Wanita dengan tinggi semampai itu melangkah dengan anggun melewati lorong rumah sakit yang lumayan ramai di sore hari ini.
"Alesya," sapa salah satu suster yang lewat yang memang sudah hapal dengan Alesya karena pernah merawatnya selama ia disana. Sejak ia kehilangan calon bayinya.
Alesya mengangguk sembari tersenyum.
"Kau akan menjenguknya?" lanjutnya yang dibalas jawaban singkat oleh Alesya. Ia kembali melangkahkan kakinya ke ruangan VIP yang ada di salah satu koridor rumah sakit itu. Dengan langkah yang mantap, ia mendorong pintu itu dengan pelan.
Pria itu masih saja 'tertidur' dengan lelap. Belum menunjukan bahwa ia akan kembali bangun dan menyapanya.
"Hai," bisiknya tepat di telinga pria itu ketika ia sudah sampai di sisi ranjangnya.
"Aku sudah disini, kau tidak berniat untuk bangun?"
Seperti biasa, air mata mulai berkumpul di pelupuk matanya. Selama tiga bulan ini, Alesya selalu menyapanya dengan sapaan yang sama; aku sudah disini, kau tidak berniat untuk bangun?
Ya, setelah hari dimana Nada memperbolehkannya untuk menemui Kent, sejak saat itu ia tidak pernah absen untuk melihatnya. Keluarga Kent juga senang karena Alesya bisa kembali menemuinya. Selama seminggu penuh Alesya menemani Kent, walau hanya dapat melihatnya dari kaca besar yang melapisi ruangan itu.
Kent mengalami koma karena benturan hebat yang terjadi pada kepalanya yang membuat ia mengalami pendarahan otak yang cukup parah dan akhirnya terbaring koma. Serta beberapa cedera baik luar atau dalam di sekitar tubuh bagian atasnya. Membayangkannya saja sudah membuat Alesya ngeri. Ia tidak ingin kehilangan Kent.
Setelahnya, Alesya diperbolehkan untuk pulang karena keadaannya sudah stabil. Rio menyuruhnya untuk berhenti bekerja di café itu dan tinggal di mansion mereka. Awalnya Alesya menolak, tapi akhirnya ia menurutinya juga. Rio ternyata sudah menyiapkan semuanya, karena ketika Alesya pulang ke rumah mereka, semua barang – barangnya sudah tersedia.
Oh iya, jangan lupa bagaimana ekspresi lucu Kia ketika mengetahui bahwa rekan kerjanya itu akan berhenti bekerja di café. Ia terlihat sangat shook dan tidak rela Alesya akan berhenti. Namun, dengan iming – iming bahwa mereka masih bisa bertemu, akhirnya Kia 'merelakan' Alesya.
Semenjak itu, ia terus menjenguk Kent—hampir setiap hari. Apalagi setelah Kent dipindahkan ke ruang rawat biasa karena sudah melewati masa kritisnya. Ia bahkan lebih suka menginap di ruangan Kent ketimbang harus pulang ke rumahnya.
Nada sempat mengkhawatirkannya karena itu, ia tidak mau kondisi Alesya semakin memburuk. Tapi apadaya, putri badung-nya itu tetap tidak mendengarkannya.
"Kent, ayo bangun. Aku berjanji akan kembali padamu jika kau membuka matamu."
Dan mulailah Alesya 'berpidato' panjang untuk membangunkan Kent.
"Aku merindukanmu. Aku merindukan tatapan jahilmu. Aku merindukan candaanmu, ejekanmu. Semuanya, Kent," lirihnya, air matanya sudah meluruh membasahi pipinya.
Namun dengan cepat wanita cantik itu menghapus air matanya. Ia sudah berjanji tidak akan menangis, ia tidak mau membuat Kent ikut sedih karena ia menangis. Akhirnya, Alesya mencoba tersenyum walau dipaksakan.
"Semuanya sudah berakhir, Kent. Kita akan bersama lagi. Aku mohon, bangunlah."
Ia menegakkan tubuhnya seraya mengambil napas dalam – dalam.
"Kau tahu, sebentar lagi Alinisya akan melangsungkan pernikahannya. Ia akan menikah dengan Varo, Kent. Akhirnya. Ia juga akan mendahuluiku, andai saja jika kau bangun sekarang, sepertinya kita akan menyusul mereka. Atau mungkin kita bisa melangsungkan pernikahan bersama – sama," ucap Alesya seolah Kent sedang mendengarkan ceritanya dengan seksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By You [SUDAH TERBIT]
Romance-->SUDAH TERBIT -->PART TIDAK LENGKAP *********** "Apa yang kalian rasakan ketika semua orang lebih menyayangi kembaranmu dibandingkan kamu? sakit? dendam? benci? semua itu aku rasakan selama 21 tahun hidupku. Jika kalian bertanya a...