emosinya disadari oleh Runa. Suatu sore, sepulangnya Eya dari kampus, Runa mengajak Eya berbicara. Runa menjelaskan bahwa Zoffan bekerja jauh dari rumah atas perintah Syofiyyan. Eya begitu malu karena Runa tahu apa yang telah terjadi dengan Eya. Eya lebih malu lagi kepada ayah mertuanya. Ternyata hukuman Zoffan masih berlanjut hingga yang terparah adalah saat ini, pengusiran Zoffan dari rumah selama enam bulan. Sebab dari semua itu adalah karena Zoffan menghamili Eya! Betapa memalukannya. Eya sempat menghindari kedua mertuanya karena tidak tahan dengan rasa malu yang membludak di kepalanya.
Runa menyampaikan pesan Zoffan, "Zoffan bilang, dia bukan hanya menghibur. Dia mengatakan apa yang hatinya rasakan."
Eya ingat sebelum pergi Zoffan mengatakan bahwa lelaki itu sayang kepadanya. Eya waktu itu menganggap perkataan Zoffan hanya hiburan untuk dirinya sebab Eya tengah menangis. Padahal, Eya takut kalau apa yang dikatakan memang benar--bahwa lelaki itu sayang kepadanya. Eya tidak ingin terlibat dan melibatkan hati dengan lelaki itu. Eya ingin kukuh membenci Zoffan.
Mata Eya memang terlalu buta. Hatinya terlalu keras untuk melihat ketulusan dari setiap perlakuan lelaki itu. Kepalanya terlalu bebal untuk memahami kebenaran dari setiap kata-kata manis yang disampaikan lelaki itu. Egonya terlalu tinggi untuk mengakui bahwa telah lama hati dan kepalanya ingin memahami perasaan lelaki itu. Tameng yang ia ciptakan begitu kuat hingga menutupi kebaikan suaminya. Pembatas itu memantulkan perubahan sikap Zoffan hingga yang ia pahami hanya keburukan lelaki itu saja.
Bulan ketiga, sampailah ia pada keputusan untuk menerima. Ia kalah. Eya mengakui bahwa seluruh jiwa dan raganya merindukan lelaki itu begitu hebat. Rindu yang menyebat matanya hingga begitu perasaan itu muncul, air matalah yang membayarnya. Makian yang sebenarnya keputusasaan atas perasaannya kini selalu muncul tiba-tiba. Eya sangat membenci lelaki yang telah membuat ia begitu merindukan kehadirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Revenge (Ful Bab)
General FictionDendam mengawali semuanya. Hujan, hitam, dan pekat. Malam dan hujan menyatukan mereka secara paksa. Dapatkah mereka keluar dari carut marut perasaan dendam yang tak berkesudahan? Hingga suatu hari, cinta mendatangi kediaman mereka. Dapatkah merek...