EYA[41] You Drive Me Crazy

16.3K 2K 157
                                    


"Fikriii..."

Eya mencium seluruh wajah bayinya yang sedang berbaring di lantai di depan televisi. Eya hari ini tidak ada jadwal mengajar. Karena itu, Runa ikut Syofiyyan ke toko. Di rumah siang ini hanya ada Eya bersama bayinya.

"Fikriiii...." Diulangi lagi oleh ibu muda itu menyerukan nama putranya.

Senyum menghias di wajah cantik itu. Matanya berbinar penuh suka cita. Perasaan senang yang bertuan sedang mengisi hati Eya.

"Papi pulang." Ia tertawa kecil. "Papi pulang, Sayang."

Digenggamnya tangan Fikri yang jauh lebih kecil. Baru saja ia diberi tahu oleh Zoffan bahwa lelaki itu akan pulang beberapa jam lagi.

Zoffan pergi sehari setelah mereka ijab kabul. Tidak seperti perpisahan sebelumnya, perpisahan kali ini serasa berbeda. Tak terhitung kalinya, Zoffan menghubungi Eya baik dengan video call, telepon, atau hanya berbalas chat.

Bagaimana dengan Eya? Dia selalu berdebar saat melihat nama Zoffan menghias di layar ponselnya. Alasannya, setiap berkomunikasi, Zoffan selalu menyelipkan kata, 'Love Mami', 'Cinta kamu, Hani', 'Rindu, Yang', 'Cium, ya', 'Aku butuh kamu, senyum dong' dan kata-kata yang semakin lebay yang anehnya diterima Eya dengan wajah malu-malu.

Isi chat dari Zoffan dibanjiri oleh emoticon hati. Eya merasa dirinya menjadi remaja kembali. Di usia dan status dirinya saat ini, sebenarnya tidak pantas ia merasakan dunia pinky-pinky hanya karena berbalasan chat.

Ya, Tuhan.

Eya tidak bodoh. Dia mengerti dengan perubahan hatinya. Ia tahu kenapa ia mulai bereaksi memalukan ketika Zoffan merayu dan menggombal. Jawabannya, hati Eya mulai condong kepada lelaki itu.

Eya tidak memaksa hatinya. Eya tidak mengajari hatinya. Semua yang terjadi adalah murni karena hati itu sendiri yang telah kosong. Mudah bagi Zoffan untuk mengisi hati Eya sebab lelaki itu yang mengisi seluruh kehidupan Eya. Hati yang kosong dan berlimpah ikhlas menjadi wadah yang pas untuk menampung cinta dari suami.

"Fikri senang? Kita akan ketemu papi, Nak. Fikri harus sabar. Ehm... Tiga jam lagi. Empat jam? Nanti sore pokoknya. Sabar ya, kita akan ketemu papi hari ini. Doakan papi di jalan yuk, Nak."

Eya berbaring di sebelah Fikri. Dia ikut menelentang menatap langit-langit ruang televisi. Rambutnya yang tak diikat berserakan di sekeliling kepala. Kedua tangan ia satukan di atas perut.

"Kalau dia pulang, aku harus gimana?"

Eya duduk dan melihat ke arah pintu. Ia menggaruk-garuk kepalanya.

"Aku harus ngapain? Mami harus bikin apa?" tanyanya kepada bayi enam bulan tersebut.

"Anaknya Mami tunggu di sini sebentar, ya. Mami akan bersiap-siap. Kita pergi ke mini market. Hm, kita masakin papi yang manis-manis."

Eya telah berjalan dua langkah sebelum berbalik dan menepuk keningnya. "Anak Mami ikut Mami aja." Dibawanya Fikri ke kamar.

Dengan Fikri yang berbaring di box bayi, Eya membenahi penampilan. Ia ganti pakaian dengan yang lebih eye catching untuk dikenakan ke tempat umum.

Satu jam kemudian Eya telah berada di mini market terdekat dari rumah. Dengan Fikri di dalam gendongan, Eya mendorong stroller ke rak bagian susu.

"Beli susu dulu untuk Fikri."

Eya mengisi stroller dengan susu dan bahan untuk membuat puding. Ia juga membeli beberapa jenis tepung untuk membuat cake. Ibu muda itu menyentuh kepala sambil berpikir apa lagi yang ingin ia beli.

Crazy Revenge (Ful Bab)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang