Alesya menatap ke seluruh sudut yang ada di apartment itu dengan heran. Botol - botol alkohol berserakan dimana - mana, beberapa batang rokok juga berceceran di sudut ruangan. Ini sama sekali bukan apartment milik sahabatnya.
"Karina, ada apa sebenarnya?" tanya Alesya mendekati wanita yang sedari tadi sibuk membereskan kekacauan di sekitarnya. Bahkan wanita itu hanya menyuruh Alesya untuk datang kesini dengan alasan bahwa ia sedang membutuhkannya.
Dengan bermodalkan alasan itu, Alesya dengan cepat mengerjakan semua pekerjaannya sebelum makan siang, ia langsung pergi menemui Karina. Oh, jangan lupakan perdebatannya dengan Kent yang memaksa ingin mengantarkan Alesya untuk menemui Karina.
"Karina, ceritakan padaku. Apa yang terjadi disini?" tanya Alesya semakin mendesak sahabatnya itu.
Alesya kini sudah membantu sahabatnya itu untuk memunguti batang rokok yang ada. Tak lama kemudian, suara isakan terdengar pilu memenuhi indra pendengaran Alesya. Karina menangis. Sahabatnya itu memang dikenal sebagai orang yang kuat, bahkan disaat masalah keluarganya yang hancur pun, Karina masih bisa tertawa riang.
"Hey, Karina, ceritakan padaku," ujar Alesya seraya menahan tangan Karina yang masih membereskan botol - botol itu.
Karina menggeleng."Karina, aku ini sahabatmu, kau bisa menceritakan semua masalahmu padaku."
Alesya menyuruh Karina untuk berhadapan dengannya. Telihat mata sembabnya dengan hidung yang memerah.
Astaga, sebenarnya apa yang terjadi?
"Tidak, tidak apa - apa, Alesya. Aku tidak apa - apa," ucap Karina seraya mengusap kasar air mata yang turun di wajah cantiknya. Wanita dengan tubuh semampai itu terus membereskan semua sampah - sampah yang ada di ruangannya dengan cepat.
Tanpa berkata - kata, Alesya langsung memeluk tubuh Karina dengan erat, itu membuat Karina akhirnya menangis sejadi - jadinya di pelukan Alesya.
"Shhtt.. It is okay to cry," bisik Alesya, tangannya dengan perlahan mengusap punggung wanita itu untuk menenangkannya.
Alesya menuntun Karina untuk duduk di sofa yang ada di ujung ruangan itu. Karina masih saja sesenggukan dalam pelukan Alesya.
Jadi sekarang, yang bisa Alesya lakukan hanyalah menenangkan sahabatnya dan menunggunya untuk bercerita.
Setelah dirasa Karina mulai tenang, Alesya melepaskan pelukannya. Ia melihat Karina mengusap air matanya dengan kasar, namun tetap saja, air mata itu masih mengalir di kedua pipinya.
"Kau mau menceritakannya padaku?" tanya Alesya dengan lembut yang dijawab anggukan oleh Karina.
Wanita itu menghela napas dalam - dalam.
"Semalam ibuku kemari," ucapnya dengan suara serak. Hanya mendengar itu saja, Alesya sudah terhenyak. Pasalnya, Ibu Karina memang-sangat-jarang menemui putri tunggalnya itu setelah bercerai dengan suaminya.
"Dia datang dalam keadaan mabuk, dia langsung masuk dan semua botol minuman itu-aku tidak tahu ia dapat darimana. Dia hanya melenggang masuk dan tidak mengatakan apa - apa-"
Karina berhenti sejenak, ia menghela napas kembali karena air matanya turun semakin deras.
"Saat aku bertanya, ia hanya diam dan jalan sempoyongan. Saat aku mencoba untuk membantunya, ia menolak uluran tanganku. Ia mabuk - mabukkan semalaman," ucap Karina.
"See, Alesya? Aku sudah kehilangan kedua orangtuaku. Tidak ada ibuku yang selalu memandangku penuh kelembutan, tidak ada ayahku yang selalu mendengar keluh kesahku. There's nothing left. Semuanya sudah hilang, kasih sayang dan perhatian mereka sudah tidak ada-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By You [SUDAH TERBIT]
Romantizm-->SUDAH TERBIT -->PART TIDAK LENGKAP *********** "Apa yang kalian rasakan ketika semua orang lebih menyayangi kembaranmu dibandingkan kamu? sakit? dendam? benci? semua itu aku rasakan selama 21 tahun hidupku. Jika kalian bertanya a...