Chapter 65

30.4K 1.2K 16
                                    

Wanita dengan kemeja putih kebesaran itu tampak sibuk di dapurnya untuk menyiapkan sarapan. Rambutnya ia ikat dengan asal membuat beberapa anak rambut berjatuhan, ditambah dengan kemeja milik suaminya yang hanya menutupi sebagian pahanya. Membuatnya semakin menggugah selera.

Wanita itu tidak menyadari sang suami yang sedari tadi menatapnya dengan senyum geli karena istrinya bernyanyi tidak karuan seraya meliuk – liukan badannya. So damn hot!

Gerakannya baru berhenti ketika pria itu memeluknya dari belakang.

"Kau bisa membuatku terkena serangan jantung jika terus melakukan ini, Kent," ucapnya dengan jengkel dan membuat Kent terkekeh pelan.

"Kau terlalu seksi, jadi aku tidak bisa menahan untuk tidak memelukmu, Alesya," ujarya yang membuat wanita itu memutar bola matanya malas.

"Lepaskan, Kent, kau membuatku susah bergerak." Pria dengan hanya memakai celana tidur yang membuat tubuh indahnya terpampang dengan jelas itu akhirnya melepaskan pelukannya. Mungkin, kau bisa menebak apa yang telah mereka lakukan semalam.

Dengan berat hati, Kent duduk di kursi dan menonton Alesya mempersiapkan makanan mereka.

"Pakai bajumu, Kent," ucap Alesya ketika menyadari suaminya itu masih belum memakai bajunya. Selama dua minggu menikah dengan pria itu, Alesya menjadi tahu apapun kebiasaan buruk Kent. Iwh! Alesya capek mengingatkan Kent untuk memakai bajunya.

"Kenapa? Tubuhku membuatmu bergairah?"

As always, Kent selalu mengatakan itu ketika Alesya menyuruhnya memakai bajunya. Alesya hanya menghela napasnya dengan lelah.

"Kau bekerja hari ini?" tanya Alesya yang dibalas gelengan oleh Kent.

"Kenapa?" Alesya duduk di hadapan pria itu yang nampaknya sedang semangat melahap sarapannya.

"Kita akan ke Hawaii." Ucapannya terlalu santai untuk Alesya, wanita itu terkejut setengah mati ketika Kent berkata demikian.

"Untuk apa?"

"Honeymoon, memangnya apalagi?" tanyanya balik yang membuat Alesya gemas karena sikap kelewat-tenang Kent itu.

"Kau gila! Kita belum mempersiapkan apapun." Ini konyol! Mereka baru dua minggu menikah dan pindah ke penthouse milik Kent, dan sekarang, pria itu mengajaknya honeymoon?

"Sudah, aku sudah menyuruh orang untuk mempersiapkannya."

Bossy!

***

Alesya tersenyum lebar begitu angin senja dengan lembut menerpa wajahnya. Ini hari ketiga mereka berada di Hawaii, yang berarti sisa dua hari lagi mereka berada disini. Dan sekarang, Alesya berada di sisi tebing yang tidak cukup tinggi dengan pemadangan laut yang indah.

"Kau tidak berniat untuk menjatuhkan dirimu, 'kan?"
Celetukan itu membuat Alesya mengalihkan pandangannya dan memandang pada Kent yang baru turun dari mobilnya. Pria itu melangkah menuju ke tempat dimana Alesya berdiri dan memeluk tubuh istrinya itu.

"Kau suka disini?" tanya Kent yang dijawab anggukan oleh Alesya. Tentu saja ia suka, Hawaii sangat indah, melihat matahari yang akan tenggelam dengan angin sepoi – sepoi—sangat menenangkan.

"Kita bisa pindah kesini jika kau mau," ujar Kent kelewat santai yang membuat Alesya menyiku perutnya. Kadang Kent terlalu gampang mengambil keputusan dan tidak memikirkan dampak kedepannya. Menyebalkan!

Mata Alesya berbinar ketika melihat bahwa matahari akan terbenam sebentar lagi.

"Kent, look—"
Kent mencium Alesya tepat saat matahari itu terbenam. Begitu dalam dan halus, seakan dengan ciuman itu Kent menyalurkan semua cintanya pada Alesya. Istrinya. Bahkan sampai sekarang saja, Kent masih bertanya – tanya apa benar bahwa Alesya sudah menjadi miliknya? Ini semua seperti mimpi, mengingat kesalahan Kent pada wanita itu—tapi Alesya masih mau kembali padanya.

"Apa besok kita akan melihat sunset lagi?" tanya Alesya saat mereka menuju ke salah satu hotel yang ada di Hawaii.

"Ya, jika kau mau."
Alesya langsung tersenyum mendengarnya. "Tentu saja aku mau, kau sudah 'mengurungku' selama tiga hari di hotel itu." Kent terbahak mendengar perkataan Alesya. Memang baru hari ini mereka keluar dari persembunyian mereka, setelah Kent melarang Alesya beranjak dari kasur selama tiga hari—you know what i mean.

"Salahmu sendiri yang terlalu menggiurkan," ucap Kent yang sukses mendapatkan pukulan ringan di lengannya. Sialan!

Mereka sampai di hotel itu yang memang tidak jauh dari lokasi pantai tadi. Alesya merebahkan dirinya di kasur, dan mengambil ponselnya yang memang ia tinggalkan tadi.

Sebuah pesan dari Alinisya. Adik kembarnya itu bukan hanya menanyakan tentang honeymoon Alesya dan Kent, tapi juga...ia mengatakan bahwa ia sudah..hamil?

Alinisya mengirim sebuah gambar test pack dengan dua garis di tengahnya. Alesya membeku, ia kembali mengingat semuanya, kehamilan pertamanya yang benar- benar kacau. Ia takut...

"Alinisya hamil," ujarnya pada sang suami yang baru saja membaringkan tubuhnya di sampingnya.

"Oh ya? Selamat kalau begitu," ucap Kent tidak memperhatikan perubahan mimik muka Alesya.
Akhirnya, wanita itu mengikuti perintah Kent dan mengetikan balasan pada sang adik. Ia memejamkan matanya, berusaha menghapus memori kesedihan itu. Tapi percuma, ia semakin mengingat itu semua.

"Hey, love, ada apa?" tanya Kent yang baru menyadari Alesya terdiam.

Alesya menggeleng. Sulit untuk menjelaskan perasaannya ini.

"Alesya?" Akhirnya Alesya membuaka matanya dan menatap Kent dengan mata berair.

"Kent, bagaimana jika aku tidak bisa hamil lagi?" tanyanya yang membuat jantung Kent serasa berhenti. Apa maksud wanita ini? Kenapa ia harus membahas itu? Kent bangkit dari tidurnya dan menatap Alesya dalam. Wanita itu terlihat akan meninggalkan tempat tidur, dan Kent langsung menarik wanita itu untuk duduk kembali.

"Ale—"

"Aku sudah pernah keguguran, Kent. Bagaimana jika kita tidak pernah bisa memiliki anak?"
Wanita itu sudah terisak, membuat hati Kent berdenyut nyeri. Ia tidak mau dan tidak akan rela melihat Alesya menangis lagi. Kent akhirnya menarik Alesya ke pelukannya.

"Shhh..Alesya Wijaya, kita baru menikah, tidak mungkin kau akan langsung hamil 'kan?" tanya Kent berusaha bergurau untuk menghibur Alesya.

Gagal.

Alesya tidak tertawa ataupun tersenyum, wanita itu tidak mengeluarkan reaksi apapun. Namun, pelukannya semakin erat. Hal itu membuat Kent meringis.

"Alesya, kita baru memulai ini semua. Dan pasti perjalanan ini butuh proses, kita hanya tinggal menunggu waktu yang tepat."
Kent melonggarkan pelukannya dan menatap Alesya dengan dalam. Ia mencium lembut kening istrinya dan dengan pelan, menghapus jejak air mata yang mengalir di pipinya. Kemudian, dengan segenap hati, Kent mencium kelopak mata Alesya.

"God has perfect timing, Alesya. Believe it," bisik Kent yang bisa membuat Alesya sedikit tenang. Ia tidak tahu kenapa ia bisa sampai menangis hanya karena ini. Tidak, ia tidak iri pada adiknya, ia hanya.. takut.

Iya, Alesya hanya takut.

***
Sorry, chapternya pendek); ga tau kenapa susah nyari inspirasi buat chapter ini😭😭 jadi, yah, maafkan kalo ini gak sesuai sama yang kalian mau😢

Tapi anywayy, kritik dan saran tetep aku tunggu💜💜💜

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAKKKK!!! HARUS YANG BANYAKKKK HEHE

With love,

Ms. Addict

Stand By You [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang