Chapter 52

28.6K 1.4K 78
                                    

Playlist : All I Want by Kodaline

***

Alesya sampai di apartment-nya. Ternyata disana sudah ada Karina dan Zidan. Dua orang itu memang sudah akrab semenjak Alesya pindah ke apart barunya. Begitu juga dengan Clara yang sudah semakin dekat dengan Karina.

"Hai," sapa Karina ketika melihat Alesya yang hanya dibalas senyum tipis olehnya.

"Darimana saja kau semalam?" tanya Zidan seraya duduk di samping Karina dengan secangkir kopi di tangannya.

"Rumah orangtuaku," ujar Alesya dengan pelan. Rasa pusing masih sangat terasa di kepalanya.

Alesya memegang kepalanya sebentar. Astaga, sungguh, rasa – rasanya kepalanya seperti akan pecah. Ia berjalan terseok – seok menuju kamarnya. Karina yang melihat itu langsung mengerutkan dahinya.

Ia tidak perlu bepikir keras untuk mengetahui apa yang terjadi pada Alesya, penampilannya terlihat sangat... berantakan. Karina yakin pasti terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.

"Alesya, are you alright?" tanya Karina yang hanya dibalas anggukan lemah oleh Alesya.

Sesampainya di kamar, Alesya langsung mendudukan dirinya di pinggiran kasur. Pusingnya semakin mendera. Belum lagi perutnya yang terasa sakit.

Ia mencoba untuk tidak mempedulikan rasa sakit di perutnya, mungkin hanya rasa sakit biasa. Tapi, semakin lama, rasa sakitnya semakin hebat. Sampai – sampai Alesya tidak memiliki kekuatan untuk bangkit dari duduknya.

Sekejap, ia merasakan dunianya berputar, sebelum ia akhirnya menatap ke kaki telanjangnya. Dan dari sana, ia melihat darah segar mengalir antara kedua kakinya.

Sontak saja, ia menjerit yang membuat Karina langsung pergi ke kamarnya.

"Alesya! Kau tidak ap—astaga!"

Alesya sudah hampir kehilangan kesadarannya ketika melihat Karina berteriak memanggil Zidan. Lalu semuanya... gelap.

Satu yang ia harapkan, semoga bayinya tidak apa – apa.

***

Karina mondar – mandir di depan ruang UGD itu seraya menggigit jarinya. Kebiasaan buruk ketika ia sedang takut ataupun gugup.

"Kau sudah menelepon keluarganya?" tanya wanita itu pada Zidan yang duduk di kursi yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Zidan menghela napas sebelum mengangguk dan menyugar rambut hitam legamnya.

Karina ikut duduk di sampingnya. "Apa dia akan baik – baik saja?" tanyanya dengan nada khawatir. Dia melirik Zidan yang tampak frustasi.

"Ya. Dia baik – baik saja." Zidan terlihat ragu, namun tetap berusaha meyakinkan Karina—juga dirinya—bahwa semuanya akan baik – baik saja.

Karina menghela napas. Apa yang terjadi padamu, Ale?

"Tapi, tadi aku melihat darah—" Karina tidak dapat melanjutkan kalimatnya, masih tidak percaya akan apa yang baru saja dilihatnya.

Akhirnya, Zidan menarik wanita itu ke pelukannya. Padahal, pikirannya sendiripun masih kacau balau.

"Apa yang terjadi padanya?" bisik Karina ketika tangisnya sudah reda. Sungguh, hatinya sakit ketika melihat keadaan Alesya.

"Aku tidak tahu," ujar Zidan, tangannya terulur untuk mengusap kepala Karina. Jangan salah paham, ia menyayangi Karina layaknya adik sendiri.

"Dia akan baik – baik saja."

Karina menarik dirinya dari pelukan Zidan. Ia memandang sahabatnya yang dibalas tatapan heran oleh Zidan.

"Apa kita harus memberitahu pria itu?" tanya Karina. Zidan membalasnya dengan helaan napas kasar, hingga akhirnya ia mengangguk dengan mantap.

Stand By You [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang