WARNING!
Untuk mengingatkan aja nih, siapkan batok kelapa ya untuk cakar-cakaran.Selamat membaca
💋💋💋
Besok hari H-nya. Ternyata Tuhan menunjukkan keajaiban kepada Eya. Tidak sia-sia usahanya selama ini. Zahfiyyan memang lelaki baik. Eya sungguh mencintai lelaki itu. Ia tidak peduli meskipun lelaki itu sudah beristri dan istrinya sedang hamil.
Alam yang mengamuk berbanding terbalik dengan kebahagiaan dalam hati Eya. Badai membuat daun dan ranting pohon-pohon bertabrakan. Satu benda jatuh menimpa seng rumah hingga Eya melonjak kaget. Tak berselang lama, terdengar suara hujan jatuh menimpa atap. Eya menarik selimutnya dan berharap esok hari akan cerah. Yah, meskipun hujan, ia harap acara pernikahannya akan lancar.
Kilat sampai ke matanya disusul petir yang sangat keras. Eya terpekik bersamaan dengan matinya penerangan di penjuru rumah. Hitam, kelam dan pekat. Netranya tak dapat melihat apa-apa. Ia mencengkeram selimutnya. Air mata mengalir dari sudut matanya. Dalam keadaan ini, ia teringat kepada ayah dan ibunya. Andai mereka masih ada, Eya pasti akan memanggil mereka untuk menemaninya.
Pundaknya bergetar, ia takut, sungguh takut. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan dengan keadaan alam yang sama seperti sekarang. Ia membayangkan bagaimana mobil ayahnya terguling di tebing yang dalam karena hujan yang sangat lebat. Ibunya pasti menjerit ketakutan saat itu. Kabar kematian orang tuanya bagaikan kematian juga untuk Eya ketika itu. Untungnya Tuhan masih menyayanginya, memberikan ia kekuatan untuk bertahan. Hidup sendiri. Sebatang kara. Kini ia tahu tujuan ia hidup, untuk dicintai oleh lelaki yang ia cintai.
"Kenapa menangis?"
Eya duduk dari posisi berbaringnya. Bola matanya membulat saat bahunya dicengkeram dengan kuat. Suara itu begitu dekat dengan telinganya. Bahkan ia rasakan bibir lelaki itu menempel di cuping telinganya, menembus hangat dan sangat intim. Ia menahan napas sejenak, mengumpulkan keberanian untuk bersuara.
"Kamu, gimana caranya kamu masuk?"
Zoffan semakin menguatkan cengkeramannya. Eya meringis, melepaskan tangan Zoffan darinya, dan mendorong pundak lelaki itu.
Suara bergemerincing terdengar. Sesuatu yang dingin menyentuh ujung hidungnya. Besi. "Aku punya semua kunci rumah ini." Ternyata kunci.
"Cepat katakan apa maumu!" Lelaki itu pasti punya niat buruk, Eya bisa menebak apa yang ingin dikatakannya. Pasti tidak jauh-jauh dari membatalkan pernikahannya dengan Zahfiyyan.
"Perempuan licik! Kamu pura-pura tidak tahu apa yang kuinginkan!" Meskipun gelap, Eya mampu membayangkan kemarahan dari wajah Zoffan.
Hujan menggila di luar sana. Suara air yang menimpa atap seng memekakkan telinga, mengaburkan suara-suara lainnya. Eya terpaksa meneriakkan kata-kata yang diucapkannya. "Aku tidak tahu. Apa yang ingin kamu katakan sebenarnya?!" Ia sengaja berlagak bodoh. Eya sangat tahu apa yang diinginkan Zoffan.
Dirasakannya tempat tidur bergerak. Lelaki itu duduk di sebelahnya kemudian menarik rambutnya hingga kepalanya miring.
"Pergi dan batalkan semua rencana busukmu!" Zoffan mengatupkan gigi ketika bicara. Bibirnya terlalu dekat dengan telinga Eya. Kentara sekali kalau dia sangat emosi.
"Dalam mimpimu! Kamu tahu aku tidak akan mau melakukannya!" Eya meremehkan kemarahan lelaki itu. Ditekannya pundak Zoffan hingga lelaki itu berjarak.
Zoffan mencekik lehernya. Eya kesulitan bernapas. Lelaki itu murka. Namun, Eya tidak takut. Sisa-sisa gen kebaikan dari Zahfiyyan pasti masih didapatkan oleh Zoffan. Lelaki itu tidak mungkin membunuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Revenge (Ful Bab)
Ficción GeneralDendam mengawali semuanya. Hujan, hitam, dan pekat. Malam dan hujan menyatukan mereka secara paksa. Dapatkah mereka keluar dari carut marut perasaan dendam yang tak berkesudahan? Hingga suatu hari, cinta mendatangi kediaman mereka. Dapatkah merek...