EYA[27] Untouchable

20K 2.3K 297
                                    

Part ini khusus 17+ yah, tp cuman di awal. Jd bintang selanjutnya (***) aman. Kalau nggak mau baca, skip aja bagian awal part. 😊😊

✳✳✳

"Udah, Zoffan, aku malu ketemu Umi nanti!"

"Nggak. Hadiahnya harus banyak-banyak. Sini tangan kamu." Dilingkarkannya tangan Eya di lehernya dan mengulang lagi ciuman mereka dari awal.

Zoffan menarik kerudung Eya dan membuangnya begitu saja ke lantai. Eya menatap hijabnya miris. Tak lama setelah itu, Zoffan kembali mengambil hadiah kelulusannya. Eya merasakan ledakan dalam tubuhnya. Ciuman suaminya sangat menyiksa. Panas menjalar di seluruh tubuhnya dan berkumpul di antara kedua paha ketika ciuman suaminya turun ke pangkal leher. Eya mengencangkan pegangan pada leher Zoffan.

Ciuman Zoffan menanjak lagi ke bibir. Eya belingsatan ingin berhenti.

"Eya," bisik Zoffan di telinga Eya. Embusan napas panasnya semakin membuat Eya mabuk. Untuk pertama kali Zoffan memanggil namanya; bukan Ey atau Hani atau panggilan buruk lainnya.

Eya bergeming saat Zoffan menarik resleting belakang gaunnya. Ia dituntun Zoffan untuk melangkahi pakainnya yang teronggok di lantai. Zoffan membawanya perlahan ke tempat tidur. Lelaki itu berhadapan dengannya. Kabut kembali mengasapi mata suaminya, menatapi tubuhnya yang berisi dengan pandangan memuja.

"Eya." Panggilan Zoffan meremangkan bulu romanya. Eya menumpu telapak tangan ke tempat tidur kala Zoffan berlutut dan melingkarkan tangannya ke punggung Eya. Lelaki itu melepas penghalang dari dada Eya.

Zoffan menatap Eya dengan gairah yang menyala-nyala. "Eya. Please," pinta Zoffan dengan wajah penuh siksa.

Api  membakar Eya. Didorongnya tubuh Zoffan hingga telentang. Eya menaiki kaki Zoffan lalu menunduk mempertemukan bibir mereka. Kedua tangannya menahan bobot tubuhnya dan berusaha hati-hati agar perutnya tak cedera. Eya makin menunduk memperdalam ciuman mereka.

Tangan Zoffan di kepala Eya mengelus lembut rambut wanitanya. Mereka mengurai pertautan untuk mengambil napas. Eya mengambil kesempatan itu untuk membuka satu per satu kancing kemeja Zoffan. Ia kesusahan melakukannya sebab tangannya bergetar hebat. Eya frustasi di kancing terakhir dan Zoffan membantunya lalu meloloskan kemeja dari dirinya sendiri.  Eya memindahkan tumpuan tangannya pada pundak Zoffan. Ia meremas pundak lelaki itu makin lama makin kencang ketika Zoffan menguasai payudara yang berada tepat di wajah lelaki itu.

"Tolong," bisik Eya dengan suara serak  tak mampu lagi menahan semua dera siksa. "Tolong, Zoffan," lirih Eya memohon. Ia ingin Zoffan segera meredakan siksaan itu. Ia benar-benar membutuhkan lelaki itu.

Ketika hasrat Eya sedang berada di puncak, saat ia menggigil menginginkan Zoffan, lelaki itu berhenti mempermainkannya. Lelaki itu menjauhkan tangan Eya. Ia duduk  dan menempatkan Eya duduk di kakinya. Zoffan melingkarkan tangannya di punggung Eya. Diciumnya kening Eya lama. Air mata Eya mengalir bersamaan dengan itu. Zoffan memindahkan Eya lalu menarik kemejanya dan keluar dari kamar.

Eya menyelubungi tubuh polosnya dengan selimut. Dalam duduknya, ia menangis tersedu. Ia menyesal telah terbuai. Ia ingin mati saja. Ia malu. Ia merasa buruk. Lihat saja kondisi tubuhnya sendiri. Ia tidak cantik. Kini ia rasa kata-kata Zoffan memang benar. Eya memang murahan dan tak tahu diri.

Crazy Revenge (Ful Bab)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang